Pakdhe VS Muka Jem** (kisah di belakang layar)
Oleh : William Win Yang – Pengarang Best Seller Trilogy Taipan
Alkisah di Dunia persilatan, penguasanya dipanggil Pakdhe. Saat dia naik tahta sebagai penguasa dunia persilatan, dia ingin negaranya mampu mengendalikan harga minyak. Pasalnya, selama ini negaranya import minyak terus, padahal negaranya adalah negara penghasil minyak. Untuk itu perlu adanya fasilitas penyulingan raksasa disini, karena kan konyol sekali kita sebagai penghasil minyak harus mengexport minyak bumi dengan harga murah, terus import lagi dengan harga berkali lipat setelah melalui proses penyulingan.
Untuk itu, dia memanggil pengusung utamanya si MukaJem** alias si Muje (warga dunia persilatan memang suka menyingkat nama orang) ketua perguruan Nasi Goreng alias NasGor untuk membangun penyulingan ini. Kenapa dinamakan Muje? Konon karena bulu-bulu di wajahnya amburadul mirip Jem**. Dan kenapa nama perguruannya Nasi Goreng? Ini juga tidak dapat dipahami entah apa yang ada di otak si Muje saat memilih nama ini. Dan jawaban si Muje sama dengan semua politisi yang ada diposisinya : “Siaaaaappp” .
Sekian tahun berlalu, sampai pemilihan penguasa dunia persilatan berikutnya, tiang pancang penyulingan ini tidak juga dikerjakan, dan Pakdhe yang terpilih untuk kedua kalinya sebagai penguasa dunia persilatanpun berasumsi kalau pendukung utamanya ini tidak mampu. Maka itu dipanggilah seorang pengelola keuangan (fund manager) dari Perkumpulan “Manenpadi” untuk menjalankan amanah itu, namanya si Edy. Edy ini bersama 3 pendekar lainnya dikenal sebagai Gank Solo (kenapa disebut demikian, yah itu hanya sebuah nama, dan apalah artinya sebuah nama).
Edy, sama seperti si Muje, pada saat menerima titah Pakdhe, dia mengatakan “Siap”. Namun beda sama si Muje, si Edy langsung gerak cepat : Dia buat business plan, persiapan ini itu, kemudian bersiap mencari investor.
Kegiatan si Edy ini mengundang keresahan diantara perguruan – perguruan di dunia persilatan. Mereka mendatangi Pakdhe, dan memohon untuk meninjau ulang rencana ini, karena semua perguruan silat di dunia persilatan makan dari komisi import minyak ini. Jawaban Pakdhe : “Ini kebijakan nasional, demi negara. Kalian cari makan ditempat lain saja”
Kecewa dengan jawaban Pakdhe, mereka mengirim utusan yang menyatakan sebagai wakit seluruh dunia persilatanuntuk menasihati Edy : “Dy, yang kamu lakukan ini ga akan disukai perguruan lain. Karena semua perguruan makannya dari komisi impor minyak ini. Kalau kamu bikin penyulingan, kamu sama dengan ambil periuk makan mereka. hati-hati kamu dikerjain”
”Halaaahhh tenang, ini perintah langsung dari Pakdhe, lagian pemegang saham perusahaan ini adalah mantunya ketua umum PBIP (Perguruan Banteng Item Perkasa), perguruan silat terkuat di dunia persilatan, yang juga perguruan tempat Pakdhe bernaung” Jawab Edy, jumawa.
Demikianlah utusan itu pulang dengan tangan hampa.
Singkat cerita, Edy bekerja keliling dunia mencari investor. Karena dia adalah utusan Pakdhe, maka dia dengan mudah diterima dimana-mana, dan pada satu titik dia mendapat investor super kaya yang bersedia berinvestasi di bisnis ini. Dia senang sekali dan mengabari Pakdhe dari negri nun jauh disana. Pakdhe juga senang, karena hal yang dicita-citakan Dunia persilatan sejak jaman dahulu kala akhirnya bisa dia ujudkan pada jamannya. Berita ini tentu saja menimbulkan kegemparan di semua perguruan silat di dunia persilatan.
Dengan gembira Edy pulang ke dunia persilatan. Namun apa diduga, detik dia menginjakan kaki di dunia persilatan, Manenpadi di suspend oleh Pengawas dari dunia persilatan. Kagetlah si Edy, pertanyaan pertama tentu saja : “salah saya apa?”. Dan demikianlah salah si Edy menurut Pengawas :
Edy menemui Mamad dan menceritakan kasusnya. Mamad menilai kasus ini memang dibuat-buat, Mamadpun berjanji akan mencari jalan keluarnya. Beberapa hari kemudian mereka kembali bertemu. Jawaban Mamad adalah : “Maaf saya tidak bisa bantu, karena ada political will” . Pernyataan yang langsung membuat Edy lemas tak berdaya. Si Mamad ini memang orangnya pintar dan lurus, juga dikagumi oleh seluruh rakyat dunia persilatan, namun tidak punya political power. Hidup di dunia persilatan yang mana kekuatan diatas segalanya, ketiadaan political power adalah kartu mati. Dan sialnya, kebanyakan political power ini dibentuk dengan bagi-bagi kekuasaan dan korupsi yang menghisap darah rakyat. Kalaupun si Mamad belakangan ini sangat berprestasi, itu karena Pakdhe ada di belakangnya, memberikan kekuatan politiknya.
Segera saja, kesialan demi kesialan menghampiri Edy. Setelah Manenpadi di suspend PENGAWAS, hal pertama yang dihadapi tentu saja nasabah yang resah akan investasinya. Saat dia sedang susah payah menennagkan nasabahnya, tetiba PENGAWAS mengumumkan daftar saham busuk yang di goreng oleh Manenpadi dengan cara melanggar aturan bursa. Dan saham-saham ini akan di suspend segera. Berita yang langsung membuat pasar modal panik dan melakukan dumping (aksi buang saham), terhadap saham-saham yang diumumkan itu. Dalam semalam, saham-saham itu nilainya turun ke gocap (nilai saham terendah dalam dunia persilatan).Akibatnya, dana kelolaannya yang berjumlah puluhan Trilyun itu jatuh ke angka ratusan milyard saja. Ini artinya dia tidak akan mampu mengembalikan uang nasabah yang dititipkan padanya. Diapun makin kalang kabut dikejar nasabah yang panik. Bahkan sempat mendapat ancaman pembunuhan segala.
Edy protes ke PENGAWAS, dan terjadilah percakapan sebagai berikut :
“Kenapa kamu melakukan itu?”
“Ya kami hanya melakukan tugas. Anda melakukan pelanggaran. Anda membeli saham busuk, menggorengnya di pasar, kemudian menjualnya secara block sale (jual sekali banyak) kepada lembaga pensiun atau asuransi. Ini tidak sehat dan melanggar norma”
“TAPI SEMUANYA MELAKUKAN ITU!!! Dan kamu kan orang bursa, masa ga tau hal ini? Lagipula mana mungkin harga saham itu naik kalau ga ada yang goreng? Fundamental? Sorry, kalau ga ada bandar ga jalan. Lagian kami juga bukan orang bodoh. Kami tahu, kalau jual ke dana pensiun terus harganya jatuh, maka kami akan dipersalahkan, makanya harganya akan kami jagain”
“Ya tapi pakai uang nasabah, dan ini melanggar”
“Kamu ga punya otak ya? Dengan kamu melakukan ini, sekarang saham-saham itu nilainya gocap. Uang nasabah trilyunan itu hilang 95% nya, kamu udah gila? Itu uang rakyat tahu?”
“Maaf kami hanya melakukan kewajiban kami”
“Kamu di suruh orang juga pakai otak! Ini dampaknya sistemik. Kepercayaan terhadap pasar modal dunia persilatan akan hancur”
“Sekali lagi kamu bicara begitu kami anggap usaha mengancam terhadap otoritas”
Demikianlah, sia-sia si Edy berargumen, melawan orang berkuasa yang hanya melihat urusan di depan, tanpa melihat masalah sampingan yang dilakukannya. Lagipula dia memang diincar. Toh semua orang melakukannya, tapi hanya dia yang dihukum.
Hari-hari berikutnya bagai neraka bagi Edy. Dia dikejar-kejardebt collector, dikejar-kejar nasabah, dituntut sana sini, bahkan mendapatkan ancaman pembunuhan. Seluruh harta yang dia kumpulkan bertahun tahun lenyap seketika disita negara. Tuduhan pencucian uang bedatangan entah dari mana.
Pada saat genting itu, dia kembali memohon perlindungan Pakdhe, toh semua ini terjadi karena melaksanakan titah dari Pakdhe. Pakdhe pun tergerak oleh belas kasihan. Diapun meminta agar ormas keagamaan terbesar di Dunia Persilatan memberinya perlindungan. Atas perlindungan ini, dia tidak masuk penjara, ataupun dibunuh. Namun dia sudah terlanjur dimiskinkan, dan reputasinya dihancurkan sehancur-hancurnya. Dari fund manager kaya raya jatuh miskin.
Pakdhe sedih sekaligus murka. Dia perintahkan pasukan ninjanya untuk mencari tahu apa yang sesungguhnya terjadi. Alhasil, ditemukanlah semua ini didalangi oleh si Muje. Rupanya si Muje tidak hanya sengaja tidak melaksanakan perintah Pakdhe, dia juga menerima komisi besar dari import bahan bakar ke Dunia persilatan, dan lebih tercela lagi, dia memiliki kapal-kapal tanker yang kerjanya mencuri bahan bakar dari Dunia Persilatan. Sungguh bejat dan hina sekali si Muje ini. Tidak hanya dirinya buruk rupa, kelakuannyapun seburuk ujudnya.
Pakdhe pun murka dan memerintahkan orang kepercayaannya si Acong, julukannya : Brigadir Terdepan Pakdhe (BTP) untuk menghukum si Muje. BTP orangnya lurus dan pemberani jika ditanya siapa yang mampu meneruskan langkah Pakdhe, kebanyakan orang dunia persilatan pasti akan menyebut namanya. Singkat cerita, tanpa banyak cingcong, si Acong alias BTP langsung menangkap kapal pencuri minyak itu, dan menyitanya atas nama negara.
Mengetahui hal ini, murkalah si Muje. Dia datangi Pakdhe, dan mencak-mencak protes, mengingatkan lagi Pakdhe bahwa dia adalah orang pertama yang mengusung Pakdhe menjadi penguasa Dunia persilatan. Sudah sepatutnya Pakdhe ingat budi dan melindunginya (haiyaa sungguh hina sekali kelakuan si Muje, bukankah mengangkat orang itu karena dia adalah orang yang mampu menyelematkan negri? Eh ini malah untuk menjadi hambanya, melindungi praktik malingnya…. Ckckck, Muje oh Muje, sungguh busuk jiwamu).
Pakdhe yang mendapatkan protes itu berlagak pilon, dan mengatakan bahwa kapal itu ditangkap karena murni kedapatan mencuri minyak, dan dia tidak tahu kalau kapal itu milik Muje. Maka itu, disarankan agar Muje membuktikan bahwa kapal yang ditangkap itu benar miliknya. Mendapat jawaban ini merasa jerihlah si Muje. Selama ini dia memang tidak menuliskan namanya di kapal itu, melainkan menggunakan nama perusahaan, yang dimiliki perusahaan, yang dimiliki perusahaan lagi, teruuussss sampai berlapis-lapis hingga sulit terlacak pemilik aslinya. Jika dia membuka semuanya dia sama dengan mengaku dirinya korupsi. Maka Mujepun menolak melakukannya, tapi ngotot agar kapal itu di bebaskan. Dan Pakdhe tetap pada pendiriannya, untuk tidak menolong siapapun yang terbukti melakukan kejahatan, termasuk anak buahnya sendiri. Dia bahkan memberi contoh kasus si Edy dari Manenpadi.
Muje menjadi sangat murka, dia mengancam Pakdhe, dengan gaya retorikanya yang gagah bagaikan guntur di siang bolong : “Kalau saya bisa angkat kamu, saya bisa angkat musuh kamu sebagai penguasa dunia persilatan. Ingat, kamu sudah terpilih 2 periode, tidak bisa dipilih lagi. Kalau nanti jagoan saya kepilih, maka akan saya buka export nikel yang jadi primadona kamu, dan saya akan batalkan rencana pembangunan ibukota negara baru di Tanah Perjanjian. Biar proyek ini jadi mangkrak, dan masyarakat dunia persilatan akan menganggapnya sebagai Candi Ibukota. Proyek busuk peninggalan rezim kamu”
Pakdhe mengabaikan ancaman itu. Mujepun mulai merealisasikan ancamannya, dengan secara terbuka melakukan pendekatan pada “Si Manies”. Si Manies adalah pemuda tampan, bekas mentri dari Pakdhe yang dipecat karena tidak bisa kerja dan lebih banyak melakukan pencitraan pakai uang negara. Si Manies, seperti namanya, mulutnya Manies sekali. Kata-katanya menggugah, namun tidak ada maknanya. Setiap kali dia bicara semua akan terpukau, tapi cobalah tanya pendengarnya, apa yang dia katakan, maka tidak akan ada yang mengerti. Karena memang demikianlah si Manies, omongannya kosong tanpa makna. Terbukti saat omongan retorikanya di debat oleh orang yang mengerti, omongannya akan melintir entah kemana, berputar-putar dengan makna yang bercabang, dan dapat diartikan seribu satu arti. Ya memang begitulah rencananya. Dia sengaja melakukan itu agar dia selalu dapat meloloskan diri dan memiliki alasan yang manis-manis jika tertangkap melakukan kesalahan. Di dunia persilatan, dia dikenal sebagai antitesis dari Pakdhe yang tidak suka bicara, namun mengedepankan kerja dan hasil. Si Manies ini juga ambisius dan menghalalkan segala cara untuk memperoleh keinginannya. Dia dengan mudah merangkul orang, berjanji, kemudian membuangnya begitu saja setelah tujuannya tercapai. Tanyalah para pendukung si Manies yang berjibaku membantunya di masa lalu, sekarang dapat apa?
Kembali ke si Muje. Dia sekali hangout secara terbuka dengan si Manies, dua kali, tiga kali, Pakdhe tidak juga meladeninya. Malah yang terjadi adalah bebalik. Internal perguruan NasGor gempar atas langkah kontroversial ketua mereka. Bagi internal perguruan, si Manies ini bukan hanya antitesa dari Pakdhe, dia juga musuh ideologi perguruan. Istilahnya bagi NasGor, si Manies ini adalah berasal dari perguruan aliran sesat. Namun si Muje tetap bersikukuh pada keputusannya. Diapun mencoba menenangkan pengikutnya dengan retorikanya yang menggema bagaikan guntur :
“Saudara-saudaraku yang tercinta, kita harus percaya sama si Manies, dia orang baik dan sakti. Saya percaya Pakdhe, tapi dia sudah tidak mungkin lagi menjabat periode berikutnya”
Pengikut perguruan NasGor pun tenang, namun gelisah, masih ada kasak kusuk di internal.
Sementara itu diluaran perguruan NasGor menjadi gunjingan di dunia persilatan atas tindakannya yang menyimpang itu. Dan Pakdhe, tidak meladeninya sama sekali. Muje semakin kecewa dan murka. Dia perintahkan segenap pasukan ninjanya untuk mencari bukti korupsi Pakdhe : “Gue ga percaya dia benar-benar bersih, pasti dia nyolong walau dikit”
Namun tidak ada bukti sedikitpun. Bagaimana mungkin pejabat setinggi ini bisa hidup tanpa korupsi? Bagaimana dengan dosa-dosanya? Sedikit saja? Setelah bekerja keras, ternyata tidak ada juga. makin pusinglah si Muje. Kalau bisa dia tidak perlu menggunakan kartu si Manies, karena baru pendekatan saja Dunia Persilatan dan internal perguruan sudah demikian gelisah. Tapi bagaimana? Si Pakdhe ini ga bisa diancam.
Maka itu, setelah sekian lama tidak diladeni oleh Pakdhe, si Muje nekad untuk mendeklarasikan si Manies, sebagai calon penguasa baru Dunia Persilatan pada pemilihan berikutnya. Dan seketika itu juga guntur di langit menyambar-nyambar.NasGor gempar, para kader terbaiknya mengundurkan diri sambil bercucuran air mata, menyesali keputusan junjungan mereka.
“Tidak apa, ini semua proses berdemokrasi” Ujar Muje beretorika, untuk menghibur diri.
Lalu kemudian hukuman dari Pakdhe muncul : Pak Piring, mentri komunikasi dari kabinet Pakdhe, yang merupakan salah satu kader terkaya perguruan Nasgor ditangkap atas tuduhan korupsi. Dalam keadaan kaget, Muje kembali mengancam akan membongkar aib korupsi dari kader-kader PBIP (Perguruan Banteng Item Perkasa), yang merupakan partai tempat Pakdhe bernaung.
“Kamu mungkin memang bersih, tapi tidak dengan kader-kader PBIP, saya akan bocorkan dosa mereka ke APK (Armada Pembasmi Korupsi), biar kita hancur-hancurlah. Ingat, Penuntut Agung yang terdahulu adalah orang saya, jadi saya tahu dosa kalian semua” Ujar Muje, pada Pakdhe, dengan mata mendelik, dan suaranya yang bagai guntur itu.
Pakdhe dengan tenang menanggapi : “Ya kalau salah laporkan saja”
Maka Mujepun membuktikan ancamannya. Segera saja beberapa kader PBIP diperiksa APK. Saat itu Pakdhe tenang saja, namun kemarahan datang dari PBIP. PBIP adalah partai terkuat di Dunia Persilatan, kemarahannya tentu saja sangat mengerikan. Maka itu, Muje menghadap ibu “Putri Langit”ketua perguruan PBIP, dan menangis atas nasibnya. Putri Langit menjawab :
“Ya itu urusan kamu, jangan bawa-bawa kita. Dia bertindak sendiri, tanpa instruksi dari kita”
“Tapi ini kan masalah kader PBIP yang menzolimi kader Nasgor. Kalau ini bukan kehendak PBIP, buktikan!”
Maka dipanggilah Pakdhe oleh Putri langit. Dia didudukan di kursi kecil, menghadapi meja besar sang ketua perguruan, kemudian dimarahi seperti anak kecil yang diomeli ibunya. Perihal kejadian ini, direkam oleh “Putri Bumi” yang merupakan anak Putri Langit, dan penerus tahta PBIP. Kemudian di viralkan di social media di dunia persilatan. Kejadian ini, diikuti rentetan kader-kader PBIP yang mulai mengkritisi pemerintahan Pakdhe. Yang akibatnya gemparlah Dunia Persilatan. Peristiwa ini menunjukan, bahwa PBIP bukanlah orang yang ada dibalik kemalangan Perguruan Nasgor. Semua karena Pakdhe bertindak sendiri.
Dan Pakdhe pun kembali bertindak sendiri. dia membalaskan sakit hati kader PBIP yang diperiksa APK, dengan menangkap Pak kumis, mentri urusan rimba persilatan, yang juga merupakakn kader Perguruan Nasgor.
Peristiwa ini membuat Muje ketakutan dan segera menghentikan tuntutan terhadap kader PBIP. Seketika, kasus itu hilang bagai ditelan asap. Mujepun tersadar, Pakdhe tidak tersentuh, karena dosanya tidak dapat ditemukan, juga dia memegang Golok Naga (baca : kekuatan rakyat). Saat dia menyerang orang disekelilingnya (Pakdhe), yang marah adalah orang lain, dan dia sama dengan mencari musuh baru.
Muje tersungkur lemas, menyadari kesalahan fatal yang diperbuatnya. Perguruannya kacau balau, bisnisnya kacau balau, kader-kader terbaiknya mundur, dan mentri-mentrinya satu persatu di tangkap. Dia baru sadar sekuat apa pria kurus yang disebut Pakdhe itu. Namun dia sudah terlanjur terjerumus, nasi sudah jadi bubur, tidak ada jalan lain selain melanjutkan, sembari berharap akan datangnya muzizat.Semenjak saat itu, orang sering mendapati si Muje mukanya kusut amburadul, walau di depan umum.
Bersambung….
Kisah yang diintisarikan dari buku sakti :
“The Dragon Slayer Strategy” – dasar segala ilmu strategy
Yang Tertinggi di dunia ini adalah Golok Pembunuh Naga (Kekuatan Rakyat)
Barang siapa yang menguasainya akan menguasai dunia, dan tidak akan ada tandingannya di dunia
Hanya satu yang dapat menandinginya, yaitu : Pedang Lamgit (Tuhan/Karma)
William Win Yang – Best Selling Author of Taipan Trilogy
-ii-