Peran Politik Kaum Rebahan Pengusung Perubahan

Oleh: Dandi Ryadi, S.H

Peran Politik Generasi Kolonial

Bila menyebut gerakan pemuda, perhatian publik umumnya langsung mengarah pada Kongres Pemuda II bulan Oktober tahun 1928. Kala itu para pemuda berhasil menuangkan rumusan ikrar yang brilian: “satu nusa, satu bangsa, satu bahasa”. Tujuannya adalah memperkuat kesadaran kebangsaan dan memperteguh persatuan Indonesia.

Lalu siapakah tokoh-tokoh yang berperan di balik lahirnya Sumpah Pemuda? Ada Soegondo Djojopoespito yang berperan sebagai Ketua Kongres Pemuda II. Kartosuwiryo sebagai sekretaris, Amir Syarifuddin sebagai bendahara, Mohammd Yamin yang mengusulkan ikrar Sumpah Pemuda bait ketiga “Bahasa persatuan Indonesia adalah Bahasa Indonesia.” WR Supratman menciptakan lagu Indonesia Raya, ada sosok Sie Kong Liong seorang keturunan Tionghoa yang menyediakan rumahnya sebagai tempat pelaksanaan Kongres Pemuda II. Lalu Johannes Leimena, satu-satunya mahasiswa yang manjadi panitia Kongres Pemuda II dari Jong Ambon.

Mari kita lihat sosok pendiri bangsa lain seperti Seokarno yang sudah tampil di atas panggung di usia yang masih muda dan berani mengambil peran sebagai pemimpin pergerakan antikolonial di Hindia Belanda. Seorang sejarawan mencatat bahwa “ciri pemimpin Indonesia seperti Soekarno, Hatta dan Sjahrir semasa mudanya mereka mengatur hidup menurut cita-cita serta peran yang mereka idamkan… diri mereka memang ditakdirkan tampil memimpin sebuah kelompok yang diwakilinya.”

Gerakan Pemuda Pasca-Kemerdekaan

Setelah Indonesia merdeka, pemerintah mengeluarkan maklumat untuk mendirikan partai politik. Maka lahirlah partai-partai politik seperti Partai Masyumi, Partai Komunis Indonesia (PKI), Partai Kristen Indonesia (Parkindo), Partai Sosialis Indonesia (PSI), Partai Nasionalis Indonesia (PNI) yang berdiri pada tahun 1945. Kehadiran partai politik pasca-kemerdekaan diiringi juga dengan berdirinya organisasi pelajar-kemahasiswaan seperti Pelajar Islam Indonesia (PII) yang didirikan oleh Joesdi Ghazali dkk, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang digagas oleh Lafran Pane dkk pada tahun 1947. Kelak dua organisasi ini turut berperan aktif dalam melengserkan Soekarno yang dianggap sudah bertindak otoriter dan menyalahi konstitusi negara.

Pemuda-pelajar seringkali diidentikan sebagai agen perubahan (agent of change), penjaga nilai-nilai dalam masyarakat (guardian of value), generasi penerus bangsa (iron stock), moral of force bangsa dan sebagai social control yang mampu memberikan saran, kritik dan solusi bagi permasalahan bangsa. Hal itu tercermin dalam gerakan Reformasi 1998. Para pemuda, mahasiswa dan elemen masyarakat lain kembali tampil untuk menggulingkan kepemimpinan Orde Baru yang dianggap korup dan otoriter.

Tantangan Generasi Rebahan

Hari ini Indonesia tengah memasuki era bonus demografi, di mana usia produktif (15-64 tahun) mencapai 190,83 juta jiwa dengan proporsi 69,3% dari jumlah penduduk Tanah Air. Lalu muncul berbagai macam pertanyaan; apakah kita mampu melahirkan generasi produktif yang berkualitas untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045? Apakah kita mampu mewujudkan cita-cita para pendiri bangsa Indonesia?

Pertanyaan ini muncul karena ada keragu-raguan terhadap generasi muda Indonesia saat ini yang dianggap acuh terhadap permasalahan sosial, politik bangsa. Mereka dilabeli sebagai Generasi Rebahan. Jika di Indonesia muncul Generasi Rebahan di China muncul fenomena gerakan Bailan yang menjangkiti sebagian anak mudanya. Bailan bermakna “biarkan membusuk”. Fenomena ini muncul karena tekanan sosial yang begitu tinggi.

Saya meyakini bahwa label Generasi Rebahan dengan konotasi negatif di atas tidak sepenuhnya benar. Gerakan #Reformasi Dikorupsi pada tahun 2019 adalah salah satu fakta bahwa anak muda Indonesia, khususnya generasi Z, masih peduli terhadap persoalan sosial politik yang diangap telah menyimpang dari cita-cita Reformasi 98. #ReformasiDikorupsi dinilai sebagai gerakan demonstrasi terbesar pasca-Reformasi 98 yang mempunyai gaung besar karena dikombinasikan dengan strategi aktivisme digital. Mereka bersuara di Facebook, Twitter, Instagram, Youtube dan kanal sosial media lainnya.

Hal ini dapat dimaklumi karena generasi Z, penduduk yang lahir pasca-1996, adalah digital native. Mereka lahir dan bertumbuh ketika infrastruktur teknologi digital atau internet sudah mapan. Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana peran Generasi Rebahan dalam menghadapi momentum politik Pemilu 2024? Apakah akan ikut serta dalam perubahan dengan memperbaiki dari dalam? Memilih peran checks and balances? Atau memilih golput dan rebahan saja di tempat tidur tanpa aksi apapun?! Ada pameo yang menyebutkan bahwa: Tuhan tidak menyukai hambanya yang klemar-klemer dan kurang sat sit set!

Memang dalam wajahnya yang buruk, politik banyak menampilkan hal yang menyakitkan. Seperti tergambar dalam lirik lagu Sumbang karya musisi Iwan Fals: tikam dari belakang, lawan lengah diterjang lalu sibuk mencari kambing hitam. Namun, yang perlu dicatat bahwa politik itu mulia.

Anak-anak muda yang akan masuk ke dunia politik baik di eksekutif maupun legislatif mesti meluruskan niat bahwa menjadi politisi bukanlah profesi. Tetapi ia adalah orang yang terpanggil untuk berpolitik demi mewujudkan keadilan & kesejahteraan. Sementara anak muda dan kelompok lain yang memilih posisi di luar kekuasaan, atau beroposisi, harus tetap menjalankan fungsi kontrol sosial. Mengutip cendekiawan Muslim Nurcholish Madjid: menjadi oposisi itu terhormat!

Berpolitik merupakan hak setiap warga negara. Itulah kenapa seorang dokter seperti Mahatir Muhammad mantan PM Malaysia terjun dalam politik. Kita juga melihat Anies Baswedan yang merupakan akademisi berpolitik, ada Khofifah Indar Parawansa perempuan aktivis ormas keagamaan memilih berpolitik, Zainudin MZ yang merupakan tokoh agama dan Surya Paloh yang berprofesi sebagai jurnalis-pengusaha juga berpolitik.

Sebagai seorang yang pernah berproses di organisasi Pelajar Islam Indonesia (PII) penulis merasa optimis bahwa peran politik Generasi Rebahan di pemilu 2024 akan membawa perubahan untuk masa depan Indonesia yang lebih baik. Bahkan Time pernah merilis artikel yang berjudul How Generation Z Will Change the World. Tulisan ini menggambarkan bahwa perubahan besar di dunia akan berada di tangan generasi ini!