Oleh : Memet Hakim Pengamat Pertanian, Wanhat APIB & APP TNI
Konsumsi beras di Indonesia umumnya berkisar 30 juta ton dengan penduduk 280 juta orang, tetapi ada berita sebenarnya penduduk Indonesia saat ini telah menjadi 320 juta orang, sehingga kebutuhan meningkat menjadi , Ada tambahan penduduk dari RRC yang memiliki ktp tapi secara formal masuk hitungan, tetapi mungkin saat pemilu tiba-tiba muncul. Mereka ini ikut makan dan minum di Indonesia meskipun secara sembunyi2 (disembunyikan).
Produksi dan Konsumsi Beras RI 2018-2022
Tahun | Produksi | Konsumsi | selisi |
2018 | 33.94 | 29.57 | 4.37 |
2019 | 31.31 | 28.93 | 2.38 |
2020 | 31.50 | 29.37 | 2.13 |
2021 | 31.36 | 30.04 | 1.32 |
2022 | 31.54 | 30.20 | 1.34 |
2023* | 31.01 | 30.52 | 0,49 |
Sumber : BPS, Badan Pangan Nasional, 2023 DNN Indonesia
*) Tahun 2023 ada Kemarau Panjang, produksi di prediksi turun
Pada akhir tahun 2022, pemerintah mengimpor 500 ribu ton beras, dan tahun 2023. Kemudian, pada Maret 2023, kembali mengimpor 2 juta ton beras. Di mana, hingga saat ini, proses pemasukan masih terus berjalan. Pada saat yang sama, harga diperkirakan naik dari sekitar 10.000/kg menjadi sekitar 15.000/kg. Ini yang membuat rakyat menjerit naik sampai 50%. Bulog mempunyai peran besar dalam kenaikan harga beras ini, karena stok manajemen beras ada di dalam wilayahnya.
Stok beras di Bulog setelah impor ada 1.7 juta ton, padahal idealnya ada stok untuk 2 bulan yakni sekiatar 5 juta ton. Stok Beras tahun 2018 bahkan bisa sampai 9,71 juta ton.
Rencana Impor Beras 2023 & Realisasinya
Uraian | Rencana | Realisasi | % |
Tahap 1 | 500.000 | 502.798 | 100,56 |
Tahap II | 500.000 | 298.387 | 59.68 |
Tahap III | 500.000 | 265.896 | 53.18 |
Tahap IV | 500.000 | 99.500 | 19.90 |
Total | 2.000.000 | 1.166.581 | 58.33 |
Sumber : Bulog, CNN Indonesia, 2023 (Olahan)
Seretnya impor beras, karena stok beras di dunia sangat terbatas. Jika impor 500.000 ton saja, tidak ada masalah, tetapi jika mau impor 1 juta atau lebih, harga beras dunia akan meningkat. Apalagi kemarau Panjang ini melanda seluruh area penghasil beras, tentu stok akan menyusut. Itulah sebabnya untuk keamanan negeri diperlukan adanya kemampuan untuk memenuhi kebutuhan sendiri.
Secara teknis meningkatkan produktivitas beras tidaklah sulit. Indonesia telah mempunyai pengalaman banyak tentang hal ini, tinggal ada keingingan politik dan kesungguhan dari pelaksananya saja. Hasil penelitian tentang ini juga sangat banyak, tginggal memilih dan menentukan cara seperti apa yang akan digunakan.
Menurunkan tingkat konsumsi juga bisa dilakukan. Kita pernah mendengar dan melihat, bahwa sampah itu kebanyakan merupakan makanan termasuk nasi, di restoran kadang banyak pula yang tidak habis. Di suatu sisi banyak yang ingin mengurangi makan nasi karena alasan kesehatan. Pengurangan konsumsi beras juga dapat dilakukan dengan diversivikasi makanan dengan makan non beras, seperti singkong (mocaf, tiwul), Sagu, Ubi jalar, keladi, sukun, dll.
Bulog sebagai kepanjangan tangan dari pemerintah, harus bersih dari berbagai kepentingan pribadi, sehingga keberadaannya di daerah untuk membeli gabah dari petani akan lancar sesuai harapan dan tugas yang dibebankan pada Bulog itu sendiri. Bulog mempunyai peran penting untuk mengatur stok beras nasional, bukan sebagai beras importir.
Jadi menghematan sebesar 5-10% konsumsi nasi itu masalahnya tidak sulit, setidaknya ada 3 cara yakni :
- Meningkatkan Produktivitas Beras di Lapangan (Tugas Kementan)
- Melakukan penghematan konsumsi beras (Tugas para Kepala Daerah)
- Mengembalikan fungsi Bulog dan membersihkan Bulog dari berbagai kepentingan pribadi.
Pemerintah harus belajar manajemen Ketahanan Pangan dari Nabi Yusuf di Mesir abad ke 17 sebelum Masehi, bagaimana mempersiapkan pangan, dengan menyimpan dan menabung hasil produksi pangan, sehingga pada saat kekeringan tiba Mesir tidak terjadi kekurangan pangan. Musim kemarau Panjang diperkirakan akan selalu terjadi setiap 5-10 tahun sekali, artinya kita dapat mempersiapkan secara matang stok pangan ini. EWI/jaksat