Oleh: Suroto
Rakyat Jelata
Sebagai manusia hidup, kita akan selalu terus dihadapkan pada pilihan pilihan sulit. Dari soal remeh temeh, soal imannen atau keseharian seperti memilih makan bakso atau soto hingga soal yang kompleks, rumit, penting, rigit soal mau menikah, berpartner atau tetap hidup sendiri selamanya.
Untuk memilih membeli bakso atau membeli soto dari bujet di kantong yang tipis dan hanya cukup untuk membeli salah satunya itu dilema. Memilih untuk hidup sendiri dan tidak menikah atau berpartner dan hidup bersama orang yang tidak kita cintai misalnya, itu juga dilema.
Memilih menjadi seorang Presiden bajingan tolol seperti kata Bung Rocky Gerung atau menjadi presiden yang baik yang membela kepentingan rakyat itu juga dilema. Jika memilih menjadi bajingan tolol harus mengikuti maunya para bohir. Jika menjadi presiden yang baik membela kepentingan rakyatnya.
Termasuk misalnya dalam memilih Calon Presiden. Sebutlah jika hanya ada tiga calon, lalu ketiganya punya rekam jejak yang buruk dan dukungan partai serta elit kaya yang potensi hanya jadikan presiden terpilih sebagai boneka mereka.
Memilih salah satunya adalah buruk dan menjadi golput alias tak memilih juga tetap meloloskan salah satu di antara mereka. Sebab secara peraturan hanya calon yang disodorkan partailah yang harus dipilih. Hanya mereka yang disodorkan oleh partai dengan batas suara atau elektrolal treshold 20 persen yang akan lolos masuk dalam pemilihan.
Sementara aturan elektrolal treshold 20 persen tersebut ditentukan oleh presiden dan politisi di Senayan. Orang mahfum, selama ini mereka jadi presiden dan parlemen itu juga dapat dukungan dari kepentingan elit kaya. Bahkan anggota Parlemen kita di Senayan itu isinya sudah separoh lebih adalah termasuk dari elit kaya tersebut. Para bohir yang sesungguhnya punya kuasa lebih tinggi dari negara ini. Mereka yang mereka reka regulasi dan kebijakan untuk untungkan kepentingan mereka sendiri. Para pemilik riil republik.
Jadinya jelas, pilihan golputpun menjadi dilematis. Tidak memilih tetap saja di antara ketiganya yang akan lolos jadi Presiden. Kita akhirnya akan dipimpin oleh pemimpin kelas boneka. Kurcaci kepentingan elit kaya yang akan menghabisi hidup kita.
Lalu bagaimana untuk lepas dari dilema cengkeram para banjingan tolol antek bohir dan yang hanya pikirkan urusan perut pribadi, keluarga dan kelompok mereka itu ya harus lakukan apa yang sesuai dengan keinginan kita sendiri. Dengan cara kita sendiri. Sebab kita adalah penentu dari diri kita sendiri, kita adalah ahli dari apa yang menjadi kemauan dan keinginan kita sendiri.
Jika kita menginginkan sesuatu itu ya harus kita raih dengan cara juga yang kita inginkan. Tidak bisa kita serahkan pada sistem yang ada, atau kemauan orang lain yang tidak berkeseuaian dengan mau kita sendiri.
Jika kita ingin presiden yang tak diatur oleh kepentingan para bohir, maka kita harus rombak aturanya. Kita harus minta agar elektrolal treshold itu diganti menjadi 0 persen agar rakyat dapat menyodorkan pemimpin alternatif mereka. Caranya juga tidak mungkin kita lakukan hanya dengan diam saja, kita harus dukung mereka yang sedang perjuangkan lakukan uji materi Undang Undang untuk hapus batasan dari elektrolal treshold 20 persen jadi 0 persen di Mahkamah Konstitusi.
Dalam hidup, kita sering dihadapkan pada pilihan-pilihan sulit. Dari pilihan-pilihan hidup itu kita belajar memaknai sejatinya hidup. Kita hidup hanya jadi bajingan tolol atau menjadi manusia merdeka sesuai kemauan kita sendiri.*
Jakarta, 1 Agustus 2023