Puan – AHY, Penonton Kecewa
Serupa, tapi tak sama dengan banyolan Sule dkk di layar TV. Sedikit menghibur, kadung tak bermutu. Minim pencerahan.
Begitu tampaknya perjumpaan Puan dan AHY. Ibarat tontonan, penonton kecewa. Toh, soal itu sudah diduga pula. Puan tak lebih sapuan senyum dan sedikit tawa. Seperti biasa, ya biasa-biasa saja. Cuma itu. Tak ada geliat pemanfaatan panggung “tahun politik”. AHY pun menyesuaikan suasana. Di antara angle tatapan layar.
Ruang publik tersita percuma. Lebih heboh rencana dibanding agenda. Alih-alih hadir pernyataan seputar kandidat dan koalisi pilpres. Kaku, nyaris beku.
Banyolan Sule dkk makin minim kreasi. Membosankan. Jangan bandingkan Warkop DKI dulu. Dono, Kasino dan Indro tak sekadar melawak. Lantaran pula latar perguruan tinggi. Pegiat seni pentas dan film yang bertanggungjawab atas pencerahan dan edukasi. Karuan berbalut satir. Sindiran berbau kritik sosial dan kebijakan dalam kemasan lawak. Meski menyisakan Indro, trio DKI masih dikenang ulang.
Tampilan Warkop DKI mencakup luas negeri. Perjumpaan Puan dan AHY, pun mestinya tentang keindonesiaan. Utamanya soal demokratisasi dan pilpres 2024. Tak cukup bobot perkara pernah berseberangan. Selama dua periode pemerintahan. Bergantian sebagai penguasa dan oposisi. Selebihnya, mirip perjumpaan tak sengaja di kedai kopi.***
iW