Gedung Pertamina/istimewa
Hampir Setahun Belum Digunakan PT Pertamina Hulu Rokan

JAKARTASATU.COM  – Hasrat besar PT Pertamina Gas (Pertagas) dan mitra investasinya meraup cuan besar dari proyek pipa minyak Blok Rokan tampaknya harus tertunda “on stream”untuk waktu yang tidak mudah diprediksi.

Bahkan, bukan tidak mungkin, PT Pertagas yang tak lain merupakan anak usaha PT PGN Tbk itu, berpotensi mengalami rugi besar dalam proyek investasi pengoperasian pipa minyak PT Pertamina Hulu Rokan sepanjang 367 km dengan nilai investasi Rp 4,5 Triliun lebih itu.

Demikian diungkapkan Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI), Yusri Usman dalam rilis pers Kamis (22/12/2022).

“Sebab, setelah dilakukan uji coba pengaliran minyak mentah beberapa kali sejak Febuari 2022 hingga Desember 2022 ini, ternyata line pipa yang berdiameter 24 inchi sering terjadi congeal, yaitu mengentalnya minyak akibat perubahan temperatur antara temperatur di dalam sumur dengan temperatur di dalam pipa di atas permukaan tanah,” ungkap Yusri.

Parahnya, ulas Yusri, kesalahan desain ukuran pipa barulah diketahui belakangan setelah pipa terpasang semuanya.

“Tampaknya konsultan yang membuat Front End Engineering Design (FEED) mungkin saja tidak memperhitungkan karakteristik jenis minyak mentah di WK Migas Blok Rokan, maupun membaca hasil studi kasus yang pernah dilakukan oleh PT Chevron Pasifik Indonesia (CPI) sebelumnya,” kata Yusri Usman.

Dikatakan Yusri, kontraktor EPC pemasangan pipa minyak sepanjang 367 km dengan 13 ruas itu dilaksanakan oleh konsorsium PT PGN Solution (PGSOL) dengan PT Pertamina Driling Contractor (PDC).

“Proyek ini termasuk sinergi antar BUMN, yakni antara Sub Holding Upstream (SHU) PT Pertamina Hulu Energi dengan Sub Holding Gas PT PGN Tbk. CERI sejak lama sudah mengkritisi bahwa proyek sinergi antar anak usaha PT Pertamina yang dipelopori Direktur SDM & Penunjang Bisnis PT PHE Oto Gurnita, adalah berpotensi inefisiensi dan bermasalah,” kata Yusri.

Akan tetapi berdasarkan informasi yang diperoleh CERI, kata Yusri, upaya yang dilakukan tim engineering di lapangan saat ini hanya sebatas memindahkan posisi pipa yang berada di rawa-rawa ke permukaan tanah dan menambah pompa buster. “Tampaknya upaya ini akan sia sia dan tidak banyak menyelesaikan masalah, malah meningkatkan pressure dibeberapa stasiun pengumpul (gathering station)” tegas Yusri.

Yusri lantas membeberkan, menurut counterpart CERI yang pernah bekerja lama di CPI, apa yang sudah dikerjakan itu akan sia-sia dan tak bermanfaat, lantaran “congeal prevention” atau “congeal mitigation plan” belum terpasang sepanjang pipa.

“Dia katanya punya solusi kongkret untuk mengatasinya serta untuk bisa menyelesaikan masalah itu secara tuntas,” tukas Yusri.

Lebih lanjut mengenai proyek pipa itu, menurut Yusri, sejak awal pekerjaan pemipaan dimulai atau first wealding pada 13 September 2020, Direksi PT PGN Tbk saat itu masih dijabat Suko Hartono pernah sesumbar ke media, bahwa PT Pertagas yang dipimpin Wiko Migantoro berhasil menghemat investasinya hingga USD 150 juta dari nilai perencanaan awal USD 450 juta yang hingga keputusan akhir investasi atau FID (Final Investment Decision) menjadi hanya USD 300 juta.

“Tidak hanya itu, mereka juga saat itu sangat percaya diri bahwa untuk jalur utara dari Bangko – Balam – Dumai sudah bisa digunakan PHR pada akhir tahun 2021, sementara untuk jalur selatan dari Minas-Duri-Dumai sudah bisa digunakan awal tahun 2022,” ungkap Yusri lagi.

Masih menurut Yusri, pernyataan itu ternyata berbeda dengan faktanya. “Setelah ramai istilah pipa blok Rokan mangkrak oleh M Nasir ketika RDP berlangsung antara Komisi VII DPR dengan PT Pertamina Hulu Energi pada 9 November 2022, PT Pertamina Hulu Rokan terkesan di bawah tekanan terpaksa untuk menandatangani kontrak komersial dengan PT Pertagas pada 18 November 2022,” ungkap Yusri.

Meskipun sudah tanda tangan kontrak komersialnya, dan sesumbar sesuai pernyataan Dirut PT PHE Wiko Migantoro pada 9 November 2022, bahwa di bulan Desember 2022 akan diresmikan penggunaan pipa tersebut, namun hingga tanggal 22 Desember 2022 belum ada tanda tanda akan dimulai komersialnya. “Sehingga kami semakin ragu akan janji itu,” timpal Yusri.

Dirut Pertagas Gamal Imam Santoso pun menurut Yusri, keukeuh bungkam, setelah dikonfirmasi CERI dengan 7 pertanyaan sejak 14 Desember 2022, hingga berita ini diturunkan.

“Surat konfirmasi tersebut selain ditujukan kepada Dirut Pertagas, surat tersebut ditembuskan juga kepada Dirut PT PGN TBK dan Dirut PT PHE dan Dirut PT PHR. Meskipun batasan waktu untuk menjawab pertanyaan CERI adalah pada tanggal 21 Desember 2022, Dirut PGN Haryo Yunianto merespon lebih awal terhadap surat CERI, dengan mengatakan berjanji akan mengawal surat CERI kepada PT Pertagas, sebuah sikap tanggung jawab sebagai pemimpin yang patut dicontoh oleh direksi BUMN lainnya,” ungkap Yusri.

Lebih penting lagi, kata Yusri, mengingat pemipaan minyak WK Migas Blok Rokan ini dibangun untuk menggantikan fungsi pipa minyak lama yang telah digunakan oleh PT CPI dan PT PHR setelah alih kelola 9 Agustus 2021 hingga saat ini, lantaran umur pipanya sudah lebih dari 50 tahun, jika komersial pipa ini bermasalah, maka berpotensi mengganggu lifting minyak dari Blok Rokan.

“Jadi, jika persoalan pipa ini tidak bisa diselesaikan tuntas oleh PT Pertagas hingga akhir tahun ini, maka pengangkatan Wiko Migantoro sebagai Dirut PT PHE adalah sebuah kesalahan fatal Direksi PT Pertamina (Persero) holding dalam mempromosikan kenaikan jabatannya. Sebab ketika proyek desain dimulai hingga pekerjaan pemipaan selesai akhir tahun 2021, Wiko lah sebagai Dirut Pertagas,” pungkas Yusri. (WAN)