By Tony Rosyid
Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa

Jangan tanya prestasi Anies. Anda tanya 7, akan dijawab 100. Kenapa? Sebab, kekuatan Anies justru ada di prestasinya. Karena itu, relawan Aniea jualannya prestasi.

Sekali anda tanya tentang prestasi Anies, anda sama saja memberi kekuatan Anies untuk muncul. Anda memberi ruang bagi Anies untuk menunjukkan jati dirinya. Anda memberi kesempatan bagi relawan Anies untuk menyebutkan 1-100 prestasi Anies. Mulai dari WTP dari BPK selama lima tahun berturut-turut, tiga penghargaan KPK, sederet penghargaan dari beberapa kementerian, lembaga swasta hingga sejumlah instutusi internasional pun menganugerahi penghargaan kepada Anies.

Bertanya tentang prestasi Anies akan membuka memori publik tentang Jakarta International Studium (JIS), Formula E, jalur sepeda, luasnya trotoar di Jakarta, megahnya Taman Ismail Marzuki (TIM), Jaklingko, ruang ketiga yang bertebaran di taman-taman Jakarta, pembebasan pajak buat rumah bagi para pahlawan dan guru, subsidi air bersih 80 persen, dll.

Kalau anda mau tanya soal prestasi kepada kandidat lain, boleh jadi itu lebih tepat. Tetapi tidak kepada Anies. Salah alamat!

Serang musuhmu di titik lemahnya, bukan di titik kuatnya, begitu nasehat ahli perang. Titik kuat Anies ada di prestasinya, ada di hasil kerjanya. Anda serang ini, blunder.

Lautan luas di depan mata anda, jangan sekali-kali anda bilang itu air kobokan. Anda akan ditertawakan dan dibully banyak orang. Air susu jangan anda bilang itu air comberan. Orang akan bilang anda gak waras. Singkatnya, jangan melawan fakta publik yang dimiliki oleh lawan anda.

Kelemahan utama para penyerang Anies ada dua. Pertama, menyerang di titik yang menjadi kekuatan Anies. Kekuatan Anies ada di prestasi atau hasil kerjannya. Anda serang, Anies makin kuat.

Kedua, selalu melawan fakta. Terus menerus melakukan fitnah dan menuduh dengan hoaks. Sekali dihadirkan data dan faktanya, buyar. Akhirnya publik akan membaca adanya pertarungan fakta vs hoaks. Anies vs fitnah. Kebaikan vs kejahatan. Kekuatan Putih vs Kekuatan Hitam.

Anies dituduh intoleran. Faktanya, justru para pendeta di sejumlah gereja dan pure melakukan pembelaan kepada Anies. Kata mereka: justru di era kepemimpinan Anies, semua tempat ibadah mendapat perhatian, dan semua pemeluk agama di Jakarta mendapat pelayanan serta kenyamanan. Membangun temoat ibadah lebih mudah. Ada BOTI atau Bantuan Operasional Tempat Ibadah. Ini sekaligus membantah adanya tuduhan politik identitas yang terus dirawat opininya untuk membunuh karakter Anies.

Anies dituduh radikal. Faktanya, tidak ada kegaduhan di Jakarta kecuali yang diciptakan oleh buzzer-buzzer yang dibayar untuk menyerang Anies. Anies tidak pernah berkata kasar, mengeluarkan caci maki, apalagi gebrak meja. Bandingkan misalnya dengan gubernur Jakarta sebelumnya, atau kepala daerah sebelah.

Anies dituduh bodoh. Faktanya, dua menit Anies bicara di forum internasional langsung menghipnotis Sekjen PBB. Anies dilbilang hanya pandai bicara. Faktanya, Jakarta berubah.

Akibat dari cara-cara menyerang yang tidak taktis ini, justru membalik keadaan. Simpati kepada Anies makin besar, dan ini ikut berpengaruh pada popularitas dan elektabilitas Anies.

Jakarta, 26 Juli 2022