Dipa S. Komala : Perupa dan Koperasi Bagaimana Target Market, Product, Place, Promotion, dan Price
JAKARTASATU.COM — Pertanyaan paling mendasar yang perlu dijawab oleh para pelukis dan komunitas seni adalah: “APAKAH (1) kegiatan berkesenian mau membatasi diri sebagai cara mengekspresikan diri dan kelompoknya atau (2) dijadikan suatu industry atau kegiatan yang memiliki nilai ekonomi yang besar? Jawaban atas pertanyaan saya tadi akan sangat menentukan pendekatan atau jalan yang perlu kita tempuh.
Demikian diasampaikan Dipa S. Komala penikmat dan pengamat seni lukis dalam acara penutupan pameran Lukisan di Perpus Nasional, Jakarta 23, Juli 2023.
“Kalau memilih pendekatan keekonomian atau bisnis maka kita harus memilih pendekatan dari aspek PEMASARAN: Membahas unsur Pemilihan target market, Product, Place, Promotion, dan Price secara lebih mendalam,” ujar Dipa
Ia membahas 7 hal yang memperlambat berkembangnya dunia seni rupa, khususnya di Indonesia
(1) PRIORITAS & KEBUTUHAN HIDUP.
Sebagian besar masyarakat menghadapi berbagai tantangan dan kebutuhan hidup sehari-hari, seperti pendidikan, pekerjaan, perumahan, dan kesehatan. Hal ini bisa menyebabkan sebagian orang lebih fokus pada memenuhi kebutuhan tersebut daripada mengapresiasi seni lukis.
Sementara mereka yang sebetulnya memiliki kemampuan untuk membeli lukisan Lebih banyak yang memiliki prioritas lain karena gaya hidup dan konsumerisme yang menjauhkan mereka dari kepekaan dan kemampuan menikmati lukisan.
(2) KURANGNYA PENDIDIKAN & EKSPOSUR TERHADAP SENI LUKIS.
Pendidikan tentang seni dan apresiasi seni seringkali kurang dalam kurikulum pendidikan formal. Kurangnya pemahaman tentang seni dan keindahannya dapat membuat orang enggan untuk lebih memperhatikan karya senilukis.
Beberapa orang mungkin kurang memahami nilai seni sebagai ekspresi budaya dan identitas sehingga membuat orang enggan untuk lebih memperhatikan atau mengapresiasi karya seni lukis.
Padahal sebenarnya seni lukis memiliki peran penting dalam mencerminkan sejarah, tradisi, dan kehidupan masyarakat pada eranya masing-masing..
(3) PERKEMBANGAN TEHNOLOGY & HIBURAN.
Dengan adanya perkembangan teknologi dan hiburan modern, banyak orang cenderung lebih terpikat oleh media hiburan yang lebih cepat, seperti film, televisi, media sosial, dan permainan video. Ini bisa mengakibatkan penurunan minat terhadap seni tradisional, termasuk seni lukis.
Adanya kesenjangan generasi dalam apresiasi seni juga bisa mempengaruhi minat pada seni lukis. Generasi yang lebih muda mungkin lebih tertarik pada tren dan seni modern, sementara generasi yang lebih tua mungkin memiliki pengetahuan dan pengalaman lebih dalam seni lukis konvensional.
(4) KURANGNYA RUANG PUBLIK UNTUK MENAMPILKAN KARYA SENI.
Beberapa masyarakat mungkin tidak memiliki cukup ruang publik atau tempat-tempat yang mendukung untuk menampilkan karya seni lukis. Ketika karya seni tidak memiliki platform yang baik untuk dipamerkan atau diakses oleh masyarakat luas, potensi apresiasi masyarakat pun menjadi terbatas.
Saat ini sebenarnya ada ruang publik yang belum dimanfaatkan secara maksimal untuk memasyarakatkan lukisan ditempat umum: gedung kantor pemerintahaan, gedung kantor perusahaan swasta, Pusat perbelanjaan, Café & Restaurant, Airport, Rumah Sakit, bahkan Taman2 terbuka seperti yang dilakukan di beberapa negara.
(5) KENDALA AKSESIBILITAS
Tidak semua orang memiliki akses mudah ke galeri seni atau museum yang menampilkan karya senilukis. Terutama di daerah pedesaan atau wilayah terpencil, aksesibilitas terhadap seni lukis bisa menjadi kendala, sehingga masyarakat memiliki kesempatan lebih sedikit untuk mengenal dan mengapresiasi karya-karya tersebut.
(6) PREFERENSI SENI YANG BERBEDA.
Setiap orang memiliki preferensi dan selera seni yang berbeda. Beberapa orang mungkin lebih tertarik pada seni lukis, sementara yang lain lebih menyukai seni dalam bentuk lain, seperti musik, tari, atau arsitektur.
(7) PASAR SENI YANG TERBATAS.
Pasar adalah tempat dimana pembeli dan penjual bertemu. Jika pasar seni tidak berkembang dengan baik, para seniman mungkin menghadapi kesulitan dalam mempromosikan karya mereka dan menarik minat pembeli atau kolektor. ALmarhum dr. Boenjamin Setiawan pernah mengingatkan saya: “Kalau pohon sudah berhenti bertumbuh maka sebentar lagi akan mati karena lonceng kematian sudah berdentang”.
Sebagai penutup kata ungkap Dipa, apresiasi seni adalah sesuatu yang subjektif dan dapat berubah seiring waktu. Perlu Lebih banyak upaya kolaboratif melibatkan pelukis, lembaga seni, dan komunitas untuk meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap seni lukis, termasuk melalui pameran seni, program pendidikan, dan kegiatan seni lainnya, hingga upaya untuk semakin mendekatkan diri kemasyarakat.
“Semoga diskusi imi melahirkan ide-ide yang mampu menjawab ke tujuh tantangan yang saya sudah jabarkan secara singkat,” harap Dipa. (Yoss)