JAKARTASATU.COM — Di era Soeharto, kehadiran tokoh pergerakan Nuku merupakan seorang man of action, sekaran ini kaum muda pergerakan banyak yang man of words. Menurut saya, kita sudah waktunya berubah dari man of speak to man of action untuk terjadi perubahan. Demikian kata Rizal Ramli di acara 20 tahun Haul Nuku Sulaiman yang diselenggarakan oleh Prodem, Sabtu, 18/2/2023.
Ketika jaman Soeharto pernah dilegalkan judi yang dikenal dengan SDSB. SDSB ini kepanjangannya Sumbangan Dermawan Sosial Berhadiah. Ini judi yang berkedok Sumbangan. SDSB ini diprotes kalangan aktivis, mahasiswa dan masyarakat.
Rizal Ramli menyampaikan gerakan pimpinan Nuku kala itu dengan “tag line” yang diambil dari istilah dari judi yaitu SDSB. Kemudian istilah SDSB menjadi spirit dengan mengubah kepanjangan singkatan menjadi Soeharto Dalang Segala Bencana.
“Jika saja sekarang anak-muda mencoba melakukan perubahan dengan mengambil “tag line” sebagai spirit seperti yang pernah dilakukan Nuku Sulaiman di jaman Soeharto. Itu betul-betul dahsyat, trade mark anti Soeharo yang kepemimpinanannya otoriter saat itu,” sambungnya.
Dalam penglihatan Rizal Ramli, sekarang ini, kaum muda kurang kreatif , mesti dicari tagline yang sinonim bahwa sekarang juga sumber segala masalah. Buatlah lomba membuat “tag line” yang semisal di jaman Nuku. Jika ada yang berhasil membuat “tag line” yang pas, kita kasih hadiah sepeda mini. Hadirin tertawa saat mendengar hadiah sepeda mini.
Ada petanyaan dari peserta diskusi, kenapa hadiahnya sepeda mini ? Jawaban bang RR sapaan akrabnya, karena sekarang ini pemimpinnya mini pikirannya, mini tindakannya, mini pro kepada rakyatnya. Kita sering mengkritik kebijakan pemerintah yang inkonstitusional, KKN. Ini namanya mini pro rakyat.
Menurut Mantan Menko Maritim itu, pemerintah setiap mengeluarkan kebijakan selalu main petak umpet. Begitu kebijakan muncul ke permukaan misalnya diantaranya soal kompor listrik dan lain-lain. Lalu aktivis, masyarakat ramai bereaksi maka mundurlah itu kebijakan kompor listrik. Sepi. Pemerintah ini selalu melakukan check ombak.
Kemudian bang RR mnegibaratkan pemerintsh dengsn rakyat seperti Tom and Jerry.
“Jadi, aktivis beserta rakyat berhadapan dengan pemerintah terkait kebijakan-kebijakan yang merugikan rakyat, pemerintah dan rakyat ini seperti Tom and Jerry. Kita, aktivis dan masyarakat harus sudah mengganti permainan Tom and Jerry ini, jika dilihat adanya inkonstitusional dan KKN.”
“Kepemiminan Jokowi ini sudah LoLa, Loadingnya Lama. Ketika kita punya handphone, gadged loadingnya lama banget, maka harus diganti oleh handphone atau gadged yang baru supaya kerjanya bagus ga LoLa,” ujarnya
“Tahun 1997, 1998 yang tidak suka dengan KKN ini ya kita-kita seperti Sri Bintang Pamungkas, para aktivis 98. Yang senang terhadap Soehato itu tentara, bos-bos media tapi mereka tidak suka dengan KKN-nya. Pak Yacob Utama senang dengan ideologinya Seharto, kebijakan Soeharto, senang dengan kebujakan ekonominya Soeharto, kami terhadap keislamannya Soeharto. Tapi kami bersama aktivis dan rakyat tidak suka karena KKN-nya kelewatan,” beber RR.
Sekarang ini kata Rizal Ramli, KKN Jokowi melebihi Soeharto. Anaknya tidak hanya kuasa dan kaya dengan memiliki sekitar 60an perusahaan. Kebanyakan setoran taipan yang menyogok dia melalui anaknya. Ada sebagian yang membelanya terhadap bisnis-bisnis anak Jokowi, dianggap wajar.
“Ada anak-anak muda Indonesia yang sekolah di Singapore menulis artikel bagus, judulnya “Nepo Baby”, oroknya nepotisme. Dalam tulisan itu mengatakan bahwa, pertama, kalau kalian mengatakan anak mantu Jokowi bisa terpilih jadi bupati secara demokratis apa kalian menghina akal sehat kita?. Kedua, kalau kalian menyimpulkan bahwa dia kaya karena sikap usahanya, inovasinya, apa kalian ini menghina logika kita ?”
“Dua hal ini harus bisa menghentikan permainan Tom and Jerry,” pungkasnya.
| YOS/JAKSAT