Indra Adil Eksponen PKM IPB 77/78

ANOMALI CUACA DAN POLITIK INDONESIA

Oleh : Indra Adil
Eksponen PKM IPB 77/78

Prolog

Akhir-akhir ini, kita sering tertipu oleh cuaca yang tak menentu, tak bisa diduga. Ini adalah kejadian sehari-hari. Pagi kita lihat langit cerah, nyaris tak berawan. Sampai pukul 10.00 pagi masih seperti itu langitnya, panas terik tanpa awan. Dengan hati mantap kita meninggalkan rumah yang dalam keadaan bertebaran jemuran yang hampir kering pakaiannya. Niatnya keluar untuk belanja ke pasar yang jaraknya hanya kira-kira 1 km dari rumah. Paling sekitar 1 jam di pasar, pikir kita. Maka tenanglah hati meninggalkan jemuran pakaian yang saat kembali ke rumah diprediksi telah kering sempurna. Paling lambat pukul 11.30, dalam rencana sudah kembali ke rumah. Tapi astaga naga…, saat masih di pasar dan baru pukul 11.00, secara tiba-tiba hujan turun dengan deras. Kita terpesona, kok bisa?

Dengan galau, pikiran kita mengembara kembali ke rumah. Jemuran yang mungkin saat ini telah kering sempurna, terbayang basah kuyup menggelantung bak kumpulan keluang atau kalong yang menggelayut tak bergerak. Bila keluang menggelayut karena tidur sehingga tak bergerak, jemuran menggelayut karena kebanyakan air yang menyelimutinya. Setali tiga uang. Selagi kita berpikir bahwa hujan ini akan berlangsung setidaknya setengah jam, ternyata hanya mengguyur bumi yang kita pijak 10 menitan dan udara cerah kembali. Hebatnya, selagi hujan masih mengguyur bumi, sinar matahari sudah lebih dulu menyalib guyuran tali air hujan yang menghujam tanah. Mencengangkan…, karena itu tepat kalau kita sebut sebagai anomali cuaca.

Anomali Politik

Selagi Rezim sedang tenang-tenangnya menikmati kekuasaan yang seakan tak tergoyahkan, dengan kematian demonstran mahasiswa yang tak tersoalkan, tewasnya serentak nyaris 800 orang Petugas Pemilu yang tak terperhatikan bahkan tak satupun ada autopsi terhadap korban, dan kemudian dengan terbunuhnya 6 anggota FPI tak bersenjata yang mengawal sang Ketua Habieb Rizieq Shihab, yang diabaikan, Rezim sedang berbulan madu menikmati kekuasaan otoriternya. Oposisi keciiil… begitu kata hati mereka. Dan memang begitulah kenyataannya. Show of force terhadap kaum oposisi pemerintah yang mempertontonkan kebrutalan Rezim, tak menemukan lawan. Kekuasaan berjalan mulus.

Tiba-tiba bum bum bum…, beberapa tembakan memakan seorang korban tak berdaya. Seorang Ajudan berpangkat Brigadir ditembak oleh seorang Inspektur Jenderal yang berada 10 level kepangkatan di atas sang Brigadir. Tampaknya ini masalah sederhana untuk diselesaikan dengan skenario klise yang mereka gunakan selama ini. Apalagi hanya menyangkut 1 orang keroco. Tapi Tuhan berkehendak lain. Brigadir ini dibuat Sakti Mandraguna, maka bergelimpanganlah 3 Jenderal, beberapa Perwira Menengah dan belasan perwira-perwira di atas sang Brigadir dalam sekejap. Rezim membantai kaki-kaki penopang kekuasaannya sendiri. Polri lumpuh dalam semua lini untuk bisa menopang kekuasaan.

Kini Polri berada dalam genggaman Netizen yang notabene adalah rakyat Indonesia. Tetapi kelumpuhan sebagai penopang kekuasaan Rezim justru membuat Polri mendadak sehat, setidaknya untuk sementara. Mafia Judi berhenti beraksi, Mafia Narkoba istirahat sejenak, Mafia Tambang kolaps, Mafia Kepangkatan nampak lebih berhati-hati dan seterusnya. Polri menjadi Anak Baik seperti perannya semula, karena Netizen mengawasi mereka dengan ketat. Anomali melanda Polri tanpa kita mengetahui siapa yang membuat Skenario Melumpuhkan Penopang Utama Rezim ini. Sehatnya Polri menimbulkan kelumpuhan Rezim. Bukan cuma Anomali, tetapi juga tragedi.

Susul Menyusul

Belum selesai dituntaskan akibat dari meledaknya bom di Institusi Polri, tiba-tiba seorang anak kemarin sore, Mario Dandy meledakkan sebuah bom baru di Lembaga Paling Terhormat di negeri ini, Kementrian Keuangan. Sama dengan di Institusi Polri, bom ini meiedak di pusat-pusat Transaksi Keuangan Utama, di Direktorat Pajak dan Direktorat Bea Cukai. Tak terelakkan lagi, hampir seluruh Transaksi Keuangan Haram di lembaga terhormat ini, mengalir deras keluar bagai banjir bandang yang tak bisa dibendung.

Segala usaha pembendungan yang dilakukan oleh pelaku-pelaku perampokan uang rakyat ini, baik yang terlibat langsung maupun tak langsung, habis terseret banjir kebenaran yang entah kapan akan berakhir. Semua mata rakyat kini tertuju kepada Aktris Utama yang selama dua dekade ini dianggap sebagai Dewi Aphrodite, Dewi Cantik Yunani yang menjadi rebutan Dewa-Dewa Yunani tetapi pada akhirnya dinikahkan oleh Zeus (Dewa Langit Yunani) dengan Dewa Metal yang juga disebut sebagai Dewa Api Yunani, Hephaestus. Sayangnya Hephaestus dikenal berwajah buruk dan justru karena itulah Zeus menikahkannya dengannya. Pada akhirnya Aphrodite melakukan perselingkuhan dengan Dewa Perang Ares. Aphrodite tertangkap basah akibat laporan Dewa Matahari Yunani, Helios, yang matanya selalu awas di saat-saat ia bersinar.

Kemudian Aphrodite dipermalukan oleh suaminya di Gunung Olymphus. Kini Sang Dewi sedang berada dalam ancaman dipermalukan di Gunung Olympus. Semua mata para Dewa dan penduduk negeri ini sedang terhujam kepada dirinya, bisakah ia selamat sebagaimana sepuluh tahun lalu ia diselamatkan oleh Bos para Dewa yang bermarkasi di Negara Paman Sam? Dewa Intelejen Indonesia, juga telah turun gunung atas perintah Bos para Dewa di Negeri Paman Sam untuk menyelamatkan Dewi Aphrodite yang memang sexy ini. Apakah Dewa Intelejen Indonesia yang telah mulai sepuh dan pikun ini masih Sakti? Kita tunggu sambil kita melacak siapakah sesungguhnya Dewa Matahari yang telah melaporkan perselingkuhan Sang Dewi kepada Dewa Api, suami Dewi Aphrodite? Benarkah Dewa ini merupakan kesayangan suami Aphrodite dan selanjutnya akan menggantikan posisi Dewa Api yang kini sedang menguasai negeri ini? Dan benarkah kemunculannya yang tampaknya telah mendapat restu Dewa-Dewa bermata sipit dari Nanking, juga akan mendapat restu Dewa-Dewa Yunani yang kini bermarkas di Washington? Kita tunggu Anomali yang akan muncul berikutnya.

Jatiwarna, Selasa 4 April 2023.