Oleh Eko S Dananjaya
Minggu, 19 Desember 2021, nasip bangsa Chile dipertaruhkan di kotak suara. Dua arus politik besar bertarung dan berusaha menghadirkan solusi atas kebuntuan politik Chile dibawah kepemimpinan Presiden Sebastian Pinera.
Arus pertama diwakili Gabriel Boric. Seorang politisi muda dan mantan aktivis mahasiswa. Boric berusaha keras untuk memenangkan pemilu dan mengakhiri warisan Pinochet. Ia berupaya menghadirkan wajah Chile yang lebih baik dan demokratis.
Sedangkan lawan Gabriel Boric adalah seorang pengusaha, pengacara pengikut aliran politik konservatif sekaligus pengagum Pinochet. Ia adalah Jose Antonio kast. ( Berdikari online, Desember 2021 )
Dari Chile kita bergeser ke Malaysia. Kita lihat bagaimana kiprah Anwar Ibrahim, mantan aktivis mahasiswa yang selalu mengkritik kebijakan pemerintah yang kerap salah. Anwar tiga kali masuk penjara karena perjuangannya melawan tirani dan menegakkan reformasi.
Bahkan, pada saat Anwar memiliki jabatan strategis di bawah langsung kepemimpinan Mahathir, ia berani melawan atasannya itu, dan akhirnya berujung pada pemecatan pada dirinya, iapun dituduh oleh Mahathir sebagai pemerkosa dan di publikasi di stempel sebagai kaum homo. Dari skenario peristiwa tersebut dirinya dijebloskan ke penjara.
Anwar Ibrahim adalah sosok yang konsisten pada perjuangan dan cita- citanya. Ia tidak goyah meski harus dihancurkan karir politik dan hidupnya. Pemimpin koalisi partai Pakatan Harapan ( PH ) ini akhirnya menjadi orang nomer satu Malaysia. Anwar Ibrahim dalam pemilu yang diadakan belum lama ini telah mengalahkan Muhyiddin Yasin.
Anwar sejak mudanya sebagai aktivis yang lantang menyuarakan reformasi. Karena aktifitasnya itu maka dirinya masuk penjara kali pertama tahun 1974.
Lain Anwar lain Lech Walesa. Walesa adalah seorang aktivis sekaligus tokoh buruh Polandia. Walesa adalah pendiri sekaligus pemimpin serikat buruh Komunis Independen Solidarnosc. Walesa dianggap sebagai tokoh yang mampu menyingkirkan komunisme dan memperkenalkan demokrasi di Polandia. Dalam kepemimpinannya, Ia juga berjasa dalam pengurangan hutang luar negeri. Dari keberhasilannya cara memimpin negaranya itu, Walesa dianugerahi Nobel perdamaian dunia pada 1983. ( Kompas com 26 September 2018 ).
Tokoh-tokoh politik maupun tokoh perdamaian dunia yang sangat berpengaruh pada kehidupan manusia, tidak terlepas dari awal sejarahnya. Adalah orang-orang yang mempunyai karakter humanisme yang kuat.
Mahatma Gandhi, Abraham Lincoln, Martin Luther King Jr, Dalai Lama, Nelson Mandela dll. Mereka mengedepankan kemanusiaan diatas segalanya. Politik merupakan katalisator, tidak lebih sebagai penata hukum ketatanegaraan yang bermuara pada kebaikan dan keberadaban. Sementara, banyak pemimpin negara yang mengkesampingkan rasa kemanusiaan dan jauh dari keadilan. Pemimpin negara semacam itu hanya sebatas berkuasa, politics is everything.
Yang akhirnya, negara dikuasai, didominasi oleh ketamakan dan kerakusan untuk berkuasa. Negara-negara yang pernah jatuh pada lobang ketamakan dan kerakusan tidak akan pernah melahirkan generasi yang baik. Sebab, rakyat merasa tertekan dan takut untuk berimajinasi atau berkarya dalam hidupnya.
Sejarah buram negara- negara fasistik militer maupun sipil seperti : Filipina di era Ferdinand Marcos, Kamboja saat dipimpin Pol- Pot, Soeharto di jaman Orde Baru, Mohammad Reza Shah Pahlavi Iran, dan rejim politik apartheid Afrika Selatan yang berhasil di gulingkan oleh Nelson Mandela.
Tokoh- tokoh kemanusian dunia diatas telah berhasil mewujudkan perjuangannya membebaskan penjajahan dari rasa ketidakadilan, rasa ketakutan dan pembodohan .
Demikian juga di Indonesia. Tokoh humanisme Hariman Siregar yang selama hidupnya diwakafkan untuk kepentingan orang banyak. Sejak perjuangannya tahun 1974 hingga hari ini, ia konsisten dan tidak sedikitpun berubah pada rasa kemanusiaan.Hariman senantiasa berpihak pada rasa kemanusiaan yang tinggi dan selalu berbagi.
Hariman Siregar adalah sosok yang sulit dibandingkan dengan tokoh- tokoh politik pasca Orde Baru. Ia tidak terpengaruh dengan siapa yang berkuasa. Siapapun akan di bantunya asal penguasa tidak menindas rakyat. Penguasa tidak sebagai tukang bohong. Dan demokrasi bukan sekedar jargon kekuasaan. Hariman Siregar adalah golden bridge to change Indonesia.
Ia adalah jembatan generasi muda yang tidak pernah ada jarak usia. Sebagaimana Hos Cokroaminoto telah melahirkan dan tekun mendampingi tokoh- tokoh muda yang punya integritas tinggi untuk perjuangan kemerdekaan dari penjajahan. Sedang Hariman Siregar adalah resi atau dewa yang berada di kayangan jagad politik Indonesia segala jaman.
Dengan sejarah besarnya, ia tidak pernah congkak apalagi proud. Ia memilih jalan bersama anak- anak muda, mahasiswa dan tentu saja ia tetap sahaja dengan lembaga In-demo nya.
Selamat berdialog bersama kaum muda dan mahasiswa untuk menuju perubahan Indonesia yang lebih baik.
15 Januari 1974
15 Januari 2023.
Penulis adalah penggiat akal sehat.
Tinggal di Yogyakarta.