CATATAN PERJALANAN HAJI, LEMPAR JUMRAH (Bagian 4)
Setelah perjalanan di Arafah, dimana cuaca panas menjadikan semua merupakan latihan perjuangan, sehingga dapat dibayangkan jika seandainya jemaah haji tersebut sepulang dari tanah suci dapat bergerak dengan cepat, tabah dan sabar dalam menghadapi segala tantangan, siap menghadapi setiap perlawanan sebagaimana mereka siap menghadapi musuh di Mina yang dilambangkan dengan melontar jumrah, bergerak bersama-sama, ini merupakan kekuatan umat yang sangat hebat.
Setelah melontar jomrah aqabah, jemaah haji mabit di Mina , baik di kemah-kemah maupun di setiap tempat yang ada yang di tepi jalan, di kolong jembatan, malah ada yang di bawah bus dan truck, di samping wc, di setiap pojok semuanya mabit untuk beribadah, berdampingan dengan segala macam bangsa, dengan warna kulit, budaya, sikap dan sikap laku yang berbeda-beda.
Kemudian setalah waktu dzuhur, semuanya segera bergerak untuk melontar jamrah ula, wustha, dan aqabah, ada yang menuju escalator dan ada yang berjalan menuju ketempat melontar. Ibadah, akhlak dan perjuangan diperlukan selama jamaah berada di Mina baik sewaktu melontar maupun sewaktu melakukan mabit. Setelah melontar jumrah, seluruh jamaah haji bergerak menuju Makkah, ada yang berjalan kaki, dan sebagian besar manaiki kenderaan, seluruh jalan penuh sehingga untuk mencapai Makah yang berjaran hanya sekitar 8 kilo meter tersebut sebagian kenderaan mengalami kemacetan total sehingga 5 sampai 7 jam.
Semuanya menuju Masjidil haram untuk melakukan thawaf ifadhah, sehingga kawasan tawaf baik yang berada di bawah, disamping ka’bah, sampai ke lantai atas, di atap Masjidil haram penuh sesak oleh jamaah yang akan melakukan thawaf dan sai.
Seluruh jamaah haji yang telah ditempa dengan ibadah dengan penuh kekhusyukan disebabkan keadaan dan tempat jemaah yang selalau ingin mendekatkan diri kepada Allah di sekeliling Ka’bah, dengan penuh kecintaan kepada Allah sebagaimana keinginan mereka untuk mencium hajaral aswad, disamping dilatih untuk berakhlak mulia di tengah
perbedaan karakter dan kultur umat yang datang dari segala penjuru dunia, dan dilatih dengan perjuangan dengan kondisi alam yang begitu keras, dengan pengaturan waktu dan manajemen yang harus dilaksanakan dengan baik, semua merupakan modal utama untuk mendapatkan haji mabrur, pribadi yang akan tetap beribadah, berakhlak mulia dan berjuang di tengah masyarakat sekembalinya mereka ke tanah airnya semua.
Semoga jemaah haji dapat menjadi haji mabrur. (bersambung…)
ahm