- Mengantisipasi Kecurangan Pemilu 2024? Belajarlah Dari Skandal Watergate 1972
Oleh Hendrajit (Wartawan Senior)
Cerita di balik terbongkarnya Skandal Watergate 1972, kiranya penting untuk mengantisipasi kecurangan pemilu berbasis penyalahgunaan kekuasan pada 2024 mendatang.
Investigasi dua wartawan the Washington Post Bob Woodward dan Carl Bernstein pada 1972 lalu, saya kira masih relevan. Terutama yang merujuk pada sumber anonim kedua wartawan Washington Post itu terutama dalam membongkar strategi dan modus operandi kecurangan pilpres di amerika pada 1972.
Semua operasi rahasia Gedung Putih (maksudnya era Nixon kala itu), termasuk sabotase dan infliltrasi dengan modus False Flag Operation, berakar pada sebuah gagasan pokok: OFFENSIVE SECURITY.
Informasi dari Deep Throat yang merupakan nama samaran si narsum tersebut, sangat shoheh mengingat sang narsum itu ternyata dia adalah Mark Felt, mantan Wakil Direktur FBI. Ia baru membuka itu jatidirinya 30 tahun setelah peristiwa itu berlalu.
Beberapa clue Deep Throat kepada Woodward antara lain:
“Ada cara untuk mengurai simpul Watergate. Aku tidak bisa dan tidak mau menyebut nama-nama. Tetapi segalanya mengarah pada sesuatu yang disebut Sekuriti Offensif.
“Coba periksa semua petunjuk. Semuanya ada di situ. Tak seorangpun terlibat dalam permainan ini (operasi rahasia) merupakan karyawan lepas. Ini penting. Semuanya saling terkait.”
“Ingat saja kata-kataku. Semuanya terlibat. Tidak ada karyawan lepas. Aku tahu apa yang kubicarakan ini”
“Anda pernah dengar isilah Rattfucking?” Woordward mencoba menggali info dari Deep Throat. “Ratfucking artinya mata-mata ganda. Berarti inflitasi kubu Nixon ke dalam kubu Partai Demokrat.
“Ada empat pengelompokkan dasar bagi operasi rahasia. Pertama Kelompok November, yang menangani pengiklanan CRP (maksudnya tim pemenangan kembali Nixon).
Kedua, Kelompok konvensi, yang menangani pengumpulan intelijen dan rencana sabotase bagi konvensi Republik dan Demokrat.
Ketiga adalah kelompok Howard Hunt(anggota opsus Gedung Putih) yang benar-benar mengendalikan Tim Operasi Berat.”
“Aku tahu ada pengumpulan intelijen dan permainan di Illenois, New York, New Hempshire, Massachussetss, California, Texas, Florida, dan Distrik Kolombia(Washington). Para pengikut presiden menyebar untuk mengacau kampanye Partai Demokrat dan para penentang Nixon di dalam partainya sendiri.”
“Manipulasi total, itu yang menjadi tujuan mereka (Nixon dan orang-orang kepercayaannya di Gedung Putih). Membuat orang-orang percaya dan bersedia melakukan apapun yang mereka minta. Termasuk pers.” Termasuk menyadap, membuntuti orang, mengirim surat palsu atau membocorkan data palsu, membatalkan rapat umum untuk kampanye, menyelidiki kehidupan pribadi para pesaingnya. Dan menanamkan provokator dalam demonstrasi politik.”
“Departemen Kehakiman dan Biro (FBI) tahu tentang itu semua meskipun tidak menindaklanjuti.”
“Jangan hanya fokus pada penerobosan markas Demokrat. Cobalah konsentrasi pada adanya permainan yang lain. Ini operasi Gedung Putih. Dilakukan di dalam pagar yang melinggkupi Gedung Putih dan Gedung Perkantoran Eksekutif. Cukup kan? ”
Dengan berbekal petunjuk dan kerangka kerja dari sang narasumber yang waktu itu menjabat Direktur FBI, akhirnya terbongkarlah jaringan opsusnya Nixon yang melibatkan orang-orang ring satu Gedung Putih.
Nixon menyadari kalau kebenaran akhirnya terungkap, memutuskan mundur dari jabatan daripada dimakzulkan.