Perpustakaan Jakarta dan Pusat Dokumen Sastra (PDS) Hans Bague (HB) Jassin di kawasan Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki (PKJ TIM) | IST
Perpustakaan Jakarta dan Pusat Dokumen Sastra (PDS) Hans Bague (HB) Jassin di kawasan Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki (PKJ TIM) | IST

JAKARTASATU.COM – Saat meresmikan Perpustakaan Jakarta dan Pusat Dokumen Sastra (PDS) Hans Bague (HB) Jassin di kawasan Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki (PKJ TIM), pada Kamis (7/7), Gubernur Anies menceritakan kembali bagaimana Pemprov DKI Jakarta menyakinkan pihak keluarga HB Jassin untuk dapat mengelola seluruh koleksinya, yang harapannya dijadikan pegangan dalam mengelola perpustakaan tersebut ke depan.

“Saya cerita ini supaya teman-teman Dinas Perpustakaan dan Arsip melaksanakan apa yang saya sampaikan ke keluarga (HB Jassin). Pak Ajib (perwakilan keluarga), kami (jajaran Pemprov DKI) adalah orang yang insya Allah bukan hanya mencintai karya ini semua (koleksi HB Jassin), tapi menyelamatkan karya ini sebagaimana pak Ajib menyelamatkan ini semua. Percayakan kepada kami, dan kami akan menjaga PDS HB Jassin ini menjadi tempat koleksi sastra permanen dan terbesar di dunia,” terang Gubernur Anies.

Maka dari itu, Gubernur Anies menginstruksikan kepada jajaran Pemprov DKI agar nantinya Perpustakaan Jakarta dan PDS HB Jassin menjadi refleksi perpustakaan di masa depan yang menarik minat para generasi baru untuk datang dan berkegiatan di perpustakaan.

“Tugas kita bukan merawat saja, tetapi juga mengembangkan. Tadi kami pesankan, penting sekali agar generasi baru datang ke tempat ini. Kami berharap perpustakaan Jakarta mencerminkan perpustakaan masa depan di Indonesia,” tuturnya.

“Di sini lah bagaimana gagasan dikonversi sebagai ruang dan ruang ini menjadi ruang pembelajaran bagi semua. Apalagi, posisinya di TIM, pusat kegiatan kebudayaan, maka harapannya memunculkan terobosan, kebaruan yang terus-menerus dalam proses pembangunan kebudayaan kita,” lanjutnya.

Lebih lanjut, Gubernur Anies berharap, Perpustakaan Jakarta dan PDS HB Jassin dapat dikelola menjadi pusat berkegiatan bagi komunitas. Sehingga, perpustakaan bukan sekadar tempat dikumpulkannya buku-buku dan literasi, tetapi juga tempat yang menghidupkan kebudayaan di Jakarta.

“Ketika kita sedang menyusun perpustakaan, nanti kita bangun jangan perpustakaan masa lalu, kita bangun perpustakaan masa depan. Saya garis bawahi di sini, perpustakaan yang buruk mengumpulkan koleksi, perpustakan yang baik membangun pelayanan, tetapi perpustakaan terbaik membangun komunitas. Tempat ini harus menjadi pusat tumbuh-kembangnya komunitas,” ungkapnya.

“Perpustakaan dulu gudang buku, sekarang pusat saraf informasi. Kemarin, sebagai tempat mendapatkan pengetahuan dan hiburan, besok jadi ruang ketiga untuk mendapatkan pengetahuan dan hikmah, serta menumbuhkan minat baca pada anak, tempat agar anak dapat berkarya, belajar dan mengajar sesama. Ini semua adalah bagian dari kegiatan komunitas“ tambahnya.

Secara khusus, Gubernur Anies juga menitipkan pesan kepada para pustakawan yang nantinya bertugas di Perpustakaan Jakarta dan PDS HB Jassin untuk menjadi inovator bagi para pengunjung, bukan hanya sebagai pemberi data buku, tetapi juga menginisiasi berbagai kegiatan.

“Kemudian, untuk pustakawan harus menjadi navigator yang baik bukan sekadar penjaga buku, jadi produsen, inspirator penghubung dan penyedia sumber daya yang memantik ide dan karya bagi siapaun yang berkunjung. Bekerja dengan seni pengetahuan dan menginspirasi,” pesannya.

Untuk diketahui, terdapat 138.000 koleksi di Perpustakaan Jakarta dan 4.395 koleksi di PDS HB Jassin. Perpustakaan Jakarta berisi koleksi buku-buku umum, buku-buku anak, hingga koleksi kejakartaan yang relevan dan sesuai kebutuhan masyarakat. Sementara itu, koleksi di PDS HB Jassin berfokus pada pendokumentasian karya sastra, termasuk dokumen tulisan tangan sastrawan-sastrawan besar, seperti Chairil Anwar, WS Rendra, dll.

Perpustakaan Jakarta dan PDS HB Jassin juga dilengkapi sejumlah ruang baru, antara lain ruang multifungsi, ruang permainan anak, bilik cerita, ruang baca privat, ruang podcast, ruang komputer, dan ruang koleksi kejakartaan. (Yos/Jaksat)