Rizal Ramli : Pemerintah Ngajak Miskin Rakyat Rame-Rame

JAKARTASATU.COM— Mantan Menko Perekonomian 2000-2002, Rizal Ramli dalam acara dialog CNBCIndonesia bertajuk “PR Capres 2024 : Gen Z Susah Cari Kerja, PHK Dimana-mana” menilai perhitungan kenaikan upah yang lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi dan inflasi adalah keliru.(Jakarta, 8 Juni 2023)

“Ada rumus penentuan upah oleh depnaker diikuti oleh daerah-daerah yang sebetulnya rumusnya tidak benar. Otomatis dari rumus itu kenaikan upah lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi bahkan lebih rendah dari inflasi,” kata Mantan Menko Maritim ini.

“Itu sih ngajak miskin rame-rame,” tandas Rizal Ramli.

Di mana komponen pengeluaran masyarakat adalah makanan sehingga saat inflasi makanan naik 7% tetapi upah naik hanya 3% tentu saja akan berdampak pada tekanan daya beli, sehingga penting adanya perbaikan rumus perhitungan upah yang diikuti oleh peningkatan produktivitas.

Rizal Ramli menjelaskan pertumbuhan ekonomi hanya dengan cara menaikkan upah.

“Produktivitas harus dinaikkan dan harus genjot pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi tinggi akan meningkatkan upah.”
Menurutnya kalau ekonomi tumbuh 10%- 12 %, lapangan kerja baru akan tambah 4-5 juta orang/tahun. Padahal tenaga kerja baru naik Rp2,9 juta/tahun. Pasti upah akan ikut naik.

Ia uraikan dari contoh kredit UKM hanya 18% dari total kredit sisanya buat yang besar2. Ini harus diubah dari 18% naikkan ke 30% untuk UKM. Dalam satu tahun otomatis uang yang beredar di 40 juta UKM naik 50% lebih banyak. Maka ekonomi rakyat akan kembali bangkit.

“Jangan melihat hanya ekonomi makro saja. Di bawah rakyat sedang susah sekali dan indikator yang paling tepat untuk mengukur kesejahteraan rakyat adalah Human Development Index, kelihatan bahwa Indonesia relatif rendah sekali,” terangnya

Kemudian kata mantan aktivis era 70’an ini, jadi logika berfikirnya harus dibalik, kalau kita pompa uang dan sumberdaya ke yang menengah bawah, ekomomi akan pulih lebih cepat.

“Itu yang kami lakukan saat ekonomi anjlok ke minus 3%. Pompa daya beli ke bawah, pompa uang ke bawah yang akhirnya rakyat di bawah punya daya beli, bisa belanja maka industrinya hidup. Dalam waktu kurang dari 22 bulan. Kita naikkan ekonomi dari minus 3% ke positif 4,5%,” bebernya

“Jadi, cara-cara konservatif mengelola ekonomi sudah harus ditinggalkan. Tidak bisa mengejar target pertumbuhan ekonomi 10-12 % dengan cara-cara kuno,” tukasnya.

Rizal Ungkapkan Solusi di Sektor Pertanian

“Sebagai contoh, sektor pertanian kalau dikembangkan Indonesia bisa menjadi mangkok pangan Asia. Caranya sederhana buatlah petani yang menanam padi, tebu, bawang mendapat untung. Minimal untung 30% dalam satu tahun,”

Jika hal itu bisa terjadi kata Rizal, pendapatan petani di desa-desa naik dua kali lipat dalam setiap 5 tahun. Lalu, apa dampaknya? Generasi muda mau menjadi petani.

“Mind set kita harus diubah kalau mau jadi negara besar, negara makmur tidak bisa seperti cara-cara yang dilakukan Jokowi dan tim-nya. Itu kuno punya dan tidak inovatif”, pungkasnya

Yoss/Jaksat