JAKARTASATU.COM — Ungkapan belasungkawa tiada henti, menyusul Tragedi Kanjuruhan. Merenggut 131 nyawa manusia tak berdosa. Malam Minggu kelabu. Sejarah kelam sepakbola Indonesia. Ketum PSSI, Moch. Iriawan pun berbelasungkawa. Ungkapan tulus ikhlas sebagai sikap empati.
Bagi siapa pun yang mendengar peristiwa. Terlebih menyaksikan di lokasi kejadian. Purnawirawan Polri berpangkat terakhir letjen itu, pastilah bersedih. Bahkan “terpukul”, lantaran kiprah dan tanggungjawabnya.
Tak dinyana, dia “kepleset” lidah. Saat giliran ketiga memberi pernyataan dalam konpers di teras depan pintu utama Stadion Kanjuruhan, Malang, Minggu petang, 02 Oktober 2021. Sebaris di depan bareng Menpora, Zainuddin Amali dan Kapolri, Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo. Usai dua petinggi itu bicara, giliran Iriawan sebagai Ketum PSSI. Dia membuka pidatonya dengan menyapa tiga petinggi yang ikut konpers. Bunyi seutuhnya, begini: “Terimakasih pak menpora, pak kapolri, ibu gubernur…(spasi sesaat) — hadirin sekalian yang berbahagia…” Ada ucapan (verbal) “…hadirin sekalian yang berbahagia…” Ada diksi “yang berbahagia”.
Koq, bisa? Adakah “kepleset” lidah? Betapa pun dalam pidatonya bermakna belasungkawa mendalam. Tapi kata pembuka “hadirin sekalian yang berbahagia”, sungguh mengganggu pendengaran kita. Ada apa gerangan yang melatari, hingga terpeleset lidah. Ada yang meyakini sebagai intervensi “kekuatan langit”. Wallahu a’lam bishawab.*
– imam Wahyudi (iW)