Dari Kekerasan Ekstremisme Menuju ke Ketahanan Masyarakat

JAKARTASATU.COM—  Direktur Executif Yayasan EmpatiKu Mira Kusumarini sampaikan bahwa pentingnya organasasi masyarakat sipil yang mengarus utamakan empati  dalam sektor keamanan dan pendidikan. Hal tersebut guna menyikapi maraknya perilaku kekerasan termasuk ekstrimisme kekerasan. Program-program Yayaan EmpatiKu untuk mensosialisasikan guna terjadi pelibatan masyarkat sipil  dalam membawa perubahan sosial.

Demikian disampaikan Mira Kusumarini dalam Dies Natalis bertajuk “Membangun Ketahanan Masyarakat Terhadap Extrimisme Kekerasan : Pemetaan Pembelajaran,” di Kampus Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta Pusat. Jum’at,20/10/2023.

Mira Kusumarini mengatakan upaya edukasi terhadap masyarakat dalam rangka memberi pemahaman dan pencegahan kepada masyarakat terutama masyarakat terdampak esktrimesme dan kekerasan.

Mengedukasi lanjut Mira, sisi dampak pengetahuan untuk mengetahui adanya tand-tanda, pemutusan relasi dll. Masyarakat tidak tahu harus berbuat apa. Dampak dari pengetahuan ini akan bersiap siaga sehingga bisa mengantisipasi.

Mira beberkan upaya pencegahan yang berpusat pada masyarakat rerutama dengan melibatkan perempuan memberi hasil dan dampak terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan masyarakat dalam mengenali, menanggapi dan akhirnya mencegah penyebaran paham ekstrimisme kekerasan dan menghentikan atau menghambat kasus untuk menjadi lebih terekskalasi.

Kemudian program pangembang sistem deteksi dan penanganan dini ekstrimisme kekerasan berbasis  masyarakat telah berkontribusi pada daya tangguh masyarakat dengan terbangunnya pengetahuan, sikap dan  keterampilan masyarakat dalam menangani esktrimisme kekerasan ditingkat akar rumput, kelompok dan keluarga.

“Berjalannya sistem dan tata kelola kasus dini dan kasus reintegrasi sosial, kohesi sosial masyarakat yang menumbuhkan rasa saling percaya, keterampilan bekerja sama, msngustkan jejaring sosial, dukungan kebijakan pemerintah,” terang Mira

Mira menilai daya tangguh masyarakat  telah berdampak pada dinamika eksteimisme kekerasan yang berkembang di masyarakat seperti terindentikasi dan tantangannya perilaku-perilaku warga yang terpapar sebagai tanda peringatan dini.

Hal ini mengakibatkan berkurang hingga tidak adanya lagi praktek-praktek penyebaran paham ekstimisme kekerasan di masyarakat.

Namun demikian kata Mira, warga masih tetap terus waspada terhadap perilaku masyarakat dan narasi-narasi yang beredar di media sosial.

“Teridentifikasinya inisiatif-inisiatif  namun tidak sama yang terbatas pada pada kegiatan penyadaran saja dan tidak ada kegiatan penanganan,” ujarnya

Mita meminta ada kerjasama dan perhatian antara masyarakat, yayasan yang mengedukasi masyarakat.

Yayasan Empati merekomendasi :

1. BNPT, Densus 88 AT, Kemendagri, Organisasi Masyarakat Sipil untuk mengkonsolidasikan program dan mensinergikan sumberdaya dan strategi sehingga temuan penelitian dapat memperkuat replikasi sistem deteksi dan penanganan dini ekstremisme kekerasan berbasis masyarakat ke lebih banyak wilayah di Indonesia;

2. Kepada Pemerintah co Kemandagri dan BNPT untuk mengembangan kebijakan nasional dan daerah terkait penerapan sistem deteksi dan penanganan dini ekstremisme kekerasan berbasis msayarakat

3. Kepada berbagai Lembaga untuk dilakukan penelitian lebih mendalam untuk aspek-aspek spesifik terkait kebijakan, membangun kohesi sosial, daya tangguh warga di dunia maya terutama di platform

(Yoss)