KOLONI SENIMAN NGOPI SEMEJA didirikan pada pertengahan tahun 2022. Perkumpulan seniman ini terdiri dari seniman yang bergiat di bidang susastera dan teater sebagai motor utama untuk melahirkan gagasan program-program dalam berbagai bidang seni lainnya. Dan, yang paling ditegaskan, bahwasanya gerakan dasar KOLONI SENIMAN NGOPI SEMEJA adalah gerakan kontra-mainstream.

KOLONI SENIMAN NGOPI SEMEJA merupakan sebuah wadah yang tidak bergantung terhadap unsur-unsur penunjang verbal, seperti gedung serta fasilitas establish lainnya. Namun, gerakan kesenian yang dilakukan tidak sekadar pada persoalan serimonial belaka. Justru program-program KOLONI SENIMAN NGOPI SEMEJA tetap mengacu kepada persoalan estetika yang bersifat substansial. Walaupun ruang laku peristiwa kesenian yang digagas oleh KOLONI SENIMAN NGOPI SEMEJA berada di ruang terbuka (out door), karena itulah konsep dasar dari gerakan estetika KOLONI SENIMAN NGOPI SEMEJA yang berbasis masyarakat umum.

Sementara ruang terbuka yang dimaksud itu merupakan upaya KOLONI SENIMAN NGOPI SEMEJA untuk menjadikan titik tersebut sebagai ‘gedung kesenian’ dengan kapasitas nasional dan internasional, yang kemudian akan melakukan program kerja dengan cakupan sesuai tekad yang dicanangkan. Dan sebagai ruang sentral ‘gedung kesenian’ tersebut adalah salah satu spot di bawah kolong flyover Arief Rahman Hakim, Depok – Jawa Barat yang kini dikelola sangat progresif oleh Komunitas Kampung Kita Depok (K3D), di mana KOLONI SENIMAN NGOPI SEMEJA – secara mutulistik — telah mendapatkan kesempatan untuk mempergunakan (mengelola) spot tersebut sebagai ruang laku bagi seluruh program KOLONI SENIMAN NGOPI SEMEJA.

Mengapa KOLONI SENIMAN NGOPI SEMEJA menetapkan ruang terbuka sebagai ‘gedung kesenian’nya? Tentu saja kesimpulan gerak laku estetika tersebut dicetuskan bukan sebagai tindak ketidakberdayaan. Hal tersebut merupakan langkah alternatif yang paling strategis untuk diberdayakan. Konsep outdoor sangat fleksibel dalam mengakomodir program-program yang hendak digulirkan, sehingga hanya dengan satu area dapat berfungsi sebagai ‘gedung’ apapun sesuai kebutuhan.

Dia dapat menjadi panggung teater dalam tipe apapun, dapat menjadi ruang pamer, ruang diskusi/seminar, ruang pustaka, ruang konser, hingga dapat menjadi lapak bagi produk kreatif. Di samping itu ‘gedung kesenian’ KOLONI SENIMAN NGOPI SEMEJA mengambil titik di bawah flyover Arief Hakim, mengingat titik tersebut paling sangat strategis secara geografis; Di mana orang mudah datang dari berbagai penjuru, karena ditunjang oleh KRL serta moda tranportasi lainnya yang dalam waktu sangat singkat mereka sudah dapat berada di area ‘gedung kesenian’ KOLONI SENIMAN NGOPI SEMEJA.

Serta, bagi mereka yang berkendaraan pribadipun tak perlu pusing memikirkan tempat parkir, selain tersedia jasa penitipan motor berbayar (murah!), juga pribadi (roda empat) dapat mempergunakan (atas izin) lahan luas milik Universitas Tetap Merah-Putih yang berada sekitar + 20 meter dari titik kegiatan.

KOLONI SENIMAN NGOPI SEMEJA memang sengaja meminimalisir kegiatan internalnya hanya sebatas (disesuaikan dengan personil yang termaktub dalam struktur keorganisasiannya, yakni:

1. Susastera

2. Teater

Namun, tidak berarti ruang lingkup kerja KOLONI SENIMAN NGOPI SEMEJA terbatas sampai di situ pula. Ada banyak program yang telah dicanangkan sebagai ajang kerja estetisnya, seperti:

1. Segerobak Puisi Untuk Rakyat (SPUR) sebagai program regular tahunan.
2. Seminar/diskusi seni (mencakup seluruh bidang disiplin seni).
3. Pergelaran/pertunjukan seni (mencakup seluruh bidang disiplin
seni).
4.Pelatihan/workshops seni (mencakup seluruh bidang disiplin
seni)
5.Taman Baca Masyarakat (TBM). Program literasi ini lebih
dicenderungkan untuk anak-anak usia sekolah khususnya. 6.Ekonomi kreatif (memproduksi dan menjual barang-barang
kreatif)
Sebagai catatan penting. Bahwasanya KOLONI SENIMAN NGOPI SEMEJA tidak semata berkisar kepada persoalan pure estetika semata. Gerakan KOLONI SENIMAN NGOPI SEMEJA in shaa Allah selalu bermuara kepada lingkup sosial-religius untuk menepis dominasi kesenian hedonistik yang menjadi mainstream dunia kesenian pada galibnya (walaupun kredo ini bukan mengacu kepada pretensi politik identitas).

Perkara tersebut perlu mendapat definisi sekadar mengidentifikasi sikap estetika, supaya kesenian yang diyakini akan menjadi jelas sidik jarinya; Ke mana dan pada siapa titik akhir perjalanan kreatif tersebut bersemayam.

Jimmy S Johansyah, Founder dan Ketua