RIZAL RAMLI : TERLALU BANYAK MASALAH IBARAT HANDPHONE KUDU DIGANTI DENGAN YANG BARU

JAKARTASATU.COM– Peringatan 25 tahun reformasi, puluhan anggota Forum Alumni Perguruan Tinggi Indonesia (API) kunjungi mantan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri era Presiden Abdurrahman Wahid alias Gusdur, Rizal Ramli (RR). Sekitar 40 orang anggota Forum Api dari berbagai universitas Jakarta, Bandung dan Jawa Tengah Jawa Timur di kediamannya di Jalan Bangka, Jakarta Selatan pada Ahad (21/5).

API memanfaatkan Momentum peringatan 25 tahun Reformasi 21 Mei 1998 – 2023 untuk berdiskusi dengan tokoh Nasional Rizal Ramli.

“Dalam rangka lebaran, tapi kita manfaatkan moment ini untuk tukar pikiran, buat diskusi tentang kondisi Indonesia hari ini, masalah-masalahnya apa yang penting, dan bagaimana cara memperbaikinya, supaya Indonesia bisa lebih baik, bisa lebih makmur,” ujar Rizal dihadapan anggota Forum Api.

Ia menyoroti soal demokrasi di Indonesia di era kepemimpinan Jokowi

“Kok bisa sih demokrasi Indonesia makin mundur, kok bisa bukannya reformasi tapi malah yang terjadi itu deformasi, demokrasi semakin mundur, tapi kesejahteraan rakyat juga semakin anjlok. Apa enggak ada cari lain untuk memperbaikinya?” kata Rizal.

“Di jaman Gus Dur, kritik dan bulian sangat kejam lho. Hingga menyinggung soal fisik Gus Dur yang matanya tidak bisa melihat. Tapi kami diem aja tuh,” imbuhnya.

“Karena kami jiwanya demokrasi, ruhnya demokrasi,” jelas Rizal.

Kemudian Rizal Ramli menyoroti soal kebutuhan pangan, petani selain soal demokrasi.

Mantan menko ini menyampaikan memakmurkan petani dan beras menjadi murah tidak memberatkan rakyat.

“Tahun 2000 petani mengalami kresit macet, ga bisa bayar. Maka yang pertama dilakukan hapuskan kredit macet petani karena kalau tidak dihapuskan kreditnya maka petani akan diuber-uber dan disikat tanahnya. Ini pernah saya lakukan di tahun 2000-2001,” tuturnya

“Setelah itu lakukan cara simplel aja, bikin petani kita untung, kalau petani untung maka mereka akan menaikkan produski sendiri. Menaikkan insentif buat petani supaya untungnya lebih besar. Ratio harga gabah dengan harga pupuk yang tadinya 1,5, yang 1-nya untuk pupuk.

“Proyek food estate mah ngabisin duit, menghabiskan puluhan triliun hasilnya nol ,” tandasnya

“Yang paling dasar itu kebutuhan rakyat. Dan masih banyak persoalan, kalau dibahas tidak cukup waktu 24 jam,” kilahnya

“Ibarat handphone, sering lemot, eror. Direset juga ga akan selesai. Makanya kudu ganti itu handphone dengan yang baru,” pungkasnya

Yoss/ Jaksat