KOMPAS kenapa? Ya, begitulah Kompas sedang main-main dan lupa bahwa dia media massa yang paunya tagline yang peduli rakyat. “Amanat hati nurani rakyat” tagline yang sangat jelas. Tapi kenapa tiba-tiba Kompas blunder pasang foto Anies di KPK dan judul yang sadis?
Kompas yang mungkin ada “masalah” sama Anies karena mungkin dulu diduga jadi pendukung salah satu calon Gubernur yang kalah sama Anies. Dan catatan digital masih tercatat bahwa Litbang Kompas semoat mengelurakan hasil survei waktu itu seperti ini silakan klik Litbang Kompas: Anies-Sandi 58,00 persen, Ahok-Djarot 42.00 persen Tapi nasib berubah yang menang Anies Sandi waktu itu. Ah itu masa lalu hampir 5 tahun lalu lantas kenapa Kompas dendam? Yang jelas Kompas tidak sedang cari cara agar semua yang seakan Anies kerjakan bermasalah, padahal Jakarta kini Wow loh..
Wartawan Senior Asyari Usman membuat tulisan yang menrut saya ini satu teguran keras, Malah Bagus, Koran Kompas Memperjelas Posisinya.
“Saya setuju koran Kompas memasang foto yang tak relevan dengan judul dan isi. Dalam laporan berita “Korupsi Bukan Lagi Kejahatan Luar Biasa”, Pemred Sutta Dharmasaputra memasang foto Anies Baswedan yang sedang berada di kantor KPK. Gubernur DKI itu, pada 7 September, diperiksa oleh lembaga antikorupsi ini terkait dugaan korupsi dana Formula E. Mengapa saya setuju? Karena itu berarti Kompas tidak munafik. Dalam bahasa lain, koran ini kosisten. Mereka, untuk kesekian kalinya, menegaskan kembali posisinya: yaitu anti-Islam, benci Islam,” tulis Asyari.
Kompas memperjelas misi dan keinginan mereka. Ini malah bagus. Tidak abu-abu. Begitulah seharusnya, lanjutnya.
Dari kaca mata media ilustrasi yang tak nyambung itu memang aneh. Aneh karena Kompas media berkelas yang disebut sebagai media mainstream melakukan yang ganjil dan absurd. Saya melihat kembali Kompas seprti sedang mendukung calon lain dan ingin menganjal Anies untuk maju dan sedang menuju pencapaian tahun politik 2024.
Kenapa Kompas begitu?
Boleh saja Kompas berlaku seperti apapun tapi jangan sampai publik yang menjadi hakim bagi media yang saat ini sedang menjadi bagian masyarakat yang makin cerdas. Sehingga bisa jadi kalau Kompas berlaku seperti akan banyak hal yang tak terduga.
Janganlah mencoba mengiring publik marah bahwa Anies kan baru diperiksa kenapa sudah di opinikan koruptor. Jangan begitulah jadilah media yang sesuai yang Kompas punya tagline. Dan jangan juga jadi sarang media yang selalu berpihak pada para calon-calon tertentu karena soal ladang iklan-iklannya yang suka jor-joran…. Hehehe… (red/dlg)
Hadiri Bukber Anak Abah, Anies Apresiasi Partisipasi Aktif Anak Muda dalam PolitikJAKARTASATU.COM-- Partisipasi aktif anak muda dalam gelaran pesta demokrasi Pemilu 2024, khususnya yang...
303 Aliansi Akademisi dan Masyarakat Sipil Jadi “Amicus Curiae” untuk MK
JAKARTASATU.COM– Sebanyak 303 orang dari akademisi maupun masyarakat sipil menjadi Amicus Curiae atau Sahabat Pengadilan untuk majelis...
Selamat Ginting: Empat Calon Kuat KSAU, dan Faktor Presiden Terpilih
JAKARTASATU.COM-- Analis politik dan militer Universitas Nasional (Unas) Selamat Ginting mengungkapkan,
ada empat kandidat kuat Kepala...
Hormati Etik, Ketua THN AMIN Jelaskan Alasan Hamdan Zoelva Pilih Tidak Beracara di MK untuk Bela AMINJAKARTASATU.COM-- Ketua THN AMIN Ari Yusuf Amir memaparkan...
Presiden Jokowi, KPU dan BAWASLU Buta Konstitusi
JAKARTASATU.COM-- Standarkiaa Latief Anggota Majelis Nasional KIPP Indonesia) menanggapi sidang gugatan terkait kecurangan pemilu yang dipandang sangat brutal...