Memet Hakim Pengamat Sosial & Wanhat APIB | Dokpri
Memet Hakim Pengamat Sosial & Wanhat APIB | Dokpri

HRS & UAS LEBIH LAYAK JADI PANGLIMA DAN KAPOLRI

Oleh: Memet Hakim
Pengamat Sosial dan Wanhat APIB & APP TNI

Kasus Pulau Rempang membuka tabir betapa seorang Presiden Menko, Menteri, Kapolri dan Panglima telah menjadi antek RRC dan menjadi bawahan 9 Naga. Hal ini terlihat jelas betapa para pejabat tsb begitu gigih ingin mengusur masyarakat Melayu yang telah turun menurun tinggal disana. Allah sang pencipta dan Maha Besar telah membuka aib ini tanpa kita sadari

Hanya demi seorang TW, pengusaha yang merupakan salah seorang dari 9 Naga, para pejabat diatas sanggup dengan segala cara ingin mengusir penduduk setempat dan menggantikannya dengan penduduk RRC. Tentu saja langkah pemerintah ini sangat dzalim pada rakyat.

Menariknya HRS dan UAS yang tidak disukai Jokowi dan aparat, ternyata lebih cinta bangsa dan negara Indonesia dengan cara membela masyarakat Melayu yang diusir oleh para pejabat tersebut. HRS & UAS keduanya Ulama, tidak dibayar dan difasilitasi oleh pemerintah, bahkan mengeluarkan dana untuk membantu rakyat disana. Fakta ini membuktikan bahwa jumlah bintang dan jabatan tenyata bukan jaminan seseorang cinta negara & bangsa. Mungkin lebih tepat jika dikatakan lebih membela siapa yg memberi sedekah.

Berbeda dengan Jokowi yang dijaga khusus oleh Paspampres, tinggal di Istana, semua kebutuhan hidupnya dibayar oleh rakyat yang saat ini sudah kaya raya, anak mantunya sudah kaya juga, malah menyerang rakyatnya sendiri untuk menggantikannya dengan penduduk dari RRC. Apa ini bukan tindakan gila ?

Begitu juga Menkomarves, Polhukam, Panglima TNI, Kapolri, Meninves, sejak seragam, hidup dan rumahnya dibayar oleh rakyat, tapi justru berkhianat pada rakyatnya sendiri yg seharusnya mereka lindungi. Mereka ini ternyata tunduk pada kemauan 9 naga dan RRC untuk membantu invasi RRC dengan mengusir rakyat Melayu dari tanah leluhurnya.

Pola investasi dari RRC lebih tepatnya disebut “Invasi” karena masuk dan menduduki negeri orang tanpa senjata, cukup urusannya dengan “orang dalam”. Invasi murah meriah. Tidak heran jika investasi tsb tidak melibatkan rakyat setempat dan hanya menguntungkan investor dan para pejabat terkait saja. Seluruh tenaga kerja didatangkan dari RRC dan tidak pernah kita dengan ada yang pulang kembali setelah pabrik dibangun. Lokasi pabrik yg mereka bangun sangat tertutup. “Disinyalir ada agenda lain untuk menyiapkan invasi lainnya”.

Para tka asing ini pada prakteknya dibiayai oleh rakyat RI, karena untuk mereka selain gajinya tinggi tidak dikenai pajak. Yang bayar pajak hanya bangsa Indonesia. Entah apa yang ada dalam pikiran para pejabat antek RRC dan oligarki ini, sampai mereka tega menindas bangsanya sendiri untuk kesejahteraan bangsa lain.

Sumpah jabatan dan berbagai sumpah lainnya bagi para pejabat itu dijadikan sekedar hiasan belaka. Pertarungan pulau Rempang dapatlah diartikan sbb :

1. Jika berhasil mengusir rakyat disana artinya pihak pejabat berhasil menjadi pesuruh RRC yang baik dan berhasil menjadi pembela 9 Naga. Tentu ada imbalan khusus dibelakangnya
2. Jika rencana ini gagal, tentu merupakan kekalahan dan raport merah bagi para pejabat terkait dan dianggap tidak setia pada oligarkhi.

Hukuman bagi yg tidak berhasil melaksanakan tugas dari RRC maupun dari 9 Naga yang terberat adalah kematian dalam senyap, merana dan dalam kehinaan. Tetapi kematian akibat mempertahankan bangsa dan tanah air adalah Jihad fisabilillah, balasannya surga. Semua pilihan ada pada para pejabat itu sendiri.

Dengan keberanian membela bangsa Melayu ini, alangkah baiknya jika para ulama dan rakyat bersatu mendukung HRS & UAS untuk membela hak bangsa Melayu yang tertindas.

Perang Nir militer yang selama ini berjalan, tidak lama lagi akan menjadi perang militer antara aparat bersenjata dibantu 9 Naga dan RRC melawan rakyat Indonesia yang tidak bersenjata. Pada setiap perjuangan selalu ada korban, tetapi rakyat akan hilang urat takutnya jika terlalu ditindas dan disakiti

Tanggal 28 September batas waktu yg diberikan kepolisian pada rakyat Rempang untuk mengosongkan negerinya, berbeda dengan 2 hari dengan waktu pemberontakan PKI 30 September. Semua pihak akan bersiap-siap.

Tambahan pasukan Polisi dan TNI sudah tiba, rakyat Melayu dan bantuan lain sudah tiba juga. Tinggal menunggu komando Jokowi, mau lanjut atau mundur. Bela rakyat atau bela China ? Mau jadi penghianat atau tidak.

Pada kasus ini hanya Anies Baswedan seorang bacapres dan PKS satu2nya partai yang berani bersuara lantang, mungkin inilah bacapres dan partai yg bisa membela rakyat seutuhnya, melawan dominasi oligarkhi dan pengaruh RRC.

Ingat di dalam sejarah, pasukan Cina atau pendukungnya belum pernah menang melawan pasukan Melayu. Sejak jaman Khu Bilaikhan menyerang Kertanegara dan Majapahit, pasukan Cina kalah terus. Di Mesir pasukan Cina yang sangat bar bar juga kalah oleh pasukan Mesir.

Jika bandul politik bergerak, yang terjadi bukan pemerintah mengusir penduduk Melayu Rempang, tapi penduduk mengusir warga Cina yg tersebar di seluruh Indonesia. Kalo sudah begitu tidak dapat dipilah lagi mana Cina rakus, penghianat atau Cina yang baik. Presiden dan jajarannya harus bertanggung jawab penuh.

Bandung, 19.09.2023