PERANG PALESTINA- ISRAEL
MERUPAKAN PERANG KEMERDEKAAN PALESTINA
Oleh : Memet Hakim
Pengamat Sosial, Wanhat APIB & APP TNI
Latar Belakang
Israel menyatakan perang pada Hamas, tanggal 07.10, 2023, setelah Isrel di serang oleh Hamas dengan membobol benteng batas wilayah Israel di dekat kota Sderot. Di Palestina ada 2 organisasi besar yakni Hamas yang kuat pendiriannya dan tidak mau mengakui Israel berada di tanah Palestina. Satu lagi adalah PLO yang moderat dan mau mengakui Israel sebagai negara di tanah Palestina. Jadi Perbedaan dengan PLO adalah Hamas tidak mengakui hak dan keberadaan Israel. Sebagai pemimpin dari PLO, Yasser Arafat pada tahun 1993 sudah berdamai dengan Israel dalam konteks kesepakatan Oslo untuk mengakhiri intifada pertama pada 1987. Di sisi lain, Hamas malah menolak rekonsiliasi tersebut dan terus menyerang Hamas kemudian melanjutkan perang melawan Israel di jalur Gaza sembari mengklaim mereka hanya “membela diri”. Dalam sejarahnya, Hamas sudah terlibat dalam perang melawan militer Israel mulai dari tahun 2008, 2009, 2012 2014, 2021 dan terakhir 07.10.2023. Hamas memang militan dan konsisten pada perjuangannya.
Bagaimana dengan Fatah? Meskipun sama-sama berasal dari organisasi Palestina, Hamas dan Fatah pernah konflik, ketika Hamas menang dalam pemilihan legislatif. Setelah konflik bersenjata antara dua faksi, sejak konflik bersenjatan antara keduanya kepemimpinan Palestina terbelah sejak 2007. Fatah mengatur wilayah Tepi Barat, sementara Hamas mengatur Jalur Gaza. Sebenarnya Hamas dan Fatah memiliki tujuan yang sama, yakni membangun negara Palestina di daerah yang diduduki Israel pada 1967 yang terdiri dari Yerusalem Timur, Jalur Gaza dan Tepi Barat, tetapi metodanya berbeda.
Fatah merupakan Gerakan sekuler ini didirikan di Kuwait pada akhir 1950-an oleh diaspora Palestina setelah peristiwa Nakba pada tahun 1948. Sedang Hamas adalah singkatan dari Harakat al- Muqawamah al-Islamiyya atau Gerakan Perlawanan Islam. Kata Hamas berarti “semangat”. Gerakan Hamas didirikan di Gaza pada tahun 1987 oleh Sheikh Ahmed Yasin dan ajudannya, Abdul Aziz al- Rantissi. Jadi keduanya memilikin landasan perjuangan yang berbeda walau satu tujuan.
Sejarah konflik Palestina dan Israel bisa dibilang terjadi sejak Inggris membuka pintu bagi minoritas Yahudi di Palestina. Saat itu, Inggris diketahui mengambil alih wilayah Palestina dari kekuasaan Kesultanan Utsmaniyyah yang kalah dalam Perang Dunia I (1914-1918). Palestina merupakan tempat leluhur bagi Yahudi dan juga bagi Arab Palestina. Sejak itu Warga Yahudi terus menerus bertambah ke wilayah Palestina antara tahun 1920 -1940an. Sementara itu, kekerasan antara Yahudi dan Arab juga meningkat sampai akhirnya Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) membagi wilayah Palestina menjadi dua, untuk bangsa Yahudi dan Arab Palestina pada 1947.
Keputusan PBB disambut oleh para pemimpin Yahudi, namun ditolak oleh bangsa Arab. Pembagian pun tidak pernah diterapkan hingga kini (detikNews, 18/05/2021).
Pada tahun 1949, Inggris menarik diri dari Palestina dan Israel mendeklarasikan dirinya sebagai negara merdeka. Kala itu, warga Palestina merasa keberatan, dan negara-negara Arab dimobilisasi untuk mencegah pembentukan negara Israel. Kejadian itu menyebabkan Perang Arab-Israel pada tahun 1948.
Ketika Perang Dunia ke-1 berakhir, Israel sudah menguasai sebagian besar wilayah bekas kekuasaan Inggris, termasuk menguasai sebagian besar wilayah Yerusalem. Sementara Yordania menguasai Tepi Barat dan Mesir menguasai Gaza. Menurut PBB, lebih dari setengah populasi Arab Palestina melarikan diri dan diusir keluar Palestina. Pendudukan Israel yang terus berlanjut di wilayah orang Palestina ini telah menyebabkan konflik dan kekerasan selama beberapa dekade.
Konflik Israel – Palestina
Menurut M Fida Ul Haq, 0810.2023, iNews.id, konflik antara Israel dan Palestina telah menjadi sorotan internasional selama beberapa dekade terakhir. Konflik ini telah mengalami berbagai peristiwa penting, termasuk munculnya Hamas yang artinya “
Gerakan Perlawanan Islam” Brigade Izzedine al-Qassam. Brigade al Qassam ini jika menyerang sangat dikenal efektif, Gerakan Intifada sebagai aktor utama dalam dinamika konflik ni. Hamas memiliki militer yang disebut adalah salah satunya.
Serangan terbaru para pejuang Palestina terjadi pada Sabtu (7/10/2023). Aksi mengejutkan itu merupakan respons atas serangkaian tindakan semena-mena pemukim Yahudi serta pihak keamanan Israel terhadap Masjid Al Aqsa. Zionis menggeruduk Masjid Al Aqsa untuk merayakan hari raya mereka. Selain itu, pasukan Israel membunuh sedikitnya 7 warga Palestina di Tepi Barat dalam ketegangan terbaru beberapa hari belakangan.
Berikut ini 6 fakta
sejarah konflik Israel Palestina seperti dikutip dari Aljazeera, Sabtu (8/10/2023):
- Latar Belakang Konflik Israel-Palestina Konflik Israel-Palestina berawal dari sejarah yang
panjang, termasuk klaim historis dan agama terhadap wilayah yang sama. - Pembentukan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) Pada tahun 1964, Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) didirikan dengan tujuan mencapai kemerdekaan dan otonomi bagi rakyat Palestina. PLO dipimpin oleh Yasser Arafat dan mendapatkan dukungan internasional sebagai perwakilan sah rakyat Palestina.
- Pendudukan Israel di Tepi Barat dan Gaza Setelah Perang Enam Hari pada tahun 1967, Israel menduduki Tepi Barat, Jalur Gaza, dan Dataran Tinggi Golan.
- Munculnya Hamas Pada awal tahun 1980-an, gerakan ini oleh Israel dan negara2 sekutunya disebut teroris, akan tetapi oleh warga Palestina dan negara2 Islam di berutt Mujahid. Hamas, muncul sebagai kekuatan baru dalam konflik. Mereka mempromosikan pendekatan bersenjata untuk memerangi Israel dan menggantikan PLO sebagai aktor utama dalam konflik.
- Intifada Pertama dan Kedua Intifada Pertama (1987-1993) dan Intifada Kedua (2000-2005) adalah gelombang protes dan kekerasan oleh masyarakat Palestina yang mendukung perjuangan mereka melawan pendudukan Israel.
- Upaya perdamaian dan gagalnya Oslo Accords. Beberapa upaya telah dilakukan untuk mencapai perdamaian, termasuk perjanjian Oslo Accords pada tahun 1993.Hamas adalah Pejuang Palestina
Palestina mengakui Kemerdekaan Indonesia sebelum 17 Agustus 1945. Sebelum proklamasi, Palestina termasuk negara paling awal yang mengucapkan selamat kepada Indonesia tepatnya pada 6 September 1944. Melalui Radio Berlin, Jerman, Syekh Muhammad Amin Al Husaini mengungkapkan rasa bahagianya atas kemerdekaan Indonesia. Palestina sejak awal mendukung proses Kemerdekaan Indonesia, itulah sebabnya mengapa Indonesia selalu mendukung agar Palestina dapat Merdeka seperti
Indonesia. jadi sudah sekitar 75 tahun. Jadi jika Hamas menyerang Israel, tentu merupakan upaya untuk membebaskan diri dari penjajah. Sama
sekali bukan teroris, pemberontak yang selama ini sering disebut oleh Israelm Amerika dan sekutunya. Hamas adalah pejuang kemerdekaan Palestina. Sama dengan halnya dulu Gerakan Perlawanan Rakyat di Indonesia terhadap Belanda, Jepang dan Sekutu seperti Tentara Keamanan Rakrat (TKR), Badan Keamanan Rakyat (BKR), Hizbullah, Pembela Tanah Air (PETA) di Indonesia yang memerangi
Belanda, jepang dan Sekutu. Jadi Hamas adalah Pejuang Kemerdekaan Palestina.
Di Indonesia saat ini, para pejuang penegak Agama Islam dan negara Indonesia sering disebut teroris , radikal dan intoleran, bahkan rakyat yang mempertahankan tanahnya nenek moyangnya sendiri untuk diberikan kepada pengusaha non pri dan RRC dianggap melawan aparat, bisa ditahan dan dipenjara. Namun demikian jika untuk rakyat lainnya yang beragama non muslim yang mau memisasahkan
dirinya dianggap saudara. Aneh tapi nyata.
Perbandingan Kekuatan Israel-Palestina
Kembali ke perang antara Israel & Palestina, terlihat tidak seimbang. Persis sama dengan Indonesia melawan Belanda/Sekutu, Amerika lawan Vietnam dan Rusia/Amerika lawan Afganistan, akan tetapi mereka bisa menang.
Perbandingan jumlah pasukan Israel sebanyal 170.000 lawan pejuang Palestina 40.000, tentu tidak seimbang, apalagi Israel memiliki 684 pesawat tempur dan sejumlah kapal laut. Akan tetapi 9.000 pejuang al Qassam dengan ribuan roketnya tidak dapat dianggap enteng. Jika milisi (Pejuang khusus) yang 9.000 orang binaan Iran ikut terjun ikut menyerang dari Tepi Barat dan ribuan pejuang menyerang dari arah Utara (Libanon), rasanya Israel akan kewalahan dan banyak korban. Per tanggal 9 Oktober
2023 saja, sudah 600 ratusan korban tewas di Israel dan 250 an korban tewas di pihak Palestina dan ribuan orang terluka dari kedua belah pihak telah terjadi. Kedepan diperkirakan korban tewan dapat mencapai ribuan yang pada umumnya masyarakat sipil.
Brigade Izzedine al-Qassam
Pasukan Brigade Izzedine al-Qassam sangat ditakuti Israel, syarat menjadi anggota pasukan ini sangat terpilih yakni : 1. Mendapat izin dari ibu bapak untuk Syahid
2. Mendapat izin dari ketua masjid di tempat tinggalnya dengan catatan tidak meninggalkan sholat subuh berjamaah selama tiga bulan. 3. Tidak melakukan maksiat atau menghisap rokok, 4. Wajib mempelajari tafsir al-Quran,
5. Wajib membaca al-Quran satu juz sehari dan Wajib Hapal Al Qur’an 30 Juz atau paling minim 15 Juz. 6. Wajib menghafal 40 hadis Arba’in (Imam Nawawi), 7. Puasa sunah dan bertahajud, 8. Tahap kecerdasan tinggi, 9. Kerap hadir di majlis pengajian ilmu
10. Mengamalkan zikir harian.
Dengan persyaratan begitu rupa, tentu jika ada komplen dari Israel pasukan ini membunuh anak kecil, orang tua, menyakiti Wanita rasanya tidak logis. Pasukan ini mencari syahid artinya mengikuti sariat dan hakekat beragama. Pasukan ini tidak dibayar, mereka berebut syahid dan berahlak mulia. Rakyat Palestina berebut masuk pasukan ini, jika ada perekrutan. Sungguh mengingatkan kita pada Sejarah nabi Muhammad SAW.
Kesultanan Mamluk di Mesir awal abad ke-13 saat dipimpin oleh Sultan Mudzafar Saifuddin Al-Qutuz melawan agresor Mongol pimpinan Hulagu Khan yang kekuatannya sangat besar, sangat kejam dan sangat cepat bergerak. Karakternya mirip seperti pasukan Israel. Jumlah pasukan Mongol dibantu gabungan pasukan salib ada 20.000 pasukan semua tewas. Peperangan ini terjadi sampai di wilayah Palestina sampai Suriah. Nah pengalaman ini dapat menjadi inspirasi bagi pasukan Hamas untuk mengalahkan pasukan Israel yang lebih banyak dan lebih lengkap persenjataannya.
Ancaman Israel
Walaupun Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengancam akan meratakan Gaza yang dianggap sebagai sarang Hamas, tetapi rupanya tidak semudah itu dilaksanakan. Sekarang saja Israel dalam posisi terjepit, dari Selatan diserang al Qassam, dari Utara oleh pasukan Lebanon dan dari Timur oleh pasukan Irak. Belum lagi pejuang khusus yang jumlahnya sekitar 9000 an jika turun akan merepotkan sekali. Jumlah total pejuang Palestina itu ada sekitar 40.000 orang dan jika diminta tentu dari Tepi Barat dan Gaza yang jimlah penduduknya sekitar 5, 2 juta akan banyak yang bersedia
berjuang bersama Hamas.
Pasukan Israel tidak siap mati, karena seperti umumnya mental penjajah itu takut mati, tapi bicaranya keras dan selalu mengancam serta merasa kuat & hebat. Israel selalu mengandalkan kekuatan senjatanya. Pasukan al Qassam jumlahnya sedikit sekali, akan tetapi mereka merindukan syahid, masuk sorga tanpa hijab, sesuatu yang didambakan oleh muslimin sejati sejak di jaman Nabi. Pasukan Hamas ini merupakan gerilyawan tiba2 muncul dan tiba2 hilang, seperti pasukan Siliwangi
menghadapi Belanda tempo hari atau seperti pasukan Vietnam menghadapi tentara Amerika.
Dari segi motivasi tentu saja berbeda, Israel sebagai penjajah Palestina akan mengganggap Palestina itu mudah dikalahkan, karena tidak punya senjata yang memadai. Pasukan Hamas bergerak tanpa dibayar untuk memerdekakan negerinya dari penjajah Israel. Mereka sudah terbiasa susah, sudah terbiasa miskin dan sudah terbiasa ditindas. Untuk mencapai kemerdekaan ini merupakan perbuatan
mulia dan jika meninggal tergolong syahid. Ini tidak terjadi pada tentara Israel.
Bantuan
Amerika, Perancis dan mungkin negara2 di Eropa lainnya akan mendukung Israel, Rusia akan mendukung Palestina. Iran dan negara2 Arab lainnya tentu akan mendukung Palestina. Artinya perang Israel dan Palestina bukan hanya perang antar kedua negara saja, akan tetapi bisa meluas ke berbagai
negara. Dahulu negara Inggris Perancis, Belanda, Jerman dll gemar bertempur, akan tetapi setelah Perang Dunia ke-2 terpaksa berhenti. Sangat mungkin perang Israel – Palestina, perang Rusia-Ukraina akan menjadi besar dengan keikut sertaan negara2 lain.
Dari sejarah Islam bahkan sejarah kemerdekaan memperlihatkan bahwa pasukan yang besar, senjata yang canggih bisa juga kalah oleh pasukan yang kecil dan persenjataan seadanya.
Kekuatan sebenarnya ada didiri pasukan itu sendiri seperti ketrampilan fisik, keyakinan dan dukungan rakyat serta yang paling penting yakni ridha Allah. Amerika dengan dukungan peralatan canggih dan dana yang besar, ternyata bisa kalah di Afganistan dan Vietnam. Belanda dan Sekutu bisa kalah oleh bambu runcing dan ketapel. Begitu juga Israel akan bernasib sama. Allah akan membantu yang benar dan
yang tertindas.
Andaikan Hamas dan Fatah Bersatu tentu Palestina akan lebih kuat dan bisa menjadi negara Merdeka. Perang ini akan membesar dan cepat berakhir. Jika Amerika, Perancis, dll akan membantu Israel, Tentu Rusia dan negara-negara Islam juga tidak akan tinggal diam. Selalu ada keseimbangan baru jika keseimbangan berubah.
Bandung, 09.10.2023