ZulHas, Mengapa Tidak ?!
Partai Amanat Nasional (PAN) bakal tetap usung Erick Thohir sebagai calon wapres. Dengan siapa pun koalisinya.
Tak mengejutkan, karena figur itu sudah dirilis dalam Rakernas PAN Jakarta, 27 Agustus 2022. Nama Erick muncul di antara sembilan calon kandidat. Porsi Erick untuk calon wapres. Frasa “bakal tetap”, dapat diartikan belum keputusan final. Karenanya, masih memunculkan pertanyaan: mengapa tidak dari internal sendiri? Mengapa tidak (sekalian) ketumnya, ZulHas?
Pemilu Serentak 2024 perlu pertimbangan matang. Utamanya strategi memenangkan kontestasi elektoral untuk parlemen. Pemilu legislatif (pileg). Tak semata pilpres yang terasa lebih populer. Parpol berkepentingan langsung terhadap perolehan suara (kursi) legislatif. Di antara fenomena marak “politik uang”. Penetapan dukungan pilpres berkonsekuensi terhadap pileg. Diistilahkan sebagai efek ekor jas (coat-tail effect).
Tak mudah mengalkulasi efek tadi. Berjaya dalam dukungan pilpres, sekaligus berdampak positif pada elektoral pileg. Tak mudah pula semata perhatian pada pilpres. Bahkan sebaliknya. Itulah hal penting konsekuensi pemilu serentak. Tak mudah selanjutnya, adalah di antara dua pilihan — salah satu “harus” dikorbankan. Parpol dimaklumi ingin meraih keduanya.
Dalam hal dukungan terhadap Erick, mungkin saja sudah melalui sejumlah kajian. Mungkin saja bagian dari “politik balas budi”. Tanpa mengurangi trend positif Erick dalam kinerja komandan BMUMN. Tapi, sejatinya belum cukup mumpuni di akar rumput. Masih di permukaan. Tak kecuali, aksi publikasi di kotak ATM. Sebatas konsumsi khalayak yang bertransaksi perbankan.
Skenario tuanrumah Piala Dunia U-20 untuk mendongkrak popularitas, terganjal batal. Jabatan ketum PSSI kadung digenggam. Prestasi timnas Garuda Muda di Sea Games Kamboja, bolehlah jadi pemuas rasa. Tak kecuali mengangkat elektabilitas Erick hingga 4%. Dari 8,8%, kini 12,9%. Setara milik Khofifah Indar Parawansa.
Hasil survei Indikator Politik Indonesia per akhir Mei 2023, Erick di urutan 4. Nomor satu ditempati Ridwan Kamil (20,3%). Menyusul Sandi Uno (14,2%) dan Agus Harimurti (AHY) dengan 13,4%. Pada posisi ini masih diprediksi meningkat, usai penetapan nanti.
Dalam hal peluang ZulHas untuk kandidat bawapres, rasanya masih terbuka. Kinerja menteri perdagangan menjadi terminal pemberangkatan aspek elektabilitas. Mengapa tidak?! ***
– iW
jurnalis senior