Aw Siew Peng penyanyi Melayu Singapura dan Malaya 1950-an | IST
Aw Siew Peng penyanyi Melayu Singapura dan Malaya 1950-an | IST

Aw Siew Peng-Fifi Jong
Menjiwai “ruh” Melayu

JAKARTASATU.COM – Saya percaya genealogi berpengaruh dalam vocal presentation dan pronounciation orang. Tapi jika mendengar Aw Siew Peng bernyanyi lagu P. Ramlee 1951 berjudul Apabila Kau Tersenyum, dari segi vocal prima Melayu. Dalam record tahun 1951 itu Peng memang alami kesulitan dalam mengucapkan kata membumbung dan mendorong. Tapi çéngkok dan sikke (gelombang), Peng Malay sejati.

Fifi Jong (baca Yong) memulai karir sebagai bintang film tahun 1950-an. Ia seorang pemain watak. Tetapi ketika sutradara libatkan dia di dalam film2 tema Betawi maka muncul aslinya Fifi Young (ejaan nama diInggriskan, tapi membacanya tetap Yong).

Fifi sangat prima dalam berbicara dengan logat Betawi Tengah. Orang Betawi bilang lidahnya lémés, lembut dan melodiousness, kalau lagi omong Betawi. Fifi lahir dan besar di Gg Kumendan, Mangga Besar.

Dua contoh di atas membuktikan peradaban lebih mendekatkan hubungan antar ras daripada penataran tatap muka apalagi dengan nge-zoom.

Apa pun content bicara Lius Sangkurisma orang mau saja mendengarkannya karena Lius gunakan logat Betawi Glodok. Dengan vocal presentation Lius tak disadari orang jadi akrab. Glodok bebatuan bukit Tambora.

Seorang penyanyi Melayu Singapura Anna Salleh (double l) yang lagi bekend berkata, lagu Melayu itu kroncong yang asalnya dari Portugis. Pihak Portugis tak pernah claim. Lagi pula Anna hanya bicara soal beat. Kalau soal beat, Besame Mucho pun dapat dilagukan dengan kroncong. Tapi banyak lagu Melayu yang tak dapat dikroncongkan. Lagu dari kenegerian mana pun ada “ruh” yang harus dijiwai. “Ruh” lagu Melayu hymn (tanpa e) artinya ratapan.

Saya kagum dengan Aw Siew Peng dan Fifi Young yang mendalami “ruh” Melayu.

*) Ditulis oleh Ridwan Saidi,
budayawan Betawi, sejarawan, dan intelektual Islam

(Yos/Jaksat)