BAJINGAN dan TOLOL.
Wawan Leak
Koordinator “Jiwa Progresif Rakyat Merdeka (JPRM)
Dua kata dihari terakhir ini menjadi isue sentral, baik di dunia maya pun dunia nyata.
Yaa kalimat “BAJINGAN TOLOL” terlontar dari salah satu anak bangsa, yang memposisikan diri guna mengisi ruang kosong demokrasi di republik ini.
Penulis tidak tertarik atau sedang membahas artikulasi dari kata BAJINGAN dan TOLOL, ataupun kalimat BAJINGAN TOLOL. Ya dipastikan ada anggapan mencari pembenaran bila fokus pada artikulasi kata atau kalimat tersebut.
Geram dan marah hingga terlontar kalimat BAJINGAN TOLOL atau kata BAJINGAN dan TOLOL, itu yang menarik untuk dilihat dan dipahami kata Wawan Leak Koordinator Jiwa Progresif Rakyat Merdeka atau disingkat JPRM.
Seperti kita lihat bersama dan dengan segala kemampuan nalar kritis kita, apa akar hingga terlontar kalimat atau kata tersebut. Bentuk kekesalan kegeraman dari seorang Rocky Gerung, yang hampir dipastikan mewakili rakyat, yang selama ini tidak mampu bersuara.
Memaksakan IKN, nepotisme dan banyak lagi bentuk keresahan yang ditimbulkan dari kefatalan tata kelola berbangsa dan bernegara.
Belum lagi dengan istilah “cawe – cawe” nya, yang teramat sangat mencederai demokratisasi di Republik ini.
Kekosongan sisi ruang demokrasi hingga terlontar kalimat tersebut adalah bentuk kekesalan kegeraman dan marah pada penguasa dan sebagai aktualisasi rasa kemanusiaan dan cinta Rocky Gerung pada rakyat Indonesia.
Justru dengan segala bentuk ekspresif yang ditunjukkan sekelompok orang dengan membubarkan diskusi publik, sampai dengan lakukan demo sangat lah kontra produktif dengan esensi dari kalimat yg terlontar tersebut.
Belum lagi Kepala KSP Moeldoko dengan ekspresifnya memberikan tanggapan keras tanpa berpikir jernih dari akar masalah penyebab kalimat atau kata tersebut muncul dipermukaan.
Justru Moeldoko mustinya juga berani instrospeksi dan evaluasi dirinya, sehingga tidak ekspresif. Walau seantero masyarakat Indonesia tahu, apa yang dia lakukan selama ini sangat mencederai demokrasi.