Taufan S. Chandranegara budayawan/ dok seni

Prosa Kopi Rasa Lemon

Oleh: Taufan S. Chandranegara, praktisi seni, penulis

Perang antar bangsa manusia atas nama pangeran absurd, dongeng para pendekar menyoal serba-serbi kue serabi, si tukang sulap pemuncak cepat saji kelas pemula, bergantung diskonto subjek atau objek, isu asosiatif.

Bak oknum planet neokolonialisme, tak lagi memegang merek dagang gayahidup adibusana serupa adidaya, berkicau mengorek telingaku mengenai negeriku.

Walah kadalah belum pernah dihajar kentut Semar, ya. Ini negeriku bukan negerimu. Jadi, korek saja telinga negerimu, Bung!

Benderaku adalah aku.

**

Perang-perangan di angkasa maya seolah-olah hua hi hu, biasa aja tuh enggak keren, tak hebat pula. Mending nonton bola. Sorak sorai bergemuruh, di antara kalah-menang. Asyik nontonnya. Arak-arakkan kemenangan, bagaikan pengantin menuju pelaminan. Gembira memberi selamat menempuh hidup baru.

Tak ada kelas makhluk apapun, mengetahui, kilas balik nasib semesta, hidup atau mati. Hanya Tuhan Sang Maha Pencipta-Maha Mengetahui. Pengadilan Akhirat-Penghakiman, bukan urusan manusia, itu, urusan Tuhan Yang Maha Esa. Tertulis di kitab sejarah-Cipta Ning Jagat Buana, berbudi luhur, amanah-beriman, memberi hidup untuk semua makhluk ciptaan-Nya.

**

Ujian dari langit, senantiasa bermunculan, sekaligus membawa berkah jawaban kebijaksanaan berkesinambungan, bisa sederhana bisa rumit. Bergantung pada tolok banding kecermatan harmoni wawasan iman, kemuliaan sesama saling menghormati, persaudaraan, anti-konflik-negatif.

Ke-ilmu-an tidak identik dengan manajemen konflik negatif, kuno loh itu, bak gincu snobisme. Tidak laku di ranah generasi unggul negeri ini, tumbuh-kuat, terus bertumbuh dalam lindungan hukum Ilahiah, sublim.

**

Isme korupsi-perusuh, berlabel haram loh, valid. Hukum Ilahi menuliskan-dilarang mencuri hak sesama-telah ditetapkan oleh kitab suci untuk dunia, termasuk dilarang sombong, mentang-mentang, snob sana-sini bak terompet pales harian. Kan sirna ditiup angin. Tak seindah keroncong kekinian.

Anak-anak negeri, terus belajar, gigih berjuang, fokus, cerdas, cermat, bernas, berbudi luhur, di tengah keprihatinan nasional pandemi-meskipun pula masih saja, ada, oknum pandir raja tega, kelas makhluk api bertanduk. Main sulapan. Bimsalabim! Blink! Langka! Wus! Hilang! Jos! Gigantik korupsi! Wow!

**

Generasi, hingga keperbatasan negeri, naik ke bukit-bukit tertinggi, meraih frekuensi Ilahi, di cuaca apapun. Belajar, bersama, menuju cita-cita Kebangsaan, dalam iman Guru Semesta, bersama tekad ‘Soempah Pemoeda 1928’.

Salam dalam iman cinta kasih sesama. Salam Indonesia Keren Anti Korupsi.

***

Jakarta Satu Indonesia, April 02, 2023