Peran Media dalam Arus Politik Antara Baik-baik Saja dan Tidak Menjalankan Fungsinya
JAKARTASATU.COM – Diskusi Indonesia Mencari Pemimpin dengan tema “Peran Media dalam Arus Politik” menghadirkan Trian selaku tim kreatif acara, Usi Karundeng Penyiar Senior TVRI, dan Gde Siriana Direktur Indonesia Future Studies (INFUS) di Pojok Cakep, Jakarta Selatan, Sabtu (13/5/2023).
Dalam diskusi tersebut Trian mengatakan bahwa masalah yang paling fundamental di Indonesia adalah masalah ketidakadilan. Dia berpendapat bahwa masalah tersebut sudah terjadi sejak era bung Karno.
Lebih lanjut dia mengatakan bahwa dalam menegakkan keadilan dan perjuangan reformasi, media memiliki peran yang sangat dominan serta menjalankan fungsi pokoknya.
“Dan jurnalistik memang menggiring opini, tapi waktu itu kalau nggak salah jurnalistik ini masih memerankan fungsi yang masih sangat baik, yaitu fungsi kontrol sosial, fungsi edukasi, dan seterusnya,” terang Trian.
Trian pun menceritakan bahwa dia merasakan sesal dari hasil reformasi 98 yang tidak membuahkan hasil, hingga meruntuhkan sistem tanpa kemampuan untuk membangun kembali yang lebih baik.
“Nah di sinilah kemudian catatannya bahwa secara sistem, semenjak peristiwa 98, 25 tahun berjalan sampai hari ini, justru kita kehilangan jati diri. Jadi kita tidak memiliki sistem, persisnya sampai hari ini,” ungkapnya.
Berbeda dengan saat era reformasi, dia mengatakan bahwa peran media dalam fungsi edukasi, kontrol sosial, dan perekat sosial saat ini telah berkurang bahkan tidak ada lagi. Dalam arus politik saat ini jurnalistik sudah tidak ada news value dan independensi. Bahkan dia mengatakan bahwa media hanya sebagai alat promosi, propaganda, hasutan, bahkan adu domba karena bergantung pada siapa yang menggunakan atau memilikinya.
“Contohnya kayak fungsi sosial kontrol. Hari ini seolah-olah media sudah tidak mau peduli lagi bagaimana situasi masyarakat kita dengan adanya pemberitaan-pemberitaan,” ujarnya.
Namun, berbeda dengan pernyataan tersebut, dengan menguraikan serentetan peristiwa yang melatarbelakangi reformasi 1998, Usi Karundeng berpendapat bahwa media saat ini masih baik-baik saja.
“Kita harus mempunyai kemampuan membaca dengan latar belakangnya. Tidak bisa tidak, saya belajar 40 tahun di media, saya mengatakan media kita sekarang masih baik-baik saja sampai taraf ini,” tukasnya.
Wartawan senior itu mengatakan bahwa jurnalis harus memegang kode etik mengingat peranannya yang penting.
Lalu menanggapi pernyataan Trian tentang peristiwa 98 yang tak lepas dari peranan media saat ini. Usi mengatakan bahwa kita harus bersabar, meski masyarakat menilai tidak ada perubahan.
Hal itu dia ungkapkan karena meskipun amanat-amanat reformasi masih ada yang belum dijalankan, dia menilai bahwa Indonesia adalah negara yang hebat daya tahann6a
“Kita merasa qda amanat-amanat Reformasi yang belum dijalankan, tetapi walau bagaimanapun kita negara yang hebat daya tahannya, ketahanannya. Kita bukan hanya bersimpati. Kita akan mengenang kepada mereka yang hilang, kepada mereka yang meninggal, tewas, terluka,” jelasnya.
Usi pun mengingatkan bahwa setiap negara memiliki kelemahan. Dan menurut dirinya sistem tidak perlu diganti, melainkan harus diperbaiki.
“Jangan ganti-ganti sistem, mari kita perbaiki sistemnya,” tukasnya.
MAT/CR-Jaksat.