Anies Dengarkan Gagasan Mas Topan
JAKARTASATU.COM – Anies Baswedan (AB) mendengarkan saran, kritik, dan masukan dari banyak tokoh dalam acara Silaturahmi-Dialog Anies Mendengar Mas topan (Masyarakat dan Tokoh Penggerak Perubahan), Jakarta, Senin (15/5/2023).
Berbagai saran gagasan didengarkan oleh Anies dalam acara tersebut. Sebagai calon presiden (Capres) yang diusung partai NasDem, Anies mengapresiasi pada penyelenggara dan tokoh yang telah memberikan saran. Bahkan dirinya mencatat berbagai masukan gagasan sebanyak tujuh halaman dari para penyampai gagasan di depannya.
Setelah mendengarkan, Anies menjelaskan pengalamannya sebagai mantan Gubernur DKI Jakarta bahwa dalam memimpin pemerintahan dengan pegawai yang sangat banyak tidak cukup sekedar menggunakan Standar Operasional Prosedur (SOP). Melainkan diperlukannya value atau nilai yang dipakai oleh pemimpin untuk menjalankan tugasnya dan hingga muncul pertanyaan darinya.
“Jadi pertanyaan yang harus dijawab menjawabnya dengan pengalamannya, pengetahuannya, jaringannya, fiskalnya, dan lain-lain. Tapi kalau tidak pakai nilai dan tidak diwujudkan dalam pertanyaan, itu semua jalan sendiri-sendiri yang tanpa arah karena tidak ada arah, guidance nilai,” kata Anies.
Lebih lanjut, AB menjelaskan bahwa yang menjadi permasalahan di negeri ini penyusunan kebijakan yang didasarkan cost benefit yang tidak ada nilai.
“Nah yang harus dikembalikan adalah bagaimana mengembalikan nilai sebagai kompas dalam perjalanan arah Indonesia ke depan,” jelasnya.
Nilai-nilai tersebut harus disepakati berdasarkan jalan yang lurus, yakni Pembukaan Undang-undang Dasar 1945.
“Itu sumber nilai kita dan itu diturunkan menjadi pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab,” terangnya.
Lalu Anies pun memberikan contoh pengalamannya di Jakarta dengan memasukkan nilai keadilan dalam membuat jalan. Di mana jalan tersebut dibuat dengan memberikan ruang bagi pejalan kaki, sepeda, motor, mobil, kendaraan umum, hingga disabilitas.
“Kita melihat yang perlu kita lakukan ke depan, bagaimana menyepakati ini sebagai deretan nilai yang harus hadir, merujuk kepada problem yang ada. Yang kedua merujuk kepada garis yang sudah ditetapkan oleh para pendiri republik ini,” ucapnya.
Di awal kemerdekaan dunia belajar dari Indonesia, hal itu dijelaskan oleh Anies karena Indonesia mampu menyatukan identitas dari keberagaman menjadi Indonesia di atas suku bangsa. Bahkan kepentingan yang dibangun atas keinginan bersama tanpa kepentingan elit.
“Jadi sudah saatnya saya rasa kita mengembalikan kata kuncinya, gagasan, pikiran menjadi kompas dalam perjalanan pembangunan ke depan. Jangan lagi ada proses pembangunan yang tanpa gagasan, tanpa pikiran karena itulah yang kemudian membuat kita semua punya pegangan arah dan bisa diperdebatkan, bisa didiskusikan,” ungkapnya.
Dan untuk menjaga gagasan beserta demokrasi, lanjut Anies, itu harus dilakukan dengan keberanian yang didasarkan atas kebenaran dari nilai. Juga bersiap menghadapi konsekuensi merepotkan jangka pendek dan memberikan manfaat jangka panjang.
Anies pun berharap agar perjalanannya bersama para pemberi gagasan dimudahkan dalam perubahan. Namun demikian ia ingin Indonesia berjalan di jalan yang mendaki.
“Berjalan landai itu enak, tapi landai dan menurun tidak mengantarkan kita ke mana-mana. Kalau pilih jalan yang mendaki, jalan mendaki itu akan mengantarkan kita ke puncak-puncak baru,” pungkasnya.
MAT/CR-JAKSAT