Remy Sylado/ist
Tabik, Encik Remy Silado
Oleh Hernawan *)
Selamat jalan, Remy Sylado. Manusia otodidak multitalenta yang menginspirasi banyak kalangan pada masanya. Tokoh garda depan teater 23761, penulis novel, pakar linguistik, pelukis, penyair puisi mbeling , pemain film pemusik, teolog dan entah apa lagi predikatnya.
Remy adalah sosok seniman pemberontak yang sarat kreativitas.
Dengarlah salah satu kredo saat pementasannya :
“Ada kekenesan yang jemawa ini waktu. Perkataan seniman jadi kelontong. Yang baru bisa bikin 1-2 puisi, 1-2 drama, 1-2 novel, 1-2 lukisan, 1-2 musik atau 1-2 esai biar kata kelasnya cuma ongol-ongol punya — tak urung : seniman, deh dia. Sontoloyo benar !”
“Pandangan yang kedodoran itu mesti diranjau. Itu supaya nama seniman tetap terhormat. Jika seseorang berani mendaulat dirinya seniman, ia harus sekaligus sebagai penyair, teaterawan, novelis, pelukis, musikus n esais yg cendekia. Ia tukang dan pemikir atas keseluruhannya. Seniman bukam sekadar terminus technikus untuk bikin muka bengkok, minta maaf atas akal yang tak panjang. Perkataan seniman, konotasinya — ya paripurna.
Remy Sylado adalah nama populer yg berawal dari not lagu. 25-7-61, tarikh waktu historis untuknya sebagai remaja.
Remy bernama asli Japi Panda Abdiel Tambayong. Terlahir di Makasar, 12 Juli 1945. Japi sendiri pecahan panjang dr nama Jubal Anak Perang Immanuel.
Salah satu novelnya saat muda, Orexas. Organisasi Sex Bebas, dianggap sebagai potret terbuka remaja kota besar. Khususnya Bandung yang membesarkan namanya. Cerita ini pernah dimuat sbg cerber di harian Pikiran Rakyat .
Roman fiksi sejarahnya tentang agen spionase terkenal Matahari juga pernah dicerberkan harian Kompas. Sebelum dibukukan. Remy mungkin satu-satunya orang di dunia yang berani menyusun Ensiklopedia sendirian.
Remy yang kristen mampu membaca Al Qur’an dengan baik, karena menguasai bahasa Arab. Selain bahasa ibrani, Yunani, Inggris, Belanda, Prancis dll. Dia seorang poliglot .
Novelnya bertajuk Cau Bau Kan tentang kiprah kaum Tionghoa di Betawi telah difilmkan dengan sutradara Nia Dinata. Remy pun handal menulis novel bergenre sejarah. Antara lain Sam Po Kong dan Diponegoro.
Dalam produktivitas berkarya, Remy bisa disepadankan alm Arswendo Atmowiloto dan Putu Wijaya. Dua tokoh terkenal dari banyak sohibnya di dunia seni.
Selain musikalisasi puisi yg digulirkannya, Remy pernah memiliki kaset brsama penyair kondang WS Rendra bertajuk Dua R Baca Puisi .
Menikah dengan Emmy, teman masa kecilnya di Semarang. Meski tak dikaruniai anak, langgeng sampai akhir hayat. Di luar dugaan banyak pihak, karena orang tahu — Remy yang bangor — selalu tampil perlente dan eksentrik, digandrungi banyak lawan jenisnya.
Saat upacara pernikahan mereka di Semarang yang dipimpin pastor nyentrik — pencipta gamelan supra, Prof.Van Deinse — ikrarnya nakal. Jika orang lain memilih kata-kata klasik, “menikah sampai maut memisahkan kita”, Remy menggantinya dengan kalimat “menikah sampai bosan.” Wow!
Yang tak lazim pula, busana mempelai wanita serba hitam — mirip suasana berkabung. Sedang mempelai pria serba putih, termasuk dasi dan sepatu. Kontras yang cocok untuk predikat seniman mbeling.
Tabik, Encik Remy.
Hubaya-hubaya jalan
terang menyertaimu di alam keabadian.
Aku malah di sini : altar sidangmu — menunggu gilirnya sukma ditabur mazmur atas adatku yang telah lama aku selewengkan, tanpa tabik alaikum salam.”
(penggalan sajak _Potret Diri Seorang Lelaki_ ).***
*) jurnalis senior di bandung