Rizal Ramli: Jokowi Kejam Kepada Petani!
JAKARTASATU.COM— Tokoh Nasional Rizal Ramli menyatakan bahwa Jokowi berkali-kali bikin pernyataan akan memuliakan petani. Hobi selfie-selfie di sawah dengan petani. Tapi kebijakannya justru membuat miskin petani. Hal itu disampaikan Rizal Ramli di akun youtube Edy Channel (Rabu, 12/7/2023).
“Kok bisa ada pejabat kata-katanya berkebalikan dengan kebijakannya. Subsidi pupuk dicabuti. Impor beras menjelang panen. Mas Jokowi, sampeyan kok kejam banget sama petani,” kata Rizal Ramli, geram
Rizal mengungkapkan bahwa Jokowi kejam terhadap petani . Beberapa tahun terus menerus mengurangi subsidi, padahal pupuk di daerah sulit sekali dicari. Jikapun ada pupuk tidak bersubsidi sangat mahal dan susahnya setengah mati untuk dapatkan pupuk subsidi.
Sementara kata tokoh nasional itu, Presiden Jokowi di dalam pidatonya seolah-olah pro petani. Bolak balik bertemu dan selfie dengan petani, tapi kebijakannya merugikan petani, bikin petani semakin miskin. Mencabuti subsidi dan impor, impor lagi.
“Kondisi petani hari ini berat apalagi di desa-desa. Mau membuat apa, memproduksi apa, kena hama, gabah murah sekali, mau usaha dagang pun sulit untuk bisa laku. Hari ini , kondisi di Jawa dan sebagian luar Jawa lebih berat dan sulit untuk 40% rakyat paling bawah dibandingkan kondisi rakyat bulan April 1998,” kata Rizal dengan sedih.
Bagi saya kata Rizal, tidak masuk akal kok pejabat apa yang dibicarakan dengan kebijakannya terbalik balik, bertolak belakang. Saya ambil contoh Presiden Jokowi beberapa hari yang lalu memerintahkan agar produksi beras ditingkatkan untuk antisipasi Elnino. Perintahnya sih normal, tetapi yang dilakukan di dalam hal kebijakan dan kejadian di lapangan berbeda, sebaliknya.
Menurutnya, alasan Jokowi kelihatan seakan-akan benar, tapi kalau diteliti lebih dalam analisanya ngawur. Karena selalu dikatakan kalau subsidi pupuk banyak yang disalahgunakan.
“Sebenarnya jika terjadi penyalahgunaan subsidi pupuk yang seharusnya untuk petani, tapi jatuhnya ke perkebunan-perkebunan swasta.
Yang main itu pasti direksi-direksi pabrik pupuk, direksi-direksi distributor pupuk, atau BUMN-BUMN bidang perkebunan,” tandasnya
“Itu kan anak buahnya Pak Jokowi, itu yang harus disikat, bukan dengan mengurangi subsidi pupuk untuk petani”, tukas mantan Kabulog ini.
Tambahan pula setiap kali impor, pengusaha quota impor bisa untung $20 per ton. Jika impor 2 juta ton, maka untungnya $400 juta atau 6 trilliun, sebagian jadi saweran untuk pejabat-pejabat. Kebijakan Jokowi hamya menguntungkan importir quota, pejabat-pejabat, meningkatkan kesejaheraan petani di Thailand, Vietnam dll, tapi membuat petani Indonesia semakin miskin. Kok Mas Jokowi tega dan kejam terhadap petani kita ?
“Maaf ya, saya terpaksa harus kasih kuliah Pak Jokowi melalui akun youtube @EdyChannel ini: tidak seperti pakem ekonom–ekonom neoliberal, subsidi itu tidak selalu jelek asalkan meningkatkan produktifitas dan produksi,” tandasnya.
“Itulah kenapa sejak jaman Orba sampai jaman Gus Dur melakukan subsidi pupuk karena dengan adanya pupuk murah untuk petani , produktifitas dan produksi padi bisa naik sehingga kita tidak perlu impor,” urai Rizal
Selama di dua tahun pemerintahan Gus Dur, kami tidak melakukan impor beras sama sekali. Karena Pertama, harga pupuk disubsidi. Kedua, harga pembelian gabah rationya ditingkatkan dari biasanya 1,50 menjadi 1,75.
“Artinya untuk pupuk 1 dan untungnya petani 0,75 sehingga petani bersemangat untuk meningkatkan produksi sehingga selama dua tahun pemetintah tidak impor beras sama sekali,” jelas Rizal
“Maaf Pak Jokowi, tolong ikuti, tolong pelajari saran saya,” pintanya
“Saya merasa kesal jika ada kebijakan yang merugikan rakyat, makanya tak kepret,” kata Rizal Ramli dengan geram.
Sekali lagi saya tegaskan kata Rizal Ramli bahwa subsidi itu kalau bermanfaat untuk meningkatkan produktifitas dan produksi, ga apa-apa itu dilakukan. Kan ada hitungannya. Peningkatan produksi 2juta ton, manfaatnya secara ekonomis dan peningkatan kesejahteraan petani jauh lebih tinggi dibandingkan dengan biaya subsidi.
Rizal Ramli, mantan Ketua Bulog, mengungkapkan bahwa yang bicara begini bukan hanya dirinya sendiri, tetapi banyak ekonom-ekonom top dari luar negri yang punya pendapat yang sama dengan dirinya.
“Sudahlah, petani tidak usah dikibuli terus dengan gaya sok sederhana dan merakyat,” pungkasnya |Yoss-Jaksat