Faizal Assegaf: Saat Ini Organisasi Bernegara Disandera Watak Politik Dinasti
JAKARTASATU.COM— Faizal Assegaf menyatakan Jokowi keluarkan pernyataan bahwa tahu pergerakan partai-partai dari laporan intelijen. Seakan kasih signal kepada para partai agar jangan macam-macam, kira-kira begitu pesannya.
Faizal Assegaf menganggap karakteristik rezim otoriter. Kalau lihat ke masa lalu pada rezim orde baru, kata intelijen itu menakutkan karena yang artinya pembunuhan , penculikan . Dengan apa yang disampaikan Jokowi ini kan membangkitkan kembali apa yang terjadi di rezim orba, rasa trauma ini dibangkitkan dengan tujuan konsolidasi politik kekuasaan. Demikian disampaikan dalam wawancara dengan Jakartasatu.com, Rabu 27/9/2023.
“Tapi sebagian pandangan bahwa hal ini kampungan karena kerja intelijen itu untuk negara, rakyat dan intelijen pekerjaan sensitif,” ujar Faizal.
“Kalau Presiden Joko Widodo seolah-olah mengendalikan intelijen artinya badan intelijen untuk kekuasaan pribadi Presiden Joko Widodo,” imbuhnya.
Faizal menilai langkah-langkah politik Jokowi yang cenderung mengkarbit anaknya memasuki gelanggang atau panggung politik itu punya 2 dua tujuan.
Yang pertama kata Faizal, Jokowi ingin mengirim pesan kuat kepada rakyat bahwa dia punya ambisi untuk membangun dinasti politik untuk menghadapi dinasti politik SBY yang membesarkan anaknya yaitu AHY dan dinasti politik Megawati yang membesarkan Puan Maharani
Faizal menegaskan di sini ada persaingan yang kuat diantara para dinasti politik di lingkaran kekuasaan.
Yang kedua kata Faizal, lebih khusus menyangkut Kaesang tiba-tiba menyebrang ke PSI. Ini harus berani menyimpulkan.
“Kesimpulannya adalah ini pesan Jokowi kepada seluruh rakyat Indonesia bahwa agar tidak percaya lagi kepada PDIP, ” tandas Faizal
“Kesan pertama, bahwa saya sebagai Presiden Republik Indonesia Jokowi bahwa saya mengirim anak saya , merestui anak saya, menggiring anak saya masuk ke PSI sebagai bentuk justice kepada rakyat bahwa saya sudah tidak percaya lagi kepada PDIP, ” beber Faizal
Maka secara otomatis seluruh pendukung Jokowi yang diklaim oleh PDIP 80% akan tidak percaya kepada PDIP.
Kesan ke dua, Jokowi mengatakan dulu Demokrat bikin Partai bisa menjadi besar maka dengan kekuatan, kekuasaan yang dia miliki bisa membesarkan PSI.
“Jadi ini pesan mengancam kepada Megawati, kepada seluruh PDIP lebih khusus basis-basis di Jawa Timur, Jawa Tengah dan di luar itu,” jelas Faizal
Jadi kata Faizal masuknya Kaesang ke PSI untuk mengambil suara PDIP, dan Jokowi akan lakukan all out.
“Saya mengamati bahwa Ibu Megawati terkunci, tidak berdaya menghadapi bocah karbitan Istana yang diproduk oleh Jokowi,” jelasnya
“Untuk ke dua kalinya Ibu Megawati terlihat secara moral itu berlutut di depan Jokowi, tidak berdaya,” jelasnya lagi
Tutur Faizal, proyek pertama kan Jokowi titipkan Gibran sebagai proyek politik yang digendong oleh Ibu Megawati dan didukung loyalis PDIP. Ini suatu kerja politik yang sebenarnya memalukan. Partai PDIP yang begitu besar diberi tugas oleh Jokowi untuk melayani Gibran putra Presiden Jokowi. Dan sekarang Kaesang. Ibu Megawati berlutut, tidak berdaya.
“Pada kasus Kaesang ini publik melihat secara moral, pandangan moral Ibu Megawati seperti berlutut dan tidak berdaya dihadapan kekuasaan Petugas Partai yaitu Jokowi,”
Kenapa berlutut ? Lanjut Faizal, karena Kalau Jokowi itu kader partai yang setia kepada PDIP yang membesarkan dirinya. Sebelum dia mengajak rakyat untuk berpartisipasi masuk ke PDIP maka dia pastikan anaknya, isterinya , kerabatnya bahwa partai ini bagus.
Masuknya Kaesang ke PSI, ini penghinaan terhadap Ibu Megawati. Sekaligus ini pesan yang menakutkan.
Bocah karbitan Istana Kaesang ini melegitimasi kepentingan Jokowi bahwa seolah-olah Jokowi mengatakan kepada seluruh pendukungnya besarkan PSI, hancurkan PDIP.
Lagi-lagi Faizal sebut sayangnya Ibu Megawati dan Puan Maharani terkesan berlutut dibawah bocah-bocah karbitan Istana.
Jadi sia-sia selama 10 tahun membesarkan Jokowi kemudian Jokowi berubah menjadi macan yang seolah-olah berbalik menerkam PDIP yang diposisikan sebagai diomba-domba yang tidak berdaya .
Faizal menilai, sekarang proyek PDIP hari-hari ke depan membicarakan dua putra Presiden Jokowi. Bolak balik mengamani gerak gerik Gibran, Kaesang. Berputar di situ.
“Apakah ini sebagai karma politik atau azab politik atau apalah saya ga tahu. Yang jelas gambaran moral ibu Megawati, Puan dll berlutut di Istana,” tandas Faizal
Ini sangat memalukan dipermainkan oleh bocah-bocah karbitan Istana. Ini bukan saja merusak demokrasi tapi disintegrasi. Karena di pusat kekuasaan, rakyat melihat dimana Presiden hanya sibuk melayani kepentingan anak-anaknya. Untuk melanjutkan syahwat kenikmatan kekuasaan di masa depan.
“Presiden cuek dengan apa yang terjadi seperti Rempang , cuek rakyat digebukin, ekonomi hancur-hancuran. Jadi organisasi bernegara disandera oleh watak politik dinasti yang bertentangan dengan prinsip konsensus bernegara,” pungkasnya. (Yoss)