Meneropong Sosok Kontroversi Rocky Gerung “Pembela Rakyat”

 

Oleh M. Nur Lapong

Drama pemanggilan ke 2 Rokky Gerung di Bareskrim Polri, telah usai setelah 9 jam diperiksa, massa yang membludak menunggu telah menyambutnya dengan antusias tepuk tangan, Sorak sorai dan teriakan kemenangan.

Bahkan ada kejadian aneh 13 September 2023 di Bareskrim Polri, kemunculan tidak terduga “Novi Bule” yang melakukan persekusi terhadap Rocky Gerung, kontan diuber ramai ramai dibalas dipersekusi oleh simpatisan Rocky Gerung yang sudah lama menunggu Rocky Gerung sambil berorasi.

No Rocky No Party,
Mengenal Rocky Gerung menjadi valid sejak kemunculannya
Dalam Pidato Kebudayaannya di Taman Ismail Marzuki (TIM) 12 tahun setelah Reformasi, “Merawat republik, mengaktifkan akal sehat” Oleh Dewan Kesenian Jakarta 10 Nopember 2010. Dia tampil keren membawakan gagasan yang kemudian dalam dialektikanya hari ini menjadi trend dan kontroversial.

8 Tahun setelah itu tepatnya 18 September 2018, saya dan kawan kawan FA PETISI (Forum Alumni Perguruan Tinggi Se Indonesia), mengundang menjadi Narasumber Dalam Acara Seminar : “Menggugat Keabsahan Konstitusi UUD 1945 Versi 2002 : Meluruskan Sejarah Kembali Kejatidiri Bangsa.” Bertempat di Gedung Juang 45 Jakarta.

Dalam seminar itu yang kebetulan saya menjadi Moderator, saya menilai Rocky Gerung seakan dengan pasti ingin meletakkan perjalanan bangsa ini dalam tataran dialektika perdebatan rasional dalam berbagai dimensinya untuk tujuan membela kemaslahatan dan kemajuan bangsa yang berkeadilan dan berkesejahteraan.

Pandangannya yang mainded sosialistik dalam rumpun Walfare State, masih sejalan pandangan para the founding fathers- Sukarno dkk, pemerintah dan Negara niscaya harus melindungi warga negaranya dari ancaman kaum kapital, bukan sebaliknya menjadi katalisator kaum kapital.

Bahwa banyak nuansa yang mengeritik Si ikonik No Rocky No Party itu, yang melihat sosoknya dinilai sekuler dan liberal oleh sebagian kaum kanan dan konservatif agama, tapi tuduhan itu di balasnya malah dengan membela kepentingan pandangan kaum kanan yang paling kanan sekalipun. Membela kepentingan ummat Islam yang dimarginalkan oleh negara, misalnya oleh tuduhan radikalisme, intoleran dan politik identitas – dan lainnya.

Kita melihat juga Rocky Gerung telah membawa dimensi Bela Negara dalam tataran yang lebih cerdas dan inovatif, bahkan merah putihnya mungkin lebih kental dan lebih beraroma dari pada institusi yang paling merasa diri merah putih di negeri ini.

Walau seorang Sahabat tokoh seniman dan budayawan yang mengeritik kepada saya, bahwa Rocky Gerung bagian mewah orang orang yang telah merusak Konstitusi UUD 1945 menjadi palsu, bahkan seorang sahabat tokoh aktivis kawan saya yang menjadi caleg DPR hari ini, juga bersenandung bahwa pandangan Rocky Gerung ada yang bertentangan dengan pandangan Islam. Tapi saya melihat kritik itu masih dalam porsi yang bisa cair dalam komunikasi intens dari pandangan seorang Rocky Gerung.

Kontroversi Rocky Gerung tidak pernah berhenti, pro kontra di ruang publik makin tajam, tapi Rocky Gerung pasang badan, memang itu yang harus di lakukan dalam mengedukasi dan membela kepentingan rakyat dan negeri ini dari arogansi kekuasaan yang makin elitis dan terkonsentrasi pada segelintir Orang para oligarkhi yang koncoisme dengan para pemodal tamak asing dan Aseng.

Puncak kritiknya pun bergulir terhadap prilaku pemerintah-negara yang arogan dan sewenang wenang atas nama pembangunan, yang di persepsikan ke dalam jabatan Presiden Jokowi soal program IKN dan UU Omnibuslaw yang berdampak besar terhadap kesulitan kehidupan buruh, keluarlah “narasi Bajingan, tolol, dan dungu”. Akhirnya kemudian menuai kontroversi yang berujung pemeriksaannya oleh Bareskrim Polri dengan adanya 28 laporan dari berbagai Kapolda yang pada intinya “menghina dan menyebarkan hoax.”

*Kontroversi Rocky Gerung di Tengah Mayoritas Muslim*

Ditengah masyarakat mayoritas muslim, melihat sepak terjang Rocky Gerung berceramah di beberapa pondok pesantren dan bertemu UAS, mendapat respon beragam khusus nya dikalangn emak emak bahwa Rocky Gerung sudah mualaf, hanya saja belum terang terangan diakui oleh Rocky Gerung apalagi setelah Rahma Sarita Al Jufri mewawancarai Rocky Gerung di rumahnya mengunkapkan bahwa dalam rumah Rocky Gerung bacaan Al-Qur’an dan buku buku Islam menghiasi rumah’ sang Professor.

Namun sebagian emak emak melihat bahwa hal itu soal biasa biasa saja bagi seorang intelektual yang gemar membaca. Sebagian lagi emak masa bodoh dengan Rocky mualaf atau tidak yang penting mereka senang saja dengan komentar kritik Rocky Gerung yang cerdas yang mereka baca dimedia sosial, seakan hal ini menegaskan nilai bobot sang Professor, No Rocky No Party!

Dalam perdebatan yang terekam dalam WAG IKAL UNHAS, sosok pro kontra Rocky Gerung pun menjadi bahasan kawan kawan alumni di wag tersebut soal ceramah dan komentar tentang Islam, dan soal agama sebagai fiksi di media sosial.

Seorang Aktivis UNHAS tahun 80-an yang pernah mengenyam kejamnya penjara orde Baru, saudara Busman Rahman berkomentar, bahwa Rocky Gerung telah membawa semangat Amar Ma’ruf Nahi Mungkar, jadi jangan dilihat dalam aspek epistimologis tapi mari kita lihat dalam perspektif ontologis dalam sosial agama.

Sementara saudara Sopian Kasim Advocat Senior berkomentar lebih terbuka, Rocky Gerung bisa mengambil peran untuk mengetengahkan Islam yang ritual menjadi pembentukan peradaban dalam semua aspek hidup. Dalam menjalankan peran itu, Rocky Gerung harus waspada ketika telah berbicara tentang Islam lebih ketengah dan kedalaman tertentu dia harus kuasai betul, dalam soal itu, Rocky Gerung tentu harus banyak Konsultasi kepada ahlinya mungkin dgn Ustad Abdul Somad dan Ustad Adi Hidayat atau yang lain.

Walau dalam perdebatani WAG IKAL UNHAS JABOTABEK itu banyak juga yang melihat Rocky Gerung hanya cari panggung dan cari pasar simpatik/empatik ummat Islam.

Yang terpenting pemirsa Rocky Gerung berharap agar dia tetap otentik, tulus ikhlas berjuang bagi negara tercinta untuk perubahan dan perbaikan NKRI.

Saya sendiri melihat dan meneropongnya, peran Rocky Gerung sudah seperti peran Ali Syariati di Iran dalam mewujudkan rausan firk masyarakatnya yang tertindas yang kemudian memicu Revolusi di Iran.

Dalam konteks sejarah Bangsa dia telah mirip HOS Tjokroaminoto yang menghimpun kaum progressif dan mengedukasinya dalam pandangan ke Islaman dan sosialisme-nya sehingga kaum kiri, kanan dan tengah bisa bersama sama melawan Belanda dan antek anteknya para kaum Feodal pra-kemerdekaan.

Kita banyak kehilangan sosok tokoh pemberani sejak pasca reformasi tak ada lagi bagawan intelektual dan budayawan yang muncul tokoh tokoh dengan pikiran pikiran besar sekaliber, Cak Nur, Gus Dur, HB Yasin, Mochtar Lubis, Adnan Buyung, Adi Sasono di bidang LSM, Pramudya Anantatoer dll.

Sekarang Tinggal Rocky Gerung, dan yang masih tersisa berjuang tulus konsisten diluar kabinet/pemerintah adalah Cak Nun, dan sebagian kawan kawan Aktivis 70, angkatan 80-an, dan aktivis 98 yang masih konsisten berjuang karena resah dengan situasi hari ini, dengan narasi ” Reformasi di Korupsi.”

Panjang umur Om Rocky Gerung, panjang umur perjuangan demi sebuah perubahan dan perbaikan nyata untuk rakyat dalam mewujudkan rakyat yang merdeka sejati.

MNL,
Rorotan Village 14 September 2023.