CATATAN PERJALANAN HAJI, Wukuf di Arafah (Bagian 3)
Perjalanan pun berlanjut sewaktu jamaah haji wukuf di arafah, semuanya berkumpul di tempat yang sama dalam waktu yang sama dengan alam yang penuh tantangan, dengan tempat yang terbatas di dalam tenda, dan fasilitas yang sesuai adanya. Di Arafah jamaah berzikir, bertafakkur, di tengah keramaiaan manusia dan disinilah kepasrahan dan permintaah disampaikan. Doa yang disampaikan semua yang kita minta, karena hanya sehari dan harus segera bergerak cepat setelah sore hari menuju muzdalifah sebelum matahari terbit. Ini harus semua dilakukan secara serentak.
Ada yang berjalan kaki dan menaiki bis yang berjalan dengan perlahan. Jutaan manusia bergerak di malam hari untuk mabit (bermalam ) di Muzdalifah, di alam terbuka. Ada juga tidak turun dari Bis, kami rombongan jamaah turun dan kami berada di lapangan terbuka beratap langit. Tempat padang pasir, dan gunung batu dipenuhi oleh jemaah haji yang ingin beribadah mabit, di tengah kegelapan malam, tanpa tenda, hanya beralaskan tikar apa adanya, merupakan latihan perjuangan yang diperlukan oleh umat setelah jemaah haji pulang ke tanah air.  (Inilah alam yang utuh menyatu, disini juga kami mencari batu untuk nanti dilempar di jamarat di Mina).
Setelah tengah malam, jutaan manusia yang bertebaran di seluruh kawasan muzdalifah, bergerak bersama menuju mina untuk melakukan lontar jumrah  aqabah, bergerak bersama-sama dengan berjalan, dan berkendera, hanya untuk memenuhi rukun ibadah melontar jumrah. Jamrat yang bertingkat, walaupun melapangkan jamaah dari berdesak-desak, tetapi untuk melakukan lontaran tersebut jamaah perlu berjalan jauh, sehingga memerlukan stamina yang kuat.
Di malam hari, jamaah di mina, mabit (bermalam) baik mereka yang di tenda-tenda yang telah dipersiapkan, maupun tenda sederhana dengan alas dari tikar memenuhi seluruh kawasan mina, sampai sebagian mereka mabit dan tidur di tepi jalan, dan di lereng-lereng gunung batu yang curam.
Dapat dibayangkan jemaah haji dari hari wukuf berkumpul di Arafah, kemudian bergerak dalam waktu yang sama berjalan sekitar 8 kilometer menuju muzdalifah, berhenti untuk mabit memenuhi seluruh kawasan sehingga gunung muzdalifah tertutup oleh badan-badan manusia yang sedang mabit, setelah tengah malam, jemaah yang sedang mabit, semuanya bergerak bersama-sama menuju mina yang berjaran dua kilo meter dari muzdalifah, untuk melakukan lontaran jumrah. Jutaan jamaah dengan kekuatan iman, dapat bergerak menaklukkan gurun pasir yang gersang dan penuh tantangan, dengan waktu yang terbatas, dalam gerak yang cepat.

Jamaah Haji tahun 2023 akan wukuf di Arafah tanggal 9 Dzulhijah. Wukuf di padang Arafah adalah rukun haji yang wajib dilaksanakan oleh jamaah haji. Arab Saudi telah memutuskan bahwa wukuf di Arafah pada 9 Dzulhijah 1444 Hijriyah, yang bertepatan dengan 27 Juni 2023.

 

Kepala Daerah Kerja (Daker) Makkah, Khalilurrahman, mengatakan berdasarkan hasil sidang isbat di Arab Saudi memutuskan tanggal 9 Dzulhijah 1444 Hijriyah jatuh pada 27 Juni 2023. Informasi hasil sidang isbat tersebut sudah dipublis sejak pekan lalu.

“Tanggal 9 Dzulhijah (1444 Hijriyah) wukuf di Arafah bertepatan dengan 27 Juni 2023,” kata Khalilurrahman di Makkah, Ahad (18/6/2023) malam waktu Arab Saudi dilansir media

Kepada jamaah haji Indonesia,  Khalilurrahman menyampaikan, mengingat puncak ibadah haji tahun ini pada musim kemarau, ketika cuaca di Arafah dan Makkah mencapai 45 derajat Celsius. Maka itu, jamaah haji sangat diimbauan wajib mengonsumsi minuman yang cukup, makanan yang cukup, dan banyak istirahat.

Jamaah haji jangan banyak keluar ketika menjelang wukuf. Misalnya lima hari sebelum wukuf jangan banyak keluar dari hotel, diharapkan semua jamaah haji istirahat total dari aktivitas fisik yang berlebihan. Jika tetap melakukan aktivitas fisik berlebihan, nanti akan menghambat kondisi jamaah haji saat wukuf.

“Kemudian ketika di Arafah, karena cuaca panas, diharapkan jamaah haji lebih banyak ibadah, karena tujuan mereka tiba di Arafah untuk ibadah, jangan banyak keluar karena akan mengurangi energi mereka dan bisa mempengaruhi kondisi kesehatan jasmani mereka,” ujar Khalilurrahman.

Sebelumnya, Khalilurrahman juga menyampaikan bahwa kondisi lalu lintas yang sangat padat dan macet menjelang dan setelah puncak haji di Arafah menjadi kendala distribusi katering bagi jamaah haji. Sehingga pada 7, 14 dan 15 Dzulhijah layanan katering dihentikan sementara.

“Dalam rentang waktu itu, jamaah haji bisa membeli makanan dan minuman di sekitar hotel. Untuk tanggal 8 sampai 13 Dzulhijah, layanan katering diberikan sebanyak 16 kali di Arafah, Muzdalifah dan Mina,” kata Khalilurrahman.

Dari pantauan Wartawan senior JAKARTASATU.com yang ikut rombongan haji tahun ini bersama Thayiba Tora Indonesia laporkan bahwa hampir semua kawasan yang mengarah ke Mina kini banyak tutup kendaraan kecuali pejalan kaki dan mayoritas para jemaah haji dari seluruh dunia.

Data yang didapat bahwa tahun ini Menteri Haji dan Umrah (Menhaj) Arab Saudi Dr Tawfiq Al-Rabiah mengungkapkan angka pastinya, yaitu dua juta jemaah.

Hal ini diungkapkan oleh Menhaj dalam kunjungan resmi ke Aljazair—negara yang mendapat porsi 41.300 jemaah.

“Arab Saudi bersiap menerima dua juta jemaah selama musim haji tahun 1444 H,” kata Menhaj seperti dikutip dari Saudi Gazette.  (bersambung….)

ahm