Di Aksi Jempol Darah, Apa Kata Mereka

JAKARTASATU.COM Aksi Cap Jempol Darah yang digelar di DPP Partai Demokrat dihadiri tokoh-tokoh pergerakan yang pro demokrasi. Syahganda Nainggolan, Burzah Zarnubi, Jumhur Hidayat mantan Kepala BNP2TKI turun hadir dan menyampaikan orasi.  (16 Juni 2023).

Syahganda mengapresiasi sikap kader-kader Partai Demokrat selenggarakan aksi  Aksi Cap Jempol Darah. Hal ini menunjukkan bukti soliditas melawan ketidak adilan atas apa yang sedang dihadapi Demokrat.

Kemudian kata Syahganda,  yang bertarung di pencapresan 2024 itu ada 3 orde. Ke satu, orde lama diwakili oleh Ganjar Pranowo. Ke dua, Orde Baru diwakili  mantunya Soeharto yaitu Prabowo Subianto.  Ketiga,  Orde reformasi. Orde reformasi ini anak-anak muda yang pemikirannya itu ada 3 hal.

Satu, Demokrasi. Di jaman Soekarno tidak ada demokrasi juga jaman Soeharto. Nah ini anak-anak muda seperti Anies dan AHY   masuk dalam orde reformasi yang mengedepankan demokrasi.

Ke dua, solidaritas sosial. Orang-orang seperti ini adalah tipe orang yang tidak mau Indonesia berada dalam kesenjangan sosialnya makin lama makin membesar.

Syahganda membeberkan jurang menganga kaum kaya dan miskin.

“Cukong-cukongnya makin kaya, rakyatnya makin miskin. Hanya yang ingin perubahan ada pada Anies dan AHY,” tandas Syahganda

Yang ketiga, lanjut Syahganda pada orde reformasi ini orang-orang yang anti korupsi. Tiga tema ini yang diusung Anies-AHY ke depan.

Syahganda menyoroti indeks korupsi dan indeks demokrasi.

Indeks korupsi di jaman Presiden Susilo Bambang Yudhoyono selama memimpin 10 tahun mampu menurunkan 14 indeks korupsi.  Sementara di jaman Jokowi indeks korupsi menjadi 34.

“Yang ngomong bukan saya, yang ngomong itu Transfaransi Internasional,” tukas Syahganda

Kemudian indeks demokrasi. Di jaman SBY indeks demokrasi bagus, di jaman Jokowi hancur berantakan.

Masih di tempat yang sama, mantan Ketua Umum Partai Bintang Reformasi  2006- 2011, Burzah Zarnubi mengatakan dalam sistim undang-undang itu yang sudah mengatur partai politik dan anggaran dasar yaitu tidak boleh serta merta membajak, merampok, merampas satu partai politik.

“Kita tidak ingin Istana tidak tahu menahu soal undang-undang ini. Saya tidak serta merta salahkan Moeldoko,” kata Burzah

“Ada di atasnya Moeldoko. Ini sebagai pelajaran jika nanti MK memutuskan memenangkan Moeldoko,” imbuhnya

Yang diperlukan sekarang ini kata Burzah, adalah kampanye tentang demokrasi. Pruralitas, solidaritas, kebersamaan dan spirit persatuan untuk membela demokrasi.

“Jadi harus sadar untuk memperbaiki keadaan negara ini,” tandasnya

Kemudian Jumhur Hidayat menyinggung pergerakan buruh itu tidak sekedar hanya memperjuangkan kesejateraan, juga memperjuangkan demokrasi.

“Karena demokrasi akan berdampak terhadap kesejahteraan,” ujarnya

“Untuk itu saya bersama teman-teman akan berjuang melawan kedzoliman terhadap kesejahteraan dan demokrasi,” tegasnya

“Bisa jadi ini ada reformasi ke dua. Karena kalangan kelas menengah yang sadar, pasti akan bergerak. Sudah dintip-intip  kapan ini terjadi kalu kelakuan para pembegal ini tetap berlangsung,” urainya

“Saya mengatakan hal ini bukan hanya di partai demokrat, tapi di partai manapun. Di Partai merah, kuning, hijau, biru. Apapaun, kalau dibegal harus dilawan,” jelasnya

“Apalagi terhadap Partai Demokrat, saya punya kenangan indah di partai demokrat,” ungkap Jumhur

“Jadi, selamat berjuang kepada teman-teman di partai demokrat. Pastikan kita akan berjuang melawan,” pungkasnya.

Yoss/Jaksat