JAKARTASATU.COM – Perkembangan politik jelang Pemilu 2024, dua partai parlemen, Golkar dan PAN secara resmi menyatakan dukungannya kepada Prabowo Subianto sebagai capres dukungan mereka. Dus, kemungkinan besar akan ada tiga poros koalisi pengusung capres untuk pemilu 2024 mendatang, yaitu koalisi NasDem, PKS dan Demokrat yang mengusung Anies Baswedan, koalisi PDIP dan PPP yang mengusung Ganjar Pranowo, dan koalisi Gerindra, PKB, Golkar dan PAN yang mengusung Prabowo Subianto. Meski begitu, dalam beberapa bulan ini, belum nampak adanya dinamika terhadap basis dukungan capres yang sudah mengemuka seperti Ganjar, Prabowo dan Anies Baswedan.
Menurut survei Indikator Politik Indonesia yang dilakukan antara 15-21 Juli 2023 kemarin, tren rata-rata dukungan terhadap tiga nama capres di atas, masih menunjukkan dinamika yang sangat landai. Ganjar bergerak di sekitar 5-6% dalam dua setengah tahun, Prabowo bergerak di sekitar 6-7% fluktuatif, dan Anies bergerak di sekitar 3%. Basis Ganjar cenderung lebih terkonsentrasi pada kelompok dan wilayah tertentu saja. Masih didominasi kelompok etnis Jawa, kelompok non muslim, wilayah Jateng-DIY, dan terutama basis Jokowi-Ma’ruf Amin pada pilpres 2019. Separuh basis Jokowi-Ma’ruf Amin pada pilpres 2019 cenderung kepada Ganjar, selebihnya terbelah kepada Prabowo dan Anies, terutama Prabowo. Sementara basis Prabowo pada pilpres 2019 terbelah sangat besar terutama kepada Anies, hanya sedikit yang beralih ke Ganjar.
Sementara itu, basis pendukung Prabowo dan Anies nampak lebih menyebar. Basis Prabowo Subianto lebih menonjol pada kelompok etnis Madura, Sunda, Bugis, Melayu, wilayah Banten, Jawa Barat, Sulawesi, Kalimantan, dan terutama
basis lamanya di pilpres 2019. Sedangkan Anies Baswedan lebih menonjol pada kelompok etnis Minang, Betawi, Bugis, Melayu, pendidikan dan pendapatan tinggi, warga perkotaan, di DKI Jakarta, Sumatera, Sulawesi, yang tidak puas dengan Jokowi dan terutama basis Prabowo-Sandi di pilpres 2019.
Temuan survei Indikator Politik Indonesia yang melibatkan 1.811 responden dari 38 provinsi, dengan margin of error sekitar ±2.35% dan tingkat kepercayaan 95 persen ini juga mengungkapkan basis partai tampak memiliki efek sangat kuat terhadap dukungan capres. Basis partai-partai koalisi secara umum cenderung mendukung calon yang diusulkan partai. Basis Gerindra paling solid mendukung capres yang diusulkan partai, kemudian PDIP, PKS dan NasDem. Demokrat, PPP dan PKB, mayoritas basis pemilihnya keluar dari capres yang diusulkan partai. Basis Demokrat masih dominan kepada Anies, basis PPP terbelah cukup berimbang antara Ganjar dan Prabowo, dan basis PKB cenderung lebih banyak ke Ganjar. Sementara itu, basis Golkar dan PAN, kemungkinan belum terkonsolidasi karena dukungan kepada capres yang baru belum lama diusulkan oleh partai.
Berdasarkan pengelompokan menurut gender, desa/kota dan kelompok usia, fenomena split-ticket voting pada basis partai koalisi Ganjar Pranowo yang keluar dari capres usulan partai cenderung merata di tiap kelompok gender,
desa/kota dan usia, agak condong ke usia semakin tua. Sedangkan basis partai koalisi Anies Baswedan dan Prabowo Subianto, cenderung pada kelompok yang semakin muda, lebih banyak di pedesaan pada koalisi Anies Baswedan, dan lebih banyak pada kelompok perempuan pada koalisi Prabowo Subianto.
Pada pegelompokan berdasarkan agama dan etnis, ditemukan basis partai koalisi Ganjar Pranowo yang keluar dari capres usulan partai terutama pada kelompok etnis Minang, Madura, Sunda dan Melayu. Basis partai koalisi Prabowo Subianto terutama dari kelompok muslim, etnis Jawa, Sunda, Minang, Madura dan etnis Lainnya. Sementara basis partai koalisi Anies Baswedan terutama pada kelompok etnis Madura, Jawa, Sunda dan Melayu.
Sedangkan jika dikelompokkan berdasarkan pendidikan dan pendapatan, basis partai koalisi yang keluar dari capres usulan partai secara umum cenderung pada kelompok yang semakin rendah pendidikan dan pendapatannya, kecuali basis partai koalisi Prabowo Subianto yang lebih merata di hampir setiap kelompok pendidikan dan pendapatan, kecuali pendidikan tinggi.
Pada pengelompokkan berdasarkan profesi, spilt-ticket voting yang terjadi basis partai koalisi Ganjar Pranowo, yang keluar dari capres usulan partai terutama pada kelompok pelajar dan ibu rumah tangga. Basis partai koalisi Prabowo Subianto terutama dari kelompok ibu rumah tangga, buruh dan petani. Sementara basis partai koalisi Anies Baswedan terutama pada kelompok pelajar, petani, buruh dan profesi lainnya.
Dan terakhir pada split-ticket voting yang terjadi berdasarkan wilayah, maka basis partai koalisi Ganjar Pranowo yang keluar dari capres usulan partai terutama terjadi di wilayah Banten, Jawa Barat dan Kalimantan. Basis partai koalisi Prabowo Subianto terutama dari wilayah Bali Nusa, DKI Jakarta, Jateng-DIY dan Sumatera. Sementara basis partai koalisi Anies Baswedan terutama dari wilayah Kalimantan, Jateng-DIY, Banten dan Jawa Timur.
Berdasarkan temuan tersebut maka basis pendukung partai akan menjadi modal utama bagi dukungan capres yang berkontestasi, namun akan sulit meningkatkan peluang memenangkan kontestasi pilpres jika basis pendukung partai tersebut tidak bertambah besar. Apalagi peluang terjadinya split-ticket voting basis partai sangat dimungkinkan seperti halnya yang terjadi pada pada Pilpres 2019 lalu dimana kubu Joko Widodo-Ma’ruf Amin maupun Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, dimana dukungan publik terhadap partai tidak sejalan dengan pilihan capres yang didukung partai. Menurut data Indikator, split-ticket voting tampak tidak bisa dihindari karena berbagai faktor yang kompleks. Dus, meningkatkan basis dukungan partai adalah prioritas utama, kemudian konsolidasi basis pendukung partai kepada capres yang diusulkan partai sebagai prioritas selanjutnya.|RED-JAKSAT