Ronnie H Rusli: Rekam Jejak Investor di Rempang, Xinyi Glass Tidak Bagus, Kenapa Ngotot?

JAKARTASATU.COM— Ronnie H Rusli.MS. PhD dalam akun tweeternya @Ronnie_Rusli yang diunggah pada Rabu 4/10/2023 menuliskan saya memang curiga sama Xinyi Glass sebelum semua tau nama perusahan ini saya sudah duluan tau nama perusahan ini dari kawan saya dan dia pernah ke China.,

Lanjutnya, juga Xinyi pernah ke Bangka Selatan. Kalau soal pasir kuarsa di Bangka Selatan juga sangat banyak. Pelabuhan sudah ada dan sudah rampung. Dekat lepas pantai lagi dan dekat ke Tanjung Priok. Jadi Rampang bukan soal pasir kuarsa tapi adalah Strategic location yang diarahkan pemerintah China untuk mengamankan Selat Malaka sebagai jalur Migas China.

“Kalau potong bikin selat untuk jalur kapal Migas China di Kra 100% Amerika engga setuju dan Thailand tidak berkutik kepada Amerika. Cukup US National Secirty Adviser datang bersama Kastah AB Amerika ke Thailand. Catat ini,” tulis Ronnie Rusli

Diketahui Nasional Corruption Watch (NCW) mengungkapkan hasil penyelidikan dan pengumpulan data informasi terkait carut marut relokasi lahan masyarakat Pulau Rempang terkait investasi Xinyi Grup.

Menurut NCW dari hasil penyelidikan pihaknya teridikasi adanya dugaan korupsi dan 
pengaturan nilai investasi guna menguntungkan beberapa pihak pada Proyek Strategis Nasional (PSN) Rempang Eco-City dengan investor Xinyi Grup.

Ketua DPP NCW, Hanifa Sutrisna mengungkap, setidaknya terdapat tujuh temuan yang didapati oleh pihaknya dalam polemik Rempang Eco-City. Temuan pertama, terkait rekam jejak kegagalan Xinyi melanjutkan komitmen investasi di Gresik dan Bangka Selatan

“Dari data yang NCW temukan, sebelum Pulau Rempang, ternyata Xinyi Glass pernah membuat MoU yang sama dengan Kawasan Industri Sadai tahun 2020 di Bangka dengan janji akan menyiapkan US$6-7 miliar,” ucap Hanifa saat jumpa pers, Senin (2/10/2023).

“Namun, begitu akan dilanjutkan untuk proses MoA (Memorandum of Agreement), Xinyi Glass seperti raib dan hilang tanpa kabar berita, dan beredar alasan belum dilanjutkan proyek industri kaca terbesar di ASEAN oleh Xinyi Glass karena tidak tersedianya gas di kawasan Bangka Belitung Industrial Estate, Sadai Bangka Selatan,” terang Hanifa.

Kemudian, Hanifa turut menyinggung komitmen investasi Xinyi Glass bernilai US$700 juta di Gresik, Jawa Timur pada tahun 2022. Ketika itu Xinyi masuk dengan menggaet mitra lokal PT Berkah Kawasan Manyar Sejahtera (BKMS) untuk membeli lahan yang digunakan untuk pembangunan pabrik kaca.

“Berdasarkan Perjanjian tersebut, BKMS telah setuju untuk menjual lahan dan Xinyi telah setuju untuk membeli lahan yang luas dalam rangka pembangunan pabrik produksi Kaca Xinyi di Kawasan Ekonomi Khusus JIIPE (KEK JIIPE),” bebernya.

Hanifa jelaskan progres investasi di Gresik, juga tidak jelas ujungnya. Hal ini diduga karena rendahnya kemampuan keuangan Xinyi. Dugaan rendahnya kemampuan keuangan Xinyi Glass ini tercermin dalam laporan keuangan konsolidasi Xinyi Glass Holdings Limited Tahun 2022, yang diaudit EY Ernst & Young’s.

“Hasil laporan keuangan E&Y ini membantah jika disebut Xinyi Group perusahaan berkelas dunia dengan jangkauan pasar global yang dominan. Faktanya, 68 persen penjualan Xinyi Glass di pasar lokal China, bukan dunia,” ungkap Hanifa.

Hanifa mengungkapkan bahwa hasil audit tersebut menunjukkan nilai property plant equipment Xinyi Group hanya US$2,2 miliar dan sales revenue sebesar US$3,4 miliar. Sedangkan consolidate net cash flow hanya US$41 juta.

“Lalu bagaimana mungkin Xinyi Group bisa investasi hingga US$11,5 miliar?  Apakah hanya untuk menggoreng saham Xinyi Glass Holding Limited agar naik dan menguntungkan pihak-pihak yang terlibat dalam persekongkolan jahat ‘investasi bodong’ perusahaan pabrik kaca asal Tiongkok tersebut?” tegas Hanifa.

Hanifa menilai dengan adanya bentrokan masyarakat Pulau Rempang dengan Aparat,  Xinyi akhirnya kena batunya. Insiden tersebut diduga membuat saham mereka turun hingga 20% pada 26 September 2023.

Adapun kenaikan saham Xinyi pada 29 September 2023 lalu, menurutnya tak lepas setelah adanya upaya dari Menteri Investasi Bahlil Lahadalia yang menegaskan bahwa investasi Rempang Eco City tetap akan dilanjutkan dengan 4 poin petunjuk dari Presiden Jokowi.

“Ini sangat terencana dan tertata rapi bahwa Xinyi ini akan dinaikkan namanya, dibuat seolah-olah ini perusahan besar, yang dikatakan target berikutnya membangun pabrik kaca terbesar, sehingga investor akan memperebutkan membeli sahamnya,” ujar Hanifa.

Kemudian, NCW juga menyoroti studi Analisa Dampak Lingkungan (AMDAL) Proyek Eco City Rempang yang belum dituntaskan.

Menurut NCW, hal tersebut terindikasi dari undangan Kepala Pusat Perencanaan Program Strategis BP Batam, Nomor B-4392/A2.1/PT.02/09/2023 tentang Konsultasi Publik Penyusunan Dokumen AMDAL Kawasan Rempang Eco City.

“Ini menjadi pertanyaan publik selanjutnya, apakah sebuah mega proyek bisa dilaksanakan dan dianggap sudah melewati proses kajian yang komprehensif sehingga layak untuk diteruskan?” ujar Hanifa. (Yoss)