ilustrasi/ist
Oleh Suroto
Masyarakat kita sekarang ini telah terjangkit secara akut yang namanya penyakit materialisme. Menjadi masyarakat bendawi. Mengagungkan yang material dan merendahkan martabat kemanusiaan.
Mereka yang berkendara Jaguar, Robicon, dianggap lebih hebat ketimbang mereka yang berkendara Inova. Lalu para pengendara Inova akan memandang rendah mereka yang berkendara Honda Brio.
Mereka yang bertas merek Hermes derajat manusianya dihitung lebih tinggi ketimbang mereka yang menenteng tas kresek. Kekayaan, kepemilikan harta seseorang dipamerkan. Fungsi sejati dari kendaraan dan kantung hilang. Jabatan publik dicari demi prestis, demi mengeruk kekayaan.
Dikejar dengan halalkan segala cara. Menyogok atasan. Memanipulasi keputusan panitia seleksi. Demi pamer kuasa agar dapat mengedalikan para jelata.
Jabatan publik diberitahukan bukan untuk memberi tanda bahwa dia sebagai pelayan rakyat dan paling bertanggungjawab atas semua segala masalah rakyat.
Emblem dipasang untuk tunjukkan diri bahwa dia paling berkuasa. Sebagai penanda orang di sekitarnya agar segera memberi hormat kepadanya.
Merek benda, jabatan itu menentukan siapa dirimu. Consumo ergo sum. Apa yang kamu konsumsi, apa jabatanmu, menentukan siapa dirimu.
Mereka memamerkanya dengan cara meraung-raungkan gas motor Moge di jalan. Selfie sedang nyalon di tempat perawatan termewah musti segera diuplod di medsos agar orang segera tahu jika cantik sejati itu ditentukan dimana kamu nyalon. Sikap orang menjadi sombong dan congkak ketika merasa dirinya itu berkelebihan materi dan kekuasaan.
Martabat manusia begitu mudahnya dihinakan hanya karena dia terlihat lusuh, compang camping dan tak punya pangkat dan jabatan. Kita bahkan bisa melihatnya dari cara mereka bicara, cara bersikap dari orang orang kaya dan kuasa itu.
Mereka ingin terlihat agung di mata orang orang yang lemah, bodoh, miskin papa secara materi. Penyakit itu tak hanya menjangkit pada mereka yang kaya raya dan punya kuasa. Mereka yang miskin papa secara materi dan lemah tak punya kuasa ataupun jabatan juga terserang penyakit mental yang sama.
Mereka menjadi terlihat inferior, tunduk dan kalah, bahkan menjadi fatalis. Keduanya menunjukan bahwa pada dasarnya sama. Menunjuk pada sumber penghormatan pada materi dan kekuasaan. Mengangungkan jabatan dan kekayaan.
Pada akhirnya, kemuliaan dan keberkahan hidup termanipulasi oleh yang material dan artifisial. Orang menjadi obsesif mengejar pangkat jabatan dan kekayaan. Kesetaraan lenyap didominasi oleh kekuasaan.
Pejuang keadilan dan kemanusiaan bahkan dicaci maki dan dianggap sebagai penganggu kekuasaan. Solidaritas nihil digantikan belas kasihan.
Puertorico, 2023