Keppres Tidak Sesuai Sejarah Sebenarnya, Tyasno Sudarto Bahas Perjuangan Soeharto dalam Serangan Umum 1 Maret 1949
JAKARTASATU.COM — Dihilangkannya nama Soeharto dalam Keppres No. 02 tahun 2022 dipandang tidak sesuai dengan sejarah yang sebenarnya. Oleh karena itu, dalam Seminar Nasional Maret Bulan Pak Harto yang bertajuk “Kemusuk Bersimbah Darah dan Letnan Kolonel Soeharto” dibahas dalam perspektif Sejarah yang diselenggarakan di Museum Purna Bhakti Pertiwi, Kamis (16/03/23).
Jenderal TNI (Purn) Tyasno Sudarto, KSAD periode 1999-2000, menyoroti permasalahan sejarah di Indonesia. Menurutnya, seminar seperti ini perlu sering diadakan agar mendapat kebenaran dari sejarah, dikarenakan seringkali diubah sehingga lain dari fakta sebenarnya.
“Sejarah ini ternyata bisa dibuat lain daripada sejarah-sejarah benarnya. Ini biasanya dipakai oleh bangsa-bangsa atau negara-negara yang dulunya itu termasuk yang menindas suatu bangsa,” ungkap Sudarto.
“Contohnya sejarah-sejarah tentang perjuangan Indonesia zaman Belanda, kadang-kadang bisa diubah oleh Belanda. Disajikan kepada Internasional sehingga banyak sekali kadang-kadang perjuangan kita ini lain dengan yang sebenarnya,” sambungnya.
Beliau memaparkan uraian sejarah Serangan Umum 1 Maret 1949 serta peran Soeharto sebagai Komandan yang berjasa memimpin peristiwa bersejarah tersebut. Tyasno mengatakan bahwa catatan sejarah tersebut sudah jelas hingga terdapat di museum-museum.
Oleh karena itu, dirinya merasa heran saat Soeharto dihilangkan dalam Keppres No. 02 tahun 2022 ketika hari penegakan kedaulatan negara. Ia memberikan penjelasan atas peran Soeharto dalam peristiwa Serangan Umum 1 Maret.
“Di sinilah bagusnya Serangan Umum 1 Maret tahun 1949 ini. Dan ini yang usul adalah Sri Sultan Hamengku Buwono IX, diterima oleh Pak Dirman. Pak Dirman memerintahkan langsung kepada Pak Harto. Pak Harto dan Sri Sultan membuat rencana dan Pak Hartolah yang memimpin pelaksanaan sidang umum 1 Maret itu,” ujarnya menekankan. (oct/CR-JAKSAT)