Pembangunan Berbasis Nilai: Telaah atas Pandangan Politik Anies-Muhaimin

Oleh Hasanuddin Ibrahim

PERUBAHAN merupakan suatu keniscayaan yang tidak terhindarkan. Perubahan bisa bergerak ke arah yang baik, benar dan bermanfaat, bisa pula berlangsung sebaliknya buruk, keliru dan mendatangkan keburukan. Disinilah arti penting suatu nilai menjadi pegangan dalam menjalankan politik pembangunan.

“Jika seorang pemimpin berpegang kepada nilai, maka ia akan memandu mereka yang dipimpin ke jalan yang benar, dan bilamana ia tersesat, maka nilai akan memandunya kembali ke jalur yang benar. Namun bilamana seorang pemimpin tidak berpegang kepada suatu nilai, maka ketika ia tersesat, ia tidak akan pernah tahu jalan kembali, karena tidak memiliki kompas untuk menunjukkan jalan untuk kembali. Kompas, atau panduan dalam perjalanan, inilah fungsi nilai tersebut dalam pembangunan. Demikian yang seringkali disampaikan oleh Anies Baswedan di sejumlah forum. Lalu nilai seperti apa yang mesti jadi pegangan bagi setiap pemimpin di Tanah Air? Anies mengatakan nilai tersebut adalah Pancasila sebagaimana yang termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

Di sejumlah kesempatan berdialog seringkali muncul pertanyaan perihal bagaimana pelaksanaan nilai-nilai agama, khususnya Islam yang mayoritas di anut oleh rakyat Indonesia.

Atas pertanyaan demikian, Anies maupun Cak Imin menyampaikan bahwa sikap _washatiyah_ dalam pelaksanaan ajaran Islam harus dikedepankan dan di utamakan. Karena istilah _washatiyah_ ini belum sepenuhnya familiar dengan bahasa percakapan masyarakat sehari-hari di tanah air, seringkali ada yang memahaminya sebagai “pertengahan” padahal pengertian seperti ini tidak adequate dengan makna kata washatiyah itu. Terlebih lagi jika istilah washatiyah ini diterjemahkan dengan “moderat” sebagaimana yang banyak dilakukan di dunia barat, dan secara latah di ambil istilah moderat ini menjadi nomenclatur program yang dikenal dengan istilah “moderasi” dalam pembangunan keagamaan. Keliru dan tidak tepat sebagaimana yang dimaksud dengan washatiyah.

Kita perlu mensosialisasikan pengertian washatiyah yang tepat kepada masyarakat supaya kekeliruan yang selama ini berlangsung bisa di perbaiki.

Makna yang sesungguhnya dari washatiyyah itu adalah “tidak berat sebelah”, “seimbang” “tidak melampuai batas” “proporsional” “tepat qadarnya atau ukurannya”.

Dari arti kata “tidak berat sebelah” muncul istilah wasit sebagai kata dasarnya. Dengan sikap yang “tidak berat sebelah” itu memunculkan makna “seimbang”, dengan demikian “tidak melampaui batas” atau proporsional, sehingga menghadirkan pengertian terdalam dari istilah tersebut, yakni “sesuai ukuran” atau qadar-nya.

Dan demikianlah Allah swt itu dalam penciptaan langit dan bumi, dan memberi rezeki, memberi ujian, memberi hukuman, semuanya sesuai dengan qadar atau ukuran yang Allah kehendaki.

Nah, nilai _washatiyah_ yang demikian itulah yang mesti menjadi perhatian serius dalam setiap perumusan kebijakan, program dan bagaimana implementasinya dalam pembangunan.

Dan jika hal itu konsisten dilaksanakan, niscaya akan mengatasi problem ketimpangan pembangunan.

Pasangan Nomor 1 (AMIN) memang sangat konsern memberikan perhatikan bagi teratasinya ketimpangan pembangunan, sebagai upaya menghadirkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dan untuk kebutuhan tersebut, di perlukan adanya nilai yang secara konsisten dijalankan, yang menjadi fundamen dari setiap pengambilan keputusan dalam pembangunan.

Kita ini satu kesejahteraan, satu kemakmuran, satu perekonomian bagi segenap wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan untuk itulah keseimbangan sprituil dan meteriil, keseimbangan antar kawasan dan kepulauan, keseimbangan pendapatan (gini ratio) keseimbangan kesempatan, keseimbangan dalam penerapan hukum dan keadilan, dengan ukuran yang tepat, sasaran yang tepat, dilakukan dengan cara yang tepat, oleh orang yang tepat, atau di kenal dengan istilah meritokrasi.

Inilah yang insya Allah dapat mengatasi berbagai tantangan pembangunan bangsa kita di masa depan.

Catatan singkat ini, semoga bisa bermanfaat bagi para pembaca dalam memahami peran penting suatu Nilai sebagai fundamen dalam pembangunan. Sesuatu yang telah sering disampaikan Calon Presiden dan Wakil Presiden Nomor 1, Anies-Muhaimin atau AMIN.

Semoga Allah senantiasa memberkati segenap Bangsa Indonesia, diberikan kesehatan, kedamaian, kesejahteraan dengan hadirnya Pemimpin yang Amanah.