SBY dan Demokrat Harus Mencabut Kata ”Penghianat kepada Anies”

By Habil Marati (Koord KIB)

Bagaimana bisa Anies dikatakan penghianat?. Suatu penghormatan luar biasa bagi Demokrat, SBY dan AHY dipinang Anies untuk di jadikan pendamping. Tapi apa upaya Demokrat, SBY dan AHY untuk mendukung keinginan Anies ini?.

Apakah Demokrat cukup dengan modal mendukung Anies jadi capres dengan kopensasi AHY jadi cawapres? Faktanya keinginanan Anies menjadikan AHY cawapresnya telah diproses oleh team 8 dan menghasilkan nama AHY sebagai calon tunggal potensial cawapres Anies.

Tapi fakta politiknya tidak bisa disepakati dari ketiga Parpol Nasdem, Demokrat dan PKS.

Anies tidak punya kekuasaan memaksa Nasdem maupun PKS untuk menerima AHY cawapresnya lalu di mana letak penghianatan yang telah di lakukan Anies terhadap SBY, Demokrat maupun AHY?.

Justru SBY lah, dan Demokrat bisa menggagalkan pencapresan Anies bila SBY dan Demokrat memaksakan AHY tetap jadi cawapres Anies, disini lah letak kesalahan SBY, Demokrat dan AHY tidak meloby Nasdem, tidak meyakinkan Surya Paloh soal pilihan Anies menghendaki AHY jadi cawapresnya, tugas Anies di sini selesai.

Akan tetapi Kalau SBY dan Demokrat tetap memaksa Anies untuk menjadikan AHY cawapresnya, demikian juga bila Anies memaksakan kehendaknya tetap cawapresnya AHY lalu Nasdem keluar dari Koalisi apakah SBY, Demokrat dan AHY bisa bertanggung jawab mencari penganti Nasdem?, apakah Anies harus gagal jadi capres demi AHY?. Jadi siapa yang berkhianat?, dan siapa yang tidak bertanggung jawab?.

SBY dan Demokrat mestinya terus menerus memberikan warna perubahan dan tetap berada pada Barisan Koalisi Perubahan. Kegagalan dalam proses politik adalah biasa tapi keluar dari barisan koalisi akan kehilangan kepercayaan, Integritas, Intimate.

*Jangan sampai Demokrat terkesan keluar dari Koalisi hanya bermotif self interest.*

AHY adalah masa depan Indonesia dan capres kuat 2034.