KOALISI GEMUK, SUARA MENUMPUK ATAU JUSTRU TERPURUK ?

Oleh Ari Saptono

Sejatinya sejak awal publik memantau bahwa penjajakan Demokrat dengan koalisi Prabowo lebih ada kemajuan dibanding ke Ganjar. Maka tak heran jika akhirnya Prabowo menjadi opsi utama bagi Demokrat berlabuh. Kabarnya ada empat posisi Menteri disodorkan untuk partai Demokrat bila bersedia bergabung ke koalisi Indonesia Maju mengusung Prabowo Subianto. Salah satunya posisi Menteri Koordinator akan disematkan pada AHY, sang putra mahkota.

Alhasil hari Minggu 17 September 2023 lalu SBY didampingi oleh AHY dan pengurus teras partai Demokrat menyambangi kediaman Prabowo di Hambalang, Jawa Barat. Pada moment tersebut Prabowo dan Gerindra memuliakan dan sangat mesra dengan SBY. Disinggung soal pertemuan SBY dan Prabowo tersebut, menurut Gerindra ada pembahasan yang intens antara Demokrat dengan partai-partai pengusung Prabowo di Koalisi Indonesia Maju (KIM).

Kecuali Ketua Umum PBB, seluruh Ketua Umum partai sekutu KIM hadir turut menyambut SBY dan rombongan. Suasana yang sarat politis itu, rasanya tidak mungkin hanya sekedar jamuan silaturahmi melepas kangen semata. SBY dalam sambutannya mengatakan kedatangan dirinya, AHY, dan rombongan sebagai isyarat dukungan Demokrat kepada Prabowo sebagai capres di Pilpres 2024. Bagi Demokrat, KIM ibarat rumah sendiri karena kesamaan cita-cita dan arah perjuangan. Oleh karenanya SBY lebih nyaman bergabung dengan KIM mengusung Prabowo.

Didalam KIM sebelumnya telah ada Gerindra, Golkar, PAN, PSI, PBB, Gelora, Partai Garuda. Dengan bergabungnya Demokrat, maka koalisi pengusung Prabowo terlihat semakin gemuk. Pertanyaannya; apakah koalisi gemuk identik dengan kemenangan ? Menurut Jusuf Kalla (JK) koalisi yang besar tak menjadi jaminan bagi tokoh yang diusung akan menang di Pilpres. JK berkaca pada pengalamannya menang Pilpres 2004 saat berpasangan dengan SBY. Meskipun hanya didukung koalisi mini, yakni; Demokrat, PBB dan PKPI atau hanya didukung 11 persen kooalisi partai, tetapi bisa menang 60 persen suara.

Situasi sebaliknya terjadi di Pilpres 2014. Koalisi merah putih (KMP) koalisi gemuk pendukung Prabowo-Hatta saat itu ada; Gerindra, Golkar, Demokrat, PKS, PAN, PPP, PBB. Perolehan total suara partai sekutu KMP 73,6 juta. Tapi capaian suara Prabowo-Hatta 62,5 juta suara, lebih kecil dibandingkan suara koalisi gemuk KMP. Alhasil di Pilpres 2014 Prabowo-Hatta keok melawan Jokowi-JK dengan jumlah suara sah 70,9 juta. Dan perolehan suara Jokowi-JK lebih besar dari gabungan suara koalisi PDIP, PKB, NasDem, dan Hanura.

Sejauh ini KIM adalah koalisi terbesar di Pilpres 2024 yang terdiri dari; Gerindra, Golkar, PAN, PSI, PBB, Gelora, Garuda, yang telah deklarasi mendukung capres Prabowo. Dan tak lama lagi Demokrat juga akan deklarasi dukung Prabowo. Bermodal koalisi gemuk, tentu harapan suara Prabowo terpupuk agar mulus menuju Istana itu ada. Tetapi menengok catatan JK, harapan bisa jadi pupus. Sebab bukan menjadi jaminan bagi tokoh yang diusung koalisi gemuk akan menang Pilpres. Meskipun koalisi gemuk, belum tentu suara kemenangan Probowo bakal terpupuk, bisa jadi suara kemenangan justru terpuruk.

Dalam pertarungan Pilpres, partai-partai dalam koalisi memang harus saling bahu membahu agar bisa menang. Namun tidak bisa dipungkiri disaat yang sama juga diselenggarakan pemilu legeslatif. Demi membela partai masing-masing, bisa dipastikan bahwa partai-partai koalisi akan sibuk dan konsen dikompetisi pemilu legeslatif. Bahkan partai-partai didalam satu koalisi bisa saja mereka saling mematikan, berebut suara di akar rumput untuk kemenangan partainya.

Pilpres 2024 nanti, mutlak rakyatlah yang akan menjatuhkan pilihan berdasarkan tokoh yang maju dengan deratan rekam jejak positif dari sang tokoh. Disamping membangun kekuatan koalisi partai politik, Prabowo juga harus dapat membangun kekuatan koalisi dengan rakyat, tentu dengan memaksimalkan kerja-kerja para relawan. Menurut saya ini yang belum terlihat di kubu Prabowo dibandingkan dengan kubu Anies dan Ganjar. Nah, bermodal koalisi gemuk, suara kemenangan harus terpupuk, jangan sampe suara kemenangan terpuruk. Waallahu a’laam.

AS, 18/09/23