Luhut, Erick & Jokowi Kalian Sangat Kejam…!

by Faizal Assegaf (kritikus)

Kekuasaan yang semena-mena adalah investasi kejahatan dalam kelangsungan bernegara. Untuk sementara praktek bobrok itu bebas dilakukan, tapi kelak berujung kemarahan rakyat.

Diktator Soekarno yang sangat bengis, menghakhiri kekuasaan dengan aneka jejak hitam. Begitu pula Soeharto, dilengserkan oleh arus gerakan reformasi. Kedua peristiwa itu semestinya tidak terulang.

Apa yang kini terjadi di era rezim Jokowi, suka atau tidak, telah memantik ingatan rakyat pada culasnya kekuasaan di masa lalu. Masifnya berbagai gerakan perlawanan di ujung kekuasaan Jokowi menegaskan ancaman kemarahan yang serius.

Memotret pada suara kritis rakyat jelang Pilpres 2024, telah memposisikan Jokowi sebagai musuh bersama. Seruan tangkap Jokowi, adili Jokowi dan sebagainya, makin agresif dan tak terbendung.

Bukan hanya Jokowi, tapi Luhut Binsar Panjaitan, Erick Thohir bahkan anak-anak presiden, menjadi sorotan tajam. Rakyat kian resah dan marah lantaran bertumpuknya ketidakadilan di negeri ini.

Maraknya kejahatan korupsi, penyingkiran hak rakyat atas ekomomi dan kekayaan alam serta segala rupa kebohongan diprouksi oleh rezim Jokowi. Semua itu telah memicu protes yang semakin mendidih.

Ironisnya, Luhut dengan wajah garang tanpa lelah menyemburkan ocehan yang sangat menyobek hati rakyat. Begitu juga Erick Thohir makin gila berburu kekuasaan, akibatnya sejumlah BUMN menjadi lapak pencuri uang negara.

Tak kalah norak, Jokowi dan kedua putranya: Kaesang dan Gibran, asyik mempertontonkan kemegahan dinasti politik di tengah kemiskinan dan penderitaan kehidupan rakyat.

Amanah kekuasaan yang mestinya diperuntukan melayani kepentingan rakyat, berubah menjadi sadis dan arogan. Mereka lupa, empuknya jabatan dan fasilitas negara bukan milik pribadi dan kelompoknya.

Terlalu banyak ketidakadilan yang terjadi. Wajar bila rakyat kian terusik dan gusar menyimpulkan: Luhut, Erick dan Jokowi, kalian sangat kejam! Suara protes itu dari hari ke hari makin membesar menanti rontoknya kesombongan kekuasaan.