Yudi Latif /ist

OLEH Yudi Latif

Saudaraku, kita hidup di zaman buih keterapungan. Saat huruf-huruf tak jadi kata; kata tak jadi kalimat; kalimat tak jadi ayat; ayat tak menjangkau alamat.

Di seantero negeri, ucapan menggelembung mudah pecah tanpa isi yg bisa ditangkap. Orang mudah berganti posisi tanpa konsistensi posisi etis. Pusat perhatian lekas bergeser dari suatu isu ke isu lain spt ikan berebut umpan. Tak ada kesetiaan menggumuli masalah. Persoalan menjadi debu beterbangan yg menghilang sendiri dihempas angin.

Dlm kerumunan nunut hanyut, kesadaran takluk pd sihir kemasan. Jutaan org tanpa tumpuan rentan terbius hipnosis pencitraan. Frustrasi gelombang hati yg ringkih mudah berserah pd titah mesiah gadungan.

Di zaman gelisah kepalsuan, saat org terempas tunggang-langgang tanpa jangkar jatidiri, jalan terbaik pulang ke akar. Akar keyakinan yg menumbuhkan pohon harapan.

Bahwa kesenjangan antara impian dan kenyataan bisa dipecahkan dgn menghidupkan spirit, yg menyatukan pikiran dan hati.

Di bawah terang spirit, katastropi tak perlu terlalu diratapi. Krisis bisa dilihat sbg derita ibu hamil yg mengandung anak kemajuan. Seperti kata Hegel, sejarah memang mahkamah penjagalan, namun bukannya tanpa tujuan. Kekacauan memberi ruang kemunculan para pencerah; bintang penuntun yg dpt menyingkap pola-pola tersembunyi sbg pemandu manusia keluar dari lorong gelap menuju jln cahaya.

Maka, tetaplah teguh dlm menyusuri gelap malam. Makin jauh kita melangkah, makin dekat dgn fajar. Tak usah terlalu gundah mengarungi kegelapan. Di kelam malam manusia bisa menyadari arti kehadiran bintang penuntun.

Selalu ada sisi terang dari gelap. Di tengah lautan kegelapan bisa saja terbit rembulan pandu penerang. Kalaupun tiada purnama, kita bisa menyibakkan kelam dgn menyalakan lentera sendiri.

Satu pijar lentera kecil bisa menuntun langkah di gulita malam. Jutaan lentera serentak menyala, pancarkan gelombang pencerahan.

Satu hal yg pasti, gelap tak bisa disingkirkan dgn gelap. Gelap hanya bisa dienyahkan oleh cahaya. Daripada mengutuk kegelapan, marilah masing-masing pribadi tetap eling dan waspada, dgn menghidupkan kembali spirit kasih-sejati yg bisa menyalakan lentera jiwa. (MP)