Aendra Medita bersama sang maestro almarhum Pelukis Jeihan S/andis

CATATAN #NGOPI AENDRA MEDITA

SENIN yang baik, indah penuh warna kehidupan dan kita harus menuju kebahagian, lupakan beban, jujur saja jangan bohong itulah bekal dalam hidup. Wah makin kesini makin penuh retorika. Kata teman saya malam tadi di kedai kopi kecil milik saya di bilangan Jagakarsa Jakarta Selatan.

Saya bilang retorika itu penting jika benar dan tak bohong. Karena retorika bukan alibi apalagi apologi yang tak nalar. Saya pun suka kopi pahit itu jujur, jangan suka kopi tapi masih berpikir akan lambung kena atau sulit tidur jika minum kopi pahit. Pokoknya begini deh jangan salahkan kopi atau yang lain mending kita jalini hidup ini dengan warna kehidupan yang jujur, tulus dan hemat.

Tiga hal (jujur, tulus dan hemat) itu saya rasa sudah mewakili jati diri untuk tetap menjaga jangan terjebak kebohongan. Apalagi bohong kolektif. Saya bilang kolektif tidak bilang berjamaah sebab kalau berjamaah itu untuk kebaikan. jadi tka boleh bohong jamaah. Jadi saya sempat sampaikan juga bahwa banyak orang atau sejumlah kasus korupsi disebut Korupsi berjamaah, nah saya paling tak suka. Kalau kalimat berrjamaah itu untuk kebaikan bukan kebusukan, kejahatan atau hal busuk lainnya apalagi koruptif.

Nah lantas saat minum kopi pagi ini dengan ada kopi Puntang dengan sajian khas tubruk, saya diingatkan soal yang kini rame tentang adanya Perppu Cipta Kerja yang dikeluarkan Presiden ini absurdnya lagi tak satu pun Perppu Ciptaker 575 orang 80 daerah pemilihan dan ada 9 Fraksi Parpol yang katanya anggota DPR-RI mewaikili rakyat tak ada bunyinya. Nyaris tak terdengar bahkan diam dan bisu. Hoyyy…!!!

Teman senior yang sukan dialog dengan saya Anthony Budiawan bahkan mengatakan PERPPU tentang Cipta Kerja pada intinya mau melawan Putusan MK yang menyatakan UU Cipta Kerja inkonstitusional bersyarat, yang mengharuskan pemerintah dan DPR memperbaiki proses pembuatan UU sesuai perintah MK.

“Bukannya memperbaiki, tetapi pemerintah malah mengeluarkan PERPPU untuk menggugurkan Putusan MK, yang dapat diartikan pembangkangan terhadap perintah MK. PERPPU Cipta Kerja juga mempunyai makna pemerintah beranggapan DPR tidak diperlukan lagi untuk membahas dan memperbaiki UU Cipta Kerja yang dinyatakan MK inkonstitusional bersyarat. Artinya, Pemerintah hanya berharap DPR menyetujui PERPPU tersebut,” ungkap Anthony.

Nah saya berpikir jika memang memainkan ini seperti sebuah drama  Lingkaran Kapur Putih dan lingkaran Keadilan karya Dramawan Jerman Bertold Brecht.

Drama-drama Bertolt Brecht pada umumnya membahas mengenai kehidupam dari masyarakat lapisan bawah, pada Drama Lingkaran Kapur Putih WS Rendra atau Suyatna Anirun pernah mementaskan drama ini dalam Drama itu jelas ada protes sosial.

Jika Hakim di negeri ini ikut baca soal ini drama ini kalau belum bisa lihat pertunjukannya. Hakim harus melihat Perppu Cipta Kerja bagaimana jangan sampai antara putusan MK yang harus ada perubahan malam ditutup dnegna Perppu tersebut.

Nah, siapa diantara orang yang mengaku paling reformasi, toh kini makin banyak yang paling mengaku para reformis. Dan bagi saya baiknya janganlah menarik ruang macem macem itu karena terlalu merugikan rakyatnya. Bukankah reformasi ini juga untuk membantu keluar kita dari krisis rakyatnya yang penuh tekanan orba saat itu, atau yang kini munculkan Perppu adalah bagian  masih dari lingkaran lama atau berselimur dalam  penghiatanan REFORMASI? Saya tak paham dan hanya ingin bertanya saja? Yuk ah…#NGOPIPAGI. Tabik..!!

Kebagusan, JAKARTA, 9 Januari 2023