Erik Ardiyanto Strategi Crowdfunding dari Oligarki
JAKARTASATU.COM— Penulis buku dan dosen prodi ilmu komunikasi universitas Paramadian Erik Ardiyanto M.Ikom mengatakan bahwa disiplin ilmu komunikasi politik dapat mengambil referensi pada seorang strategi komunikasi politik Bernie Sanders, politisi Amerika Serikat yang memposisikan dirinya sebagai seorang politisi pembaharu, menolak keterlibatan dana oligarki pada kampanyenya, selalu berpihak pada isu-isu lingkungan, kesehatan, kesejahteraan buruh, isu-isu perempuan dan anak muda, dan isu-isu egaliter lainnya. Hal itu ia sampaikan dalam Seminar dan Peluncuran Buku : “Strategi Komunikasi Politik Jelang Pemilu 2024 (Perbandingan Amerika dan Indonesia) di Paramadina, Jakarta (21/6/2023
Lanjutnya, Bernie Sanders, seorang keturunan Yahudi Polandia pada usia 39 tahun maju sebagai calon walikota Burlington lewat jalur independen melawan Gordon Paquette dari partai Demokrat. Sanders berhasil dalam kampanye politiknya dengan memposisikan diri sebagai kelas menengah dan berpihak pada kelas pekerja, apalagi slogan politiknya “Burlington is not for sale”.
Politik kelas ungkap Erik Ardiyanto, adalah kata yang digunakan Sanders dalam menganalisis realitas politik yang ada di masyarakat. Bernie Sanders juga membawa kelompok minoritas ke dalam pemerintahannya dengan membentuk Dewan Pemuda, Dewan Perempuan, Dewan Kesenian dan Majelis Perencanaan Lingkungan. Di saat itu Sanders dianggap sebagai politisi pembaharu yang menawarkan perubahan dan kebaruan.
Penulis buku dan dosen prodi ilmu komunikasi universitas Paramadia ini menunjukkan kepiawaian Sander
Kepiawaian Sanders dalam komunikasi politik ditunjukkannya ketika menjadi anggota DPR dari jalur independen di Vermont pada 1990. Dia membentuk kaukus progresif di kongres dengan mendorong UU Violent Crime Control dan law Enforcement Act. Dia juga menolak invasi AS ke Iraq sewaktu George Bush dan terpilih sebagai anggota Senat dari Vermont dengan jalur independen.
Pada 2010 Sanders menolak Perjanjian Kemitraan Trans Pasifik (TPP) dengan berpidato delapan setengah jam di Senat dan menjadi trending topik media-media popular.
“Dia juga memperjuangkan isu kelas berbasis minoritas, imigrasi, veteran dan rasisme. Meloloskan UU Kesehatan 11 miliar USD untuk kelas bawah dan mendapatkan perawatn kesehatan sejenis BPJS. Mendukung UU Imigrasi “Dream Act” yang mendukung kewarganegaraan imigran di bawah umur. Sanders juga mengajukan rancangan UU Upah Minimum sebesar 15 USD per jam melampaui upah minimum federal Trump yang 7,35 USD per jam,” urainya
Erik menyoroti bagaimana Sender menolak komite politik dengan strategi “Crowdfunding Politics”
“Bernie Sanders popular dengan strategi Urun dana “Crowdfunding Politics” ketika pada 2016 maju sebagai capres dari partai Demokrat. Dia menolak komite politik atau sumbangan dana dari korporasi/oligarki. Sanders memecahkan rekor dengan strategi crowdfundingnya berhasil mengumpulkan dana 6,3 juta dollar USD dalam waktu 23 jam.
“Strategi crowdfunding/dana akar rumput Sanders sukses dalam edukasi politik dan menghindari politik praktis pembagian uang dan barang. Komunikasi politiknya dapat memberi pengaruh psikologi dengan motto : berkontribusi berarti ikut dalam membantu melakukan perubahan politik,” pungkasnya
Yoss/Jaksat