Puguh Warudju : Tanah Air Tumpah Darah Indonesia, Tumpahnya Kemana?

JAKARTASATU.COM— Komunitas KOLONI SENIMAN NGOPI SEMEJA kembali gelas diskusi dengan mengangkat tema “Antara Nasib Pertanian Indonesia dengan Seni Rupa Dapatkah Menuju Pelaminan?” acara diselenggarakan dibawah kolong Fly Over Arief Rahman Hakim, Depok, 3 Juni 2023

Jimmy S. Djohansyah Founder KOLONI SENIMAN NGOPI SEMEJA dalam pengantarnya menyampaikan bahwa masyarakat Indonesia merupakan manusia agraria. Hidup dan tumbuh dari dominasi sawah, ladang, kebun, dan hutan.  Tersebab berkelimpahan karunia tersebut, maka kita pernah berjaya, namun surut ke depan, atas nama pembangunan yang semakin hebat, tak pelak pula sawah, ladang, kebun, dan hutan harus menyerahkan tubuhnya untuk ikhlas dibebat dengan baja dan beton.

“Maka, romantisme tanah sebagai ruh hidup manusia Indonesia nyaris menjadi sebuah kerinduan. Para seniman berusaha merekam jejak romantik itu dalam rupa, tulis, gerak, dan sebagainya,” kata Jimmy

Puguh Warudju, seorang Perupa, Kurator Senirupa, dan Pengamat Budaya narasumber oada acara ini  mengungkapkan Indonesia negara agraris namun para pentani mengalami berat menghadapi kondisi sekarang musabab ruang pertanian yang makin tidak proporsional.

“Kebutuhan ruang petanian berebut dengan pembangunan perumahan, property, jalan tol, infrastuktur dll,” ujar Puguh

“Selain itu kata Puguh terkait pertumbuhan untuk industri,  trading yang lemah,”imbuhnya

“Harga pupuk dan lain-lain selain mahal juga kebijakan-kebijakan pemerintah yang terasa berat bagi pertanian” jelas Puguh

Sangat disayangkan ungkapnya kini para petani di Indonesia hanya sebagai petani penggarap. Bukan petani yang memproduksi dari hasil pertaniannya.

Kehidupan masyarakat agraris menjadi kekuatan nasional. Kedaulatan rakyat dalam negara. Jika masyarakat agraris tidak mendapat perhatian dari pemerintah maka bisa lemah kedaulatan pangannya, kedaulatan hasil buminya. Dan selain itu mereka menjadi miskin.

Padahal pertanian itu dalam akvitaanya sebagai budaya agraris yang cinta damai, ada pertemuan antara pekerjaan yang dilakukan dengan ziarah bathinnya menjadi kontemplasi.  Sebab pertanian, masyarakat agraris itu hubungan alam dengan Sang Pencipta ini bisa terimplementasi dengan buah karya seni. Aktivitas pertanian ini  ada muatan dialog antara kegiatannya dan dan kemudian diimplementasikan dalam wujud karya seni.

“Dimana letak hubungan seninya? Karena masyarakat agraris aktivitasnya berhubungan dengan alam dan pada akhirnya menuju ke yang di “atas”, kemudian ziarah bathinnya dituangkan dalam karya-karya seni seperti lukisan tentang hasil-hasil pertanian, hasil bumi, atau kayarya-karya kerajinan peralatan pertanian, rumah tangga. Sesungguhnya ini membuka peluang dunia ekonomi kreatif bagi para petani,” paparnya

“Persoalan-persoalan pertanian tidak lepas dari kodrati kita sebagai rakyat Indonesia yang memiliki tanah tumpah.  Tanah air tumpah darah Indonesia. Nah tumpah laut, tumpah tanah, tumpahnya kemana ?,” pungkasnya

Yoss/Jaksat