Hendrajit: Kedaerahan Adalah Gagasan Dasar lahirnya Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928

JAKARTASATU  — Kalau mau berjuang fahami dulu substansi masalahnya. Memahami substansinya yaitu bahwa kami dibelenggu oleh penjajahan asing. Di Jawa, Sumatra , Aceh, pasundan dan daerah-daerah lannya. Saat itu, pemuda sudah mampu membaca ke depan, hanya ketika mereka bersatu mampu mematahkan siasat penjajah memecah belah bangsa. hal itu disampaikan Hendrajit pada acara Sumpah Pemuda Bertajuk Dialog Kebangsan yang diselenggarakan oleh Grahana Casta, di Kampoeng Kopi, Kemang Jakarta, 28/10/2022.

“Jadi para pemuda mampu membuat kontra skema yang jenius di usia 23-24 tahun. Bayangkan hanya dengan ikrar 3 poin mampu membuat ledakan politik. Yaitu 1. Kami bertanah air satu, tanah air Indonesia. 2 Kami berbangsa satu bangsa Indonesia. 3 Kami berbahasa satu bahasa Indonesia. Kalimat ini dahsyat sekali dampak politiknya, padahal itu bukan gerakan politik. 15 tahun kemudian, Indonesia merdeka. Pemuda-pemuda yang usianya 3 atau 4 tahun di bawah Soekarno-Hatta. Mampu menghasilkan gagasan jenius pemuda pada zamannya,” jelasnya.

“Menyatukan kesukuan bukan sukuisme, menyatukan Jong Islam, Jong Java, Jong Sumatra, Jong Ambon, sejatinya merupakan jembatan bagi anak bangsa untuk menyerap aspirasi geografis daerahnya masing-masing. Aneka ragam suku bangsa yang menghayati aspirasi geografis daerahnya masing-masing, itulah fondasi terbentuknya Indonesia sebagai negara bangsa,”papar Hendrajit

Bung Karno pada 1 Juni 45 menyatakan bahwa yang menyatukan Indonesia itu bukan agama yang sama, bahasa yang sama, suku yang sama tetapi geopolitik.

Kemudian Hendrajit menjelaskan apa yang menyebabkan geopolitik? “Yaitu menyatunya orang-orang dengan daerahnya masing-masing. Agamanya menyatu dengan karakteristik kedaerahannya. Gagasan inilah yang mendasari lahirnya sumpah pemuda 28 Oktober 1928,” terang Hendrajit

Gagasan jenius para pemuda di masa itulah yang seharusnya bisa mengilhami para pemuda dan mahasiswa di masa sekarang ini, tambahnya.

Titut Wiryoadi Soewarto merupakan salah satu pendiri Grahana Casta mengatakan Peringatan Sumpah Pemuda hari ini sebagai rasa kepedulian dan pentingnya menghayati sumpah pemuda harus dirawat, dibangun sense of nation. Rasa kebangsaan itu harus selalu diingat sejarah yang pernah terukir. Bukan saja hanya memperingati hari sumpah pemuda sebatas itu saja, tetapi harus ada pendidikan yang membangun jiwa semangat seperti pada masa itu.

“Dengan masuknya budaya dari luar, yang tidak bisa dipungkiri tetapi harus disikapi dengan cara tetap berpijak pada semangat kebudayanya masing-masing sebagai bangsa Indonesia yang memilki kekayaan budayanya, kearifan lokalnya yang menyatu dengan jiwa tiap daerah sebagai bangsa ini, yang terutama bagi generasi muda,” ujar Titut.

Maka kata Titut, “Dengan membangun persaudaraan, perkumpulan ini merupakan upaya menjaga bahkan bagaimana harus berlanjut oleh para pemuda yang wajib sadar sejarah dengan ikrar suci yaitu satu tanah air – tanah air Indonesia, satu bahasa – bahasa Indonesia, satu bangsa – bangsa Indonesia,”tandasnya. (Yos/jaksat)