Ilustrasi lukisan ibu karya Andi Sopiandi

Gelar Terbaikku adalah Ibu

Ibu adalah simbol kekuatan, bagiku ibuku adalah sumber inspirasi dan menjadi salah satu alasanku hidup sampai saat ini. Aku tak bisa membayangkan bagaimana hidupku jika ibu kelak tiada. Waktu berjalan begitu cepat, dan akhirnya kini aku pun merasakan status dan bergelar sebagai ‘IBU’.

Ibu dalam bahasa arab didefinisikan sebagai Al-Umm, yang berarti sumber kehangatan, penuh kelembutan, penuh kesabaran. Ibu adalah pendidik awal, ‘Al-ummu Madrosatul ‘Ula’ begitu hebatnya islam memposisikan seorang ibu bagi anak-anaknya.

Ibu adalah dunia bagi anak mereka. Jika seorang ibu hancur fisik dan mentalnya, maka kelak masa depan anaknya bisa terancam. Maka sungguh berat tanggungjawab menjadi seorang ibu. Bukan sembarang gelar yang kemudian disandang karena sudah melahirkan bayi, tetapi jauh lebih dari itu, ibu memiliki beban fisik juga mental dalam mengurus dan mendidik anak mereka.

Selama 24 jam terkadang tak cukup untuk menggambarkan betapa lelahnya bertugas sebagai ibu, maka mungkinkah kita bisa meremehkan tanggungjawab dan amanah yang telah Allah berikan berupa anak?

Tugas utama seorang ibu bagiku bukanlah mengurus anak dan segala tugas rumah tangga lainnya. Apa tugas utama ibu? Menjadi ibu yang BERTAUHID dan RIDHO. Bertauhid berarti mengesakan Allah. Menggantungkan rasa khauf (takut), hubb (cinta) dan roja’ (berharap) hanya pada Allah ta’ala saja.

Menafikan berharap dari manusia manapun karena percaya bahwa hanya Allah saja yang bisa memberikan kemudhorotan dan kemanfaatan bagi diri kita. Lantas mengapa seorang ibu harus bertauhid?

Karena ibu adalah wanita biasa yang sangat mungkin untuk kemudian digoda oleh syaithan. Wanita adalah makhluk lemah akal dan perasaannya. Bagian warisan hanya setengah dari laki-laki menunjukkan bahwa wanita tidak ‘piawai’ dalam mengelola sesuatu hal. Bahkan wanita pernah dikatakan sebagai sufahaa’ yaitu orang bodoh. Mengapa bodoh?

Karena akalnya tidak berfungsi secara penuh saat perasaannya mereka utamakan. Perasaan yang menjadi bagian dari hawa nafsu seringkali menjerumuskan seorang wanita untuk melakukan hal bodoh tanpa memikirkan efek jangka panjangnya. Berapa banyak kita saksikan berita di media televisi kasus wanita mengakhiri hidup karena tidak kuat dalam menghadapi masalah hidup. Padahal kemudian ada anak-anak yang kehilangan masa depan dan tak sanggup melanjutkan hidup tanpa seorang ibu di sisi mereka.

Ibu, kita harus bertauhid, Bu. Dengan bertauhid kita akan selalu menggantungkan segala harapan dan keinginan kita hanya pada Allah ta’ala saja. Dengan bertauhid kita tidak akan mudah sedih dan kecewa dengan apa yang menimpa kita.

Dengan bertauhid kita akan mampu bersabar karena percaya segala sesuatu yang sudah Allah takdirkan itu sudah pasti kebaikan untuk kita meskipun takdir buruk yang kita temui. Bertauhid membuat kita kuat karena yakin kelak ada balasan berupa surga yang sangat nikmat di akhirat dan tidaklah kesakitan, kesedihan yang menimpa kita adalah penghapus dosa. Dan implikasi dari seorang ibu yang bertauhid maka setelahnya akan muncul rasa ridho. Ridho adalah menerima dengan Ikhlas apapun yang Allah berikan dalam setiap episode kehidupan kita.

Dengan rasa ridho, seorang ibu tak akan berharap apapun di dunia ini pada makhluk manapun, karena yang dia kejar hanyalah ridho Allah saja. Karena ciri seorang mu’minah adalah ‘Rodhiyallohu ‘anhum wa rodhu ‘anhu’. Allah ridho terhadapnya dan dia pun ridho terhadap apa yang Allah berikan.

Masya Allah betapa indahnya menjadi hamba yang penuh ridho. Ridho pun hal yang sangat ibu butuhkan untuk bisa merasakan apa yang dinamakan kebahagiaan. Dengan ridho, apapun yang terjadi akan disikapi secara positif dan senantiasa berbaik sangka pada Allah. Yuk bu, kita menjadi ibu bahagia agar anak-anak kita menjadi pantulan kebahagiaan kita, agar fisik dan mental mereka terjaga karena masa depan mereka masih panjang.

Titis WP, Okt 2023