OLEH Dr Memet Hakim, Pengamat sosial
JAKARTASATU — Polling pendapat ini dilakukan selama 3 hari atau 72 jam saja, direspon oleh 907 responden lewat WA, Telegram dan FB. Reratanya 302 responden per hari. Tokoh yg dianggap mampu jadi Gubernur Jabar yang pro pribumi & Islam serta berani menghadapi oligarki ini berbeda dengan survey biasa.
Survey lewat PollingKita.com yg dibuat pada 21/02/2023 Jam 20:30 WIB dan ditutup 24/02/2023 Jam 20:00
Memang menjadi Gubernur sungguh berat tanggung jawabnya di dunia maupun di di akherat. Menjadi Gubernur seharusnya diniatkan untuk tujuan mulia yakni *melindungi pribumi dan umat Islam yg terpecah belah, bukan mencari kekuasaan dan uang semata*. Calon2 terpilih ini dipercaya oleh masyarakat untuk melakukan hal tersebut. Hasil survey sbb. :
1. Netty Aher, PKS, 384 Suara 42.3%
2. KH Cecep Halim, Ulama, 186 Suara
20.5%
3. Rizal Fadillah, Advokat, 127 Suara
14.0%
4. Desi Ratnasari, PAN, 55 Suara 6.1%
5. KH A. Qohar, Ulama, 30 Suara 3.3%
5. Iwan Sulanjana, Purn TNI AD 30 Suara 3.3%
6. RK, Golkar, 27 Suara 3.0%
7. UU R, Wagub, 14 Suara, 1.5%
7. Iwan Bule, purn polisi, 14 Suara 1.5%
8. Memet Hamdhan, Mantan Birokrat, 11 Suara 1.2%
9. Prof.Dr. Herman Susanto SpOG, Akademisi, 10 Suara 1.1%
10. Robby Win Kadir, Purn TNI AD, 7 Suara 0.8%
10. Deddy S Budiman, Purn TNI AD, 7 Suara 0.8%
11. Dindin Maolani, Advokat, 5 Suara 0.6%
Data diatas memperlihatkan ada pergeseran suara yakni Desi Ratnasari yang semula di peringkat 9 sekarang naik ke peringkat 4. Mayjen Iwan Sulanjana tergeser ke peringkat 5, bersama KH A. Qohar peringkat 5
Perbedaan angka antara peringkat pertama dan kedua semakin sempit, begitu juga dengan peringkat ketiga. Peringkat ketiga dan keempat agak jauh. Ada kesan yang tidak biasa dalam polling singkat ini yakni a.l.
1. RK & Uu, sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur terlihat tidak dianggap sebagai pembela pribumi dan umat Islam, juga tidak berani menghadapi pengaruh oligarki (pengusaha aseng). Gambaran ini sungguh memprihatinkan.
Uu sebagai wagub, demikian juga, tidak terlihatk adanya pengakuan publik Jabar. Mungkin umat Islam juga hanya kelompok ttt saja yg diwakilinya, atau dengan kata lain Uu merupakan Wagub untuk kelompoknya saja bukan untuk semua warga Jabar. Konon katanya mau mencalonkan diri menjadi Gubernur Jabar, mungkin harus berpikir ulang, kecuali mampu menjadi pemimpin umat dan pribumi bagi seantero Jabar.
2. Netty Aher, istrinya kang Aher yg saat ini menjadi anggota DPR dari PKS, justru menjadi pilihan utama. Mungkin saat Netty jadi istri Gubernur, aktif dan bergaul dengan masyarakat Jabar, mungkin juga karena berasal dari PKS yg menjadi partai favorit umat Islam, atau mungkin kedua alasan tersebut, sehingga memberi kesan agamis, pinter bergaul dan sederhana. Keberanian menghadapi oligarki memang belum teruji. Sangat mungkin masyarakat Jabar jenuh oleh Gubernur lelaki yg hasilnya biasa2 saja, ingin mencoba Gubernur perempuan siapa tau hasilnya lebih baik, seperti misalnya menyatukan Jabar, menolak tka cina & menghidupkan kembali lahan tidur untuk perkebunan/pertanian.
3. KH Cecep Halim, tokoh ulama dari Garut, terpilih menjadi 2 besar, dibawah Netty Aher. Tokoh ulama ini adalah pionir penolak proyek OBOR, beliau adalah ulama yg tenang tapi disegani di daerah Garut dan sekitarnya. Jadi sejak lama beliau bersama ulama se pulau Jawa telah berani menolak Oligarki. Kecintaannya pada pribumi dan agama tidak perlu diragukan lagi. Tokoh ulama ini mungkin dianggap bisa menyatukan umat Islam.
4. Rizal Fadilah, seorang advokat, tokoh Muhamadiyah, yang sangat produktif menulis dan sarat dengan kritikan pada penguasa, masuk juga dalam 5 besar. Beliau juga dinilai pro pribumi & agama Islam serta berani menghadapi oligarki. Walau badannya kecil, tetapi berani membela yang benar, mengkritik kebijakan penguasa yang merugikan rakyat. Begitu pula menghadapi oligarki di Bandung, RF dkk menggugat cagar budaya masjid yang dijadikan gerai Indomaret.
4. Desi Ratnasari, sebagai Ketua PAN Jabar namanya tersohor, bisa masuk 4 besar, mungkin dianggap pro pribumi dan umat Islam serta berani menghadapi kekuatan Oligarki.
5. Iwan Sulanjana, mantan Pangdam Siliwangi, semua warga jabar mengenalnya. Tokoh jendral sederhana ini mampu terpilih menjadi 5 besar. Satu2nya tokoh purnawirawan yang terpilih dan dinilai pro pribumi dan agama Islam, serta berani menghadapi oligarki
6. KH A.Qohar, toloh ulama, Ketua PA 212, terpilih dalam 5 besar. Pengaruhnya sangat luas. Umur beliau tergolong muda, ahli stategi dan sangat menguasai masalah tata negara dan sejarah kebangsaan Indonesia. Keberpihakannya pada umat Islam dan pribumi serta keberaniannya menghadapi oligarki tidak usah diragukan lagi.
7. Tokoh Jabar lainnya, seperti Memet Hamdhan, Iwan Bule, Robby Win Kadir, Deddy S Budiman, Herman Susanto & Dindin Maolani, RK, Uu belum mendapat suara yg cukup. Alasannya ada 2 yakni :
– Punya rekam jejak yg tidak disukai rakyat, penganut Islamphobia atau
menjadi antek oligarki.
– Belum dikenal atau belum ada Rekam jejak yang diingat oleh masyarakat Jabar. Calon yang masuk dalam kelompok ini, tidak berarti tidak mampu.
Yang jelas popularitas ternyata tidak menjamin elektabilitas, buktinya RK, Uu, yang sangat populer, tapi rekam jejaknya mungkin yang kurang mendukung, sehingga tidak menjadi pilihan dalam survey ini. Alasan lain loncatnya RK ke Golkar mungkin dianggap tidak ingin berkiprah lagi di Jabar. Rekam jejak dan keberpihakan yang kelihatannya lebih menonjol untuk dipilih.
Survey singkat dalam waktu hanya 72 jam saja tercatat ada 907 responden. Analisis ini diperlukan untuk evaluasi saja dan bahan masukan buat partai yang berminat mengusungnya.