Gema Sholawat dan Tuntutan Perubahan
Oleh: dr. dede ( pemerhati sosial)
Peristiwa politik di Makasar, Malang, Bandung, Jakarta, dan pagi ini di Sidoharjo, telah membuktikan bahwa rakyat butuh perubahan. Kegelisahan sosial akibat praktek kebijakan rezim jokowi yg korup dan ugal-ugalan telah memicu kemarahan publik. Kecemasan rakyat di tingkat grassroot dalam menghadapi kesulitan hidup telah berubah menjadi aksi tuntutan politik dan dukungan politik yang masif terhadap pasangan capres – cawapres Anies – Gus Muhaimin di berbagai daerah. Kemunculan Pasangan Amin, praktis telah menjadi solidarity maker bagi rakyat untuk menuntut perubahan politik.
Dalam setiap kunjungan ke daerah bisa dipastikan, bahwa pasangan Amin selalu disambut ribuan bahkan ratusan ribu pendukungnya yang rela turun ke jalan untuk memekikan yel- yel perubahan. Gelombang partisipasi rakyat ini tentu sangat mengejutkan pihak Istana. Konon khabarnya ada seorang menteri yang sangat berpengaruh dan sangat berkuasa merasa kaget (kolaps), kena serangan jantung dan harus mendapatkan perawatan medis yg serius.
Ada fakta menarik bahwa dalam setiap aktifitas yg melibatkan jumlah masa yg besar, selalu diwarnai oleh lantunan sholawat yg sangat menggetarkan jiwa siapapun yang mendengarnya. Termasuk pintu-pintu dan para penghuni istana yang semakin panik menghadapi situasi politik yang tidak menguntungkan istana.
Bisa dibayangkan ketika sholawat Badar dan sholawat Ashigil inindikumandangkan ratusan ribu peserta aksi, pasti akan sangat memukau dan membangkitkan ghirah yang luar biasa. Peristiwa ini mengingatkan pada pendapat Karl marx yang pernah menulis bahwa “Agama bisa menjadi candu, ketika agama hanya dijalankan secara ritual saja. Tapi Agama akan berubah menjadi kekuatan politik ketika mendapatkan suntikan kesadaran dan insight politik yg mencerahkan. Maka lahirlah sebuah gerakan politik yg diilhami oleh nilai-nilai agama yang bernapaskan nilai-nilai keadilan dan pesan-pesan perdamaian.
Apakah tuntutan perubahan ini akan menjadi sebuah gelombang perubahan revolusioner? Kita akan menyaksikannya dalam beberapa hari atau bulan ke depan. Kita teringat pula akan peristiwa revolusi bunga tahun 1975 yg berakhir indah bagi rakyat portugal dan berakhir tanpa kekerasan. Kalau di portugal gerakan revolusi damai ini dilhami oleh bunga anyelir. Di Indonesia bisa jadi gerakan “revolusi” damai ini diilhami oleh lantunan sholawat yg memberikan kesejukan dan menyebarkan pesan perdamaian ke seluruh negeri. Yang berbeda bahwa gerakan revolusi di portugal adanya gerakan ekstra parlementer yg dipelopori militer dan didukung massa rakyat yang luas.
Tapi diindonesia sejauh ini, gerakan perubahan ini masih berada di koridor jalur parlementer yg konstitusional. Peristiwa sejarah ini akan mengejutkan dunia dan menjadi fenomena luar biasa bagi negara Demokrasi yg relatif baru seperti Indonesia sekaligus negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia.
Ada sebuah hipotesis yang mengatakan bahwa ketika suara rakyat makin di represi, dibendung atau dihalangi maka gerakan (rakyat) perubahan itu akan semakin besar dan menggelinding seperti bola salju. unstopable. Rakyat akan terus berdialektika sendiri untuk menemukan kebenaran dan pemimpin sejatinya. ini adalah hukum besi sejarah yg tidak bisa dihalangi oleh siapapun dan kekuatan manapun. Terkadang kondisi subyektif (organisasi relawan) tidak sanggup mengimbangi percepatan kesadaran dan ledakan partisipasi rakyat yg semakin menggelegak. Tugas kita sebagai kekuatan pelopor adalah memimpin jalannya sejarah dan berpacu dengan percepatan politik itu. Meng-amplifikasi suara perubahan ke seluruh pelosok negeri, memaksimalkan sosialisasi figur AMIN sampai ke ruang publik paling bawah, sambil mengorganisir dan mendidik rakyat.
Saat ini buah apel itu sudah semakin ranum. apakah kita sudah siap untuk memetik apel itu. atau kita biarkan apel itu jatuh ke tanah dan menjadi busuk?